TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Si Kidal di Tengah Stigma Budaya dan Norma Agama

Si pengguna dominan tangan kiri dipaksa beralih ke kanan

ilustrasi menulis dengan tangan kidal (Pexels.com/JohnDiez)

Makassar, IDN Times - Hari Kidal Internasional diperingati setiap tanggal 13 Agustus. Hari spesial bagi para pengguna dominan tangan kiri ini dirayakan sejak tahun 1976.

Hari Kidal Internasional atau International Lefthanders Day merupakan bentuk protes ketidaknyamanan orang-orang dominan tangan kiri akan fasilitas umum yang didominasi pengguna tangan kanan.

Salah satu tujuan dari perayaan Hari Kidal Internasional, juga sebagai kampanye dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat soal keuntungan dan kerugian menjadi seorang yang dominan tangan kiri.

1. Ditegur orangtua jika pakai tangan kiri

Wahyu Susanto (31) Jurnalis di Makassar, ditegur orangtua saat memakai tangan kiri saat beraktifitas. (Dahrul Amri/IDN Times Sulsel)

Seperti yang dirasakan seorang jurnalis di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Namanya Wahyu Susanto (31), pria bertangan kidal yang sejak memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) berusaha keras menggunakan tangan kanan untuk setiap aktivitasnya.

"Mulai masuk SMP saya sudah tidak pakai lagi tangan kiri, karena waktu SD (Sekolah Dasar) itu selalu ditegur, dilarang iya," kata Wahyu saat kepada IDN Times Sulsel. 

Wahyu mengingat, saat SD dulu, 20 tahun silam, ia beraktivitas dengan dominan menggunakan tangan kiri. Hingga satu ketika, kedua orangtuanya menegur. 

"Dulu ambil air di ember, sempat menulis pakai tangan kiri juga tapi sering saya ditegur katanya itu tidak sopan. Mereka bilang masa kita (mereka) makan memakai tangan kanan baru kau (saya) makan pakai kiri, tidak sopan itu," ujarnya menirukan teguran orangtua. 

"Kita kan anak-anak, namanya juga orangtua kalau sudah menegur begitu ya ikut, apalagi pakai landasan agama. Dalam agama juga kan tidak etis pakai tangan kiri karena kan ada fungsi umumnya itu," lanjutnya. 

Sejak saat itu, Wahyu pun dominan pakai tangan kanan untuk beraktivitas. Walaupun begitu, menggunakan tangan kiri beberapa kali ia manfaatkan tapi di waktu tertentu.

2. Penggunaan tangan bersifat fungsional

Kaprodi Magister Ilmu Linguistik FIB Unhas, Dr Ery Iswary. Istimewa

Sementara itu, menurut Budayawan Sulsel, Dr. Ery Iswary, dari aspek budaya, pengunaan tangan kiri dominan ataupun tangan kanan secara kultural itu akan bersifat fungsional. 

"Jadi ada perbedaan antara memberikan sesuatu dengan menggunakan tangan kiri dan tangan kanan, sejak kecil kita diajari soal itu. Banyak hal dianggap menggunakan tangan kanan itu berhubungan dengan kesantunan ataupun soal etika kita," terang Ery Iswary. 

Ery Iswary yang juga Kepala Program Studi (Kaprodi) Magister Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin menilai, di luar negeri menggunakan tangan kiri atau kanan bukan bersifat fungsional.

"Di budaya Indonesia itu fungsional, mereka (orang luar) tidak menganggap bahwa nanti memberikan sesuatu dengan tangan kanan baru sopan, itu tidak. Tangan kiri atau kanan bagi mereka itu tidak fungsional," lanjutnya.

Hal inilah kata Ery Iswary, sudah jadi suatu kebiasaan bagi orang Indonesia, termasuk di Sulsel, penggunaan tangan kanan diajari sejak seseorang masih balita. Akhirnya kebiasaan itu menjadi budaya yang berlaku di masyarakat.

"Jadi saya kira kultur kita mengajari itu dan sejalan dengan agama kita juga. Pemberian dengan tangan kiri atau tangan kanan aspek fungsional dari budaya kita dan tradisi dari agama, sejalan dengan agama Islam, karena kita makan dengan tangan kanan itu menjadi kebiasaan nabi seperti itu," tambah Dr Ery.

Baca Juga: Terbit Fatwa Uang Panaik, MUI Sulsel Sebut Bisa Jadi Haram

Berita Terkini Lainnya