TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tol Laut di Sulsel, Murah Tapi Waktu Tunggu Kapal Lama

Sulsel berupaya maksimalkan tol laut di tiga pelabuhan

Kapal Tol Laut KM Logistik Nusantara 4. (dok. Kemenhub)

Makassar, IDN Times - Tol laut merupakan konsep pengangkutan logistik kelautan yang diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober 2014. Tol laut yang menjadi program strategis nasional (PSN) bertujuan menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar di Nusantara.

Provinsi Sulawesi Selatan menjadi salah satu wilayah yang ditunjuk pemerintah melalui Kementerian Perhubungan untuk melaksanakan program tol laut. Di Sulsel, ada tiga pelabuhan yang menjadi simpul utama program tersebut yaitu Pelabuhan Soekarno-Hatta di Kota Makassar, Pelabuhan Benteng di Kabupaten Kepulauan Selayar, dan Pelabuhan Garongkong di Kabupaten Barru.

Kepala Bidang Pelayaran Dinas Perhubungan Sulsel, Arlan, menjelaskan bahwa tol laut diperuntukkan agar proses distribusi barang bisa lebih cepat dana murah. Selain itu, tol laut juga ditujukan untuk menekan disparitas harga yang tinggi dan memangkas biaya operasional. 

"Jadi rutenya itu memang untuk mempersingkat rute proses perdagangan tinggi antar provinsi dan itu bagus sekali. Bisa menekan biaya operasionalnya para pengusaha atau pelaku ekonomi," kata Arlan yang diwawancarai IDN Times, Jumat (16/9/2022).

Baca Juga: ASN Pemkot Makassar Naik Ojol Tiap Selasa, Dibuktikan dengan Swafoto

1. Waktu tunggu kapal yang lama

Kapal Tol Laut KM Logistik Nusantara 4. (dok. Kemenhub)

Kehadiran tol laut di Sulawesi Selatan memang dinilai memudahkan pengiriman barang dan lebih hemat biaya. Meski begitu, masih ada kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tol laut.

Arlan menyebutkan di antaranya yaitu lamanya kedatangan kapal sehingga pengusaha harus menunggu untuk mengirimkan barangnya jika ingin menggunakan jalur laut. Menunggu jadwal kedatangan kapal biasanya memakan waktu 3-4 hari bahkan lebih.

"Kalau komoditi yang pengusaha sudah kumpulkan telah tersedia terus jadwal kapal belum datang, maka harus disimpan dulu dalam gudang untuk di pelabuhan pasti disewa per hari," kata Arlan.

2. Jadwal kedatangan kapal tidak tepat

Ilustrasi kapal (IDN Times/Sukma Shakti)

Kendala lainnya, kata Arlan, yaitu ketidaktepatan waktu kedatangan kapal dengan waktu bagi pengusaha untuk mengumpulkan barang yang akan dikirim. Kadang-kadang, ada komoditi yang belum terkumpul namun kapal telah tiba, begitu pun sebaliknya.

"Akhirnya lewat. Kadang terkumpul barang, kapal belum datang. Kadang tidak tepat jadwalnya karena memang lama ditunggu kapal," katanya.

3. Pengusaha lebih pilih jalur darat

Ilustrasi barang pengiriman. IDN Times/Prayugo Utomo)

Maka dari itu, pengiriman barang jalur darat kembali menjadi alternatif jika daerah yang dituju bisa dilalui via darat. Misalnya pengiriman barang dari Barru ke Sulawesi Barat atau dari Selayar ke Bulukumba.

Pengiriman jalur darat memang lebih cepat dibandingkan jalur laut. Namun tetap saja konsekuensinya muatan yang dikirim jauh lebih sedikit dibanding jika dikirim jalur laut. Sebaliknya, jika dikirim via laut, akan memakan waktu lama.

"Contoh di Garongkong di Barrru di mana Parepare juga menggunakan tol laut. Beberapa (pengusaha) menyampaikan bahwa kalau barang dari Parepare dibawa ke Polman lewat laut, rugi waktu, karena daratnya bisa lebih cepat. Belum lagi kalau komoditi yang dikirim ini punya waktu ekspired seperti sayur-sayuran," kata Arlan.

Baca Juga: Kunjungan Wisatawan ke Sulsel Meningkat Pesat Sepanjang 2022 

Berita Terkini Lainnya