Kisah Maulwi Saelan Berhadapan dengan Finalis Liga Champions

Indonesia menantang Stade de Reims pada tahun 1956

Makassar, IDN Times - Duel anak asuh Shin Tae-yong melawan Argentina pada Juni lalu meneruskan tradisi panjang Timnas bertemu dengan kesebelasan kelas dunia. Indonesia selalu bertemu banyak klub besar sejak dekade 1950-an, dan selalu ada pemain didikan PSM yang merasakan atmosfer pertandingan tersebut

Salah satunya dialami oleh kiper legenda Maulwi Saelan, 67 tahun silam, saat berjumpa tim Prancis yakni Stade de Reims. Meski sekarang menjadi penghias papan tengah Ligue 1, publik sepak bola dekade 1950-an mengenal tim tersebut sebagai salah satu raksasa Eropa.

Beberapa hari sebelum bertolak ke Indonesia, tepatnya 13 Juni 1956, Stade de Reims melakoni final Piala Eropa (sebutan lama UEFA Champions League) edisi pertama melawan Real Madrid. Sayangnya, mereka takluk 4-3 dalam laga puncak yang berlangsung di Stadion Parc des Princes, Paris.

Baca Juga: Sejarah Enam Dekade Lalu: PSM Mencetak Gol Pertama di Stadion GBK

1. Stade de Reims melawat ke Indonesia usai lakoni final Liga Champions 1955-56 melawan Real Madrid

Kisah Maulwi Saelan Berhadapan dengan Finalis Liga ChampionsTim Stade de Reims asal Prancis berpose sebelum final Liga Champions Eropa musim 1955-56. (Dok. Equipos de Football)

Dilansir oleh laman Record Sport Soccer Statistics Foundation (RSSSF), Stade de Reims melawat ke Jakarta untuk memenuhi undangan Chung Hwa Tsing Nien Hui. Mereka adalah organisasi pemuda yang juga mengikuti kompetisi di Jakarta, dan saat itu merayakan ulang tahun ke-10.

Pelatih Albert Batteaux membawa serta pemain-pemain andalannya. Sebut saja Robert Jonquet, Michel Hidalgo, winger Jean Templin, serta ujung tombak yang kelak menjadi legenda Real Madrid : Raymond Kopa.

Selama 20 hari tur di Indonesia, finalis Liga Champions tersebut berjumpa Indonesia sebanyak 2 kali. Pertemuan pertama yakni pada Sabtu 23 Juni 1956 di Lapangan Ikada Jakarta. Saat itu, posisi kiper utama Timnas asuhan Tony Pogacnik dipercayakan pada Maulwi Saelan yang sudah berusia 30 tahun.

2. Maulwi Saelan bermain cukup baik di pertandingan pertama meski kalah 1-5

Kisah Maulwi Saelan Berhadapan dengan Finalis Liga ChampionsSuasana pertandingan pertama Indonesia versus Stade de Reims yang berlangsung di Lapangan Ikada Jakarta, 23 Juni 1956. (Repro. Harian Suara Merdeka edisi Senin 25 Juni 1956/Perpusnas)

Skor pertemuan pertama Indonesia versus Stade de Reims berkesudahan 1-5 untuk tamu asal Prancis. Tapi, penampilan Saelan di bawah mistar gawang mendapat pujian dari para jurnalis. Salah satunya datang dari harian Suara Merdeka.

"Saelan berhasil 6 kali menghilangkan atau menyapu bersih kans yang diperoleh Kopa, Flamion dan Glowacki dalam duel satu lawan satu, satu spesialisasi Saelan yang berhasil menolong kesebelasannya dari keadaan-keadaan yang kritis," demikian bunyi laporan pertandingan yang dimuat di koran tersebut, pada edisi Senin 25 Juni 1956.

Meski begitu, laga yang disaksikan langsung oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta tersebut sempat panas. Pemain Stade de Reims memprotes keputusan wasit Sarim mengesahkan gol Aang Witarsa pada menit ke-42. Aang diyakini sudah dalam posisi offside. Pertandingan nyaris berakhir dengan adu jotos jika Polisi Militer tak segera turun.

3. Indonesia tampil lebih baik di pertemuan kedua melawan Stade de Reims

Kisah Maulwi Saelan Berhadapan dengan Finalis Liga ChampionsSuasana pertandingan kedua Indonesia versus Stade de Reims yang berlangsung di Lapangan Ikada Jakarta, 7 Juli 1956. (Repro. Harian Suara Merdeka edisi Senin 9 Juli 1956/Perpusnas)

Laga kedua berlangsung pada Sabtu 7 Juli 1956 di Lapangan Ikada. Meski Indonesia kalah dengan skor 2-3, Saelan lagi-lagi menunjukkan kualitasnya sebagai kiper. Laporan Suara Merdeka edisi Senin 9 Juli 1956 menyebut bahwa pria kelahiran 8 Agustus 1926 tersebut tampil baik sepanjang babak pertama.

Ramang sendiri sebenarnya tampil di dua pertandingan kontra Stade de Reims. Tapi, ia tak berkutik di tengah kawalan duo bek tengah berpostur besar yakni Simon Zimny dan Raoul Schollhammer.

Tony Pogacnik sendiri memanfaatkan dua laga ini untuk menyeleksi para pemain Timnas yang akan dibawa ke tur Eropa Timur pada Agustus hingga September 1956. Dan PSM kembali menyumbang dua nama yakni Maulwi Saelan serta Ramang.

Baca Juga: Dari Renaldi ke Mufli, Nasib 5 Pemain PSM Jebolan Garuda Select

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya