TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Pilu MS, Dirantai Orangtua Kandung Selama 9 Tahun

MS terpaksa makan seperti hewan

Istimewa

Makassar, IDN Times - Praktik merantai anggota keluarga karena kondisi tertentu, masih saja ditemui di tengah masyarakat Indonesia. Salah satu kisah miris itu datang dari Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.

Adalah MS, seorang pemuda yang kini sudah berusia 26 tahun. Namun, warga Kelurahan Galanggang, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba itu harus menerima perlakuan buruk dari keluarganya sendiri.

Selama 9 tahun, kedua tangan dan kakinya diikat dengan rantai besi. Penyiksaan itu dia alami sejak dia duduk di bangku SMP. Sesekali, MS bisa "menghirup" udara kebebasan kala musim panen tiba.

Namun sebenarnya, penyiksaan fisik sudah mulai dia rasakan sejak dia duduk di bangku kelas 2 SD. Akibat dirantai itu, pendidikan MS pun terbengkalai dan tidak berlanjut. 

MS membagikan kisah pilunya ketika ditemui petugas dari kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sulsel pada Senin (14/10). 

1. Penyiksaan yang diterima MS mulai dari pemukulan, dirantai, hingga tak diperlakukan layaknya manusia

Pixabay

Sekilas, tak ada yang aneh dengannya. MS tak ubahnya seperti orang kebanyakan saat membagikan kisah hidupnya dengan orang lain. Namun ada sendu di sorot matanya saat ia mulai menuturkan penggalan kisahnya. 

"Diikat pakai rantai. Baru dicalla (disiksa). Sampai patah kayu, sapu. Kepala juga dipukul," kata MS saat menuturkan kisahnya.

MS juga memperlihatkan memar di pergelangan tangan dan kakinya yang merupakan bekas dari rantai.

Selama ini, MS disekap di dalam kamar mandi milik keluarga. Selama itu pula dia harus mengalami kesulitan saat tidur. Bagaimana tidak, posisi kaki dan tangan yang terikat di atas membuatnya terpaksa harus terus berdiri bahkan di saat tidur. Parahnya lagi, MS hanya diberi makan sekali dalam sehari. 

"Karena tangan diikat, jadi caranya makan ya pakai mulut saja," katanya sembari menirukan cara hewan yang tengah makan.

Baca Juga: Heboh Pernikahan Inses Saudara Kandung di Bulukumba

2. Meloloskan diri dari sekapan dan rantai yang membelenggu dengan menggigit jendela

Ilustrasi (Pexels/Thick and Thin)

Waktu berlalu. MS yang sudah tak kuasa lagi menanggung siksaan dan luka hati dari orangtua akhirnya mencoba bertindak nekat. Di suatu pagi saat para penghuni rumah sedang tidak ada, dia berusaha membobol jendela kamar mandi tempatnya disekap . Caranya, dia menggigiti jendela kamar mandi. 

Dengan usaha yang gigih, MS yang berhasil kabur.  Dia kemudian ditemukan oleh penduduk sekitar. Para penduduk yang tak tega melihat kondisi MS memutuskan untuk melaporkan hal ini kepada polisi. 

"Dia melarikan diri, dia buka pintu pakai mulutnya, lalu dia tendang pintu. Dia bisa keluar karena sudah tidak pakai rantai lagi tapi pakai tali rapia. Pas dia keluar, dia bilang 'bawa saya ke police, kalau tidak, saya dibunuh sama...' Dia sebut nama bapaknya. Akhirnya pamannya bawa ke polisi," kata Meisy Sari Bunga Papayungan selaku Kepala UPT P2TP2A.

Berdasarkan komunikasinya dengan MS, Meisy menuturkan bahwa orangtua MS menyekapnya karena merasa malu lantaran MS kerap mengambil barang milik orang lain tanpa seizin yang bersangkutan. Paman yang membawa MS kantor polisi pun sudah sering menegur. Namun orangtua MS seakan tak mau peduli.

"Padahal menurut omnya juga memang (ada benda yang) pernah diambil (MS). misalnya pergi di sawah, makanannya orang kalau dia lapar dia ambil lalu dimakan. Tapi kan orang tahu kalau ini anak memang suka begitu," kata Meisy.

2. Menanti hasil pemeriksaan

Unsplash.com

Kejadian pahit yang dialami MS selama 9 tahun tentu saja membuatnya sangat terpukul. MS mengaku sangat marah kepada kedua orangtuanya. Dia bahkan mengalami trauma yang membuatnya sering hendak mendobrak saat melihat pintu. Maka dari itu, pemeriksaan lebih lanjut akan tetap dilakukan guna mengetahui kondisi kejiwaanl MS. 

"Sekarang ini kita juga perlu menegakkan diagnosanya apakah ini memang gangguan psikologis saja atau karena gangguan psikiatri. Nanti hasilnya tergantung assessment itu," kata Meisy.

Meisy pun berjanji pihaknya akan terus memantau perkembangan MS. Jika memang hasil pemeriksaan menunjukkan adanya gangguan kejiwaan maka pihaknya akan bekerja sama dengn pihak Rumah Sakit Dadi.

"Kalau idealnya, kita harus betul- penilaian dulu untuk diagnosanya kira-kira gangguan psikologis saja karena lama tersekap atau memang ada gangguan kejiwaan seperti yang dilaporkan orangtuanya," kata Meisy.

Baca Juga: Ditangkap, Pria Ini Jauh-jauh dari Makassar ke Toraja untuk Curi Motor

Berita Terkini Lainnya