TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tradisi Jemaah Haji Bugis, Tampil Glamor dengan Perhiasan Mencolok

Berbanding terbalik dengan esensi ibadah haji

Jemaah haji Kloter 1 Debarkasi Makassar tiba di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Minggu (23/6/2024). (dok. Kemenag Sulsel)

Intinya Sih...

  • Jemaah haji debarkasi Makassar tiba di Tanah Air pada Minggu 23 Juni 2024 dengan penampilan glamor, khususnya perempuan Bugis yang mengenakan pakaian glamor lengkap dengan perhiasan emas.
  • Salah satu jemaah haji, Andi Anna Baso, mengaku bergaya karena menanti bertahun-tahun dan berkorban banyak. Dia menghabiskan Rp70 juta untuk berpenampilan tersebut.
  • Sekretaris MUI Sulsel, Muammar Bakry, menjelaskan bahwa ibadah haji sejatinya mengajarkan kesederhanaan, sehingga gaya glamor dalam haji bisa mengurangi kemabruran hajinya.

Makassar, IDN Times - Jemaah haji debarkasi Makassar telah tiba di Tanah Air sejak Minggu 23 Juni 2024. Pemandangan yang sama setiap tahunnya pun kembali tersaji yakni penampilan mereka yang glamor.

Di Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat Bugis, hal tersebut seolah telah menjadi ciri khas yag menarik sorotan publik. Betapa tidak, jemaah haji Bugis, khususnya perempuan, biasanya mengenakan pakaian glamor lengkap dengan perhiasan emas yang bling-bling.

Gaya glamor itu akan langsung terlihat begitu mereka turun dari pesawat. Biasanya, mereka mengganti pakaian sebelum turun.

Jemaah perempuan kerap mengenakan penutup kepala sejenis turban yang disebut mispa. Mispa yang dikenakan selalu berwarna terang dan mencolok. Ditambah lagi dengan sederet perhiasan emas.

1. Merasa harus bergaya glamor

Salah satu jemaah haji yang mengenakan pakaian glamor yakni Andi Anna Baso.Video ini diunggah di media sosial Instagram makassar_iinfo.

Perempuan paruh baya ini mengaku perlu bergaya sebab sudah menanti berkorban banyak dengan penantian selama bertahun-tahun.

"Senang, 16 tahun menanti. Rp70 juta uang habis maka kita bergaya. Ada hasilnya," kata Andi Anna saat baru tiba di bandara.

2. MUI sebut esensi haji adalah kesederhanaan

Terkait tradisi tersebut, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel, Muammar Bakry, menjelaskan bahwa ibadah haji sejatinya mengajarkan kesederhanaan. Itulah sebabnya jemaah haji harus mengenakan pakaian ihram sebagai simbol untuk menanggalkan pakaian duniawi.

Saat jemaah haji mengenakan pakaian ihram, maka segala status sosial hendaknya dikesampingkan untuk menghadap Yang Maha Pencipta. Itu salah satu pelajaran dalam menunaikan ibadah haji.

"Artinya haji itu mengajarkan kesederhanaan. Jadi kalau ada orang yang berhaji hanya untuk berpenampilan agar status sosialnya menjadi naik, itu menyalahi dari semangat haji dan pesan haji," kata Muammar, saat diwawancarai IDN Times, Selasa (25/6/2024).

3. Kembali ke niat masing-masing

Soal gaya glamor yang seakan menjadi tradisi tahunan itu, Muammar mengatakan semua tergantung dari niatnya. Jika memang ada niatan untuk disanjung maka itu bisa mengurangi kemabruran hajinya.

Muammar menegaskan ibadah haji hendaknya menjadi referensi bagi orang yang telah melaksanakannya. Selain itu, orang yang telah menunaikan ibadah haji hendaknya menjadi teladan bagi masyarakat lainnya. Meski begitu, dia tidak ingin menghakimi jemaah yang memilih tampil dengan gaya glamor.

"Tergantung dari orangnya. Kita tidak boleh juga cap hatinya orang atau judje hatinya orang. Mudah-mudahan aja niatnya baik," kata Muammar.

Baca Juga: Jemaah Haji Debarkasi Makassar Tiba Mulai 22 Juni 2024

Berita Terkini Lainnya