TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kedinginan di Tenda Darurat, Pengungsi Gempa Majene Meninggal Dunia

Korban berada di desa terisolasi akibat gempa

Tim SAR Universitas Hasanuddin saat ikut dalam operasi evakuasi korban tertimbun di daerah terdampak bencana gempa bumi di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. (Dok. Direktorat Komunikasi Universitas Hasanuddin)

Makassar, IDN Times - Seorang warga asal Desa Totolisi Sendana, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, dikabarkan meninggal dunia di lokasi pengungsian. Warga bernama Nurbiah (53), merupakan salah satu korban terdampak gempa Magnitudo 6,2 yang terjadi di Sulbar, Jumat 15 Januari 2021.

Informasi meninggalnya warga di tenda pengungsian darurat, dibenarkan Kepala Desa Totolisi Sendana, Suardi. "Iya pak yang bersangkutan meninggal dunia hari Selasa (19/1/2021) kemarin subuh," kata Suardi saat dihubungi jurnalis Rabu (20/1/2021).

1. Korban sempat mengeluh kedinginan dan demam di tenda pengungsian

Ilustrasi. Pengungsi berada di tenda COVID-19, Stadion Manakarra, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (18/1/2021). (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Suardi mengaku, sempat mengunjungi lokasi tenda darurat yang didirikan almarhumah bersama lima orang anaknya. Kebetulan, lokasinya tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya di desa setempat. Suardi saat itu hendak memastikan bahwa semua warganya yang mengungsi dalam kondisi yang aman.

Ditambah lagi, sebagian besar wilayah di Majene, kata dia, terus diguyur hujan lebat pascabencana.

"Saya sempat tanya, apa keluhannya. Terus langsung dia (almarhumah) bilang, cuman kedinginan. Kayak demam begitu," ungkap Suardi.

Baca Juga: Gempa Sulbar: 19.435 Orang Mengungsi di Majene dan Mamuju

2. Kondisi terisolasi membuat bantuan logistik belum datang

Prajurit TNI dan anggota Basarnas mengeluarkan logistik untuk korban gempa bumi Mamuju dan Majene dari pesawat Hercules A 1321 TNI AU saat tiba di Bandara Tampa Padang, Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Suardi lebih jauh menyatakan, kondisi daerahnya yang cukup terisolasi membuat bantuan logistik dari pemerintah belum sepenuhnya terdistribusi. Dia menyebut, 530 Kepala Keluarga sekaligus warganya yang mengungsi hanya bertahan dengan kebutuhan logistik seadanya. Kebutuhan logistik itu yang diambil dari puing-puing rumah mereka yang tersisa.

Selama beberapa hari mengungsi, hanya ada beberapa petugas dari Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) wilayah Majene yang datang untuk mengecek kondisi kesehatan pengungsi. "Kalau bantuan logistik sama sekali belum ada kami terima. Adapun yang ada, paling dari keluarganya pengungsi yang datang," jelas Suardi.

Baca Juga: Listrik di Mamuju dan Majene Sulbar Kembali Normal usai Gempa

Berita Terkini Lainnya