TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peluang ADAMA di Pilkada Makassar, Pemilih Masih Anggap Danny Petahana

Masa 5 tahun sebagai wali kota jadi modal besar buat Danny

Paslon nomor urut 1 di Pilkada Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi saat pengundian nomor urut di Hotel Harper Makassar, Kamis (24/9/2020). (Dok KPU Makassar)

Makassar, IDN Times - Sempat terjegal di Pilkada Makassar 2018 lalu, tak menyurutkan langkah calon Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto untuk maju kembali di kontestasi politik tahun ini. Bahkan dia tak ingin terlalu larut dalam masa lalu.

Pada pilkada 2018 lalu, Danny maju dengan statusnya sebagai petahana. Kala itu dia berpasangan dengan Indira Mulyasari yang masih menjabat Wakil Ketua DPRD Makassar. Keduanya maju lewat jalur independen sebab tak ada parpol yang memberikan surat rekomendasi kepada calon berakronim DIAmi.

Kini, Danny tentu bukan lagi petahana. Kali ini dia berpasangan dengan Fatmawati Rusdi yang juga merupakan kader Nasdem. Keduanya diusung oleh Partai NasDem dan Gerindra. Pasangan ini dikenal dengan akronim Adama.

Pengamat dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Sukri Tamma, mengatakan kondisi ini sebenarnya cukup menguntungkan bagi Danny. Sebab sebagian masyarakat Kota Makassar masih cenderung menganggap Danny sebagai petahana. Hal itu dikarenakan tidak adanya wali kota definitif yang menahkodai pemerintahan Kota Makassar.

"Hanya mungkin memang tidak ada kontrol lagi, misalnya kontrol terhadap birokrasi yang selama ini biasa dianggap sebagai nilai lebihnya petahana," kata Sukri saat diwawancarai IDN Times via telepon, Kamis (1/10/2020).

1. Danny punya modal 5 tahun memimpin Kota Makassar

Paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi berfoto bersama usai mendaftar di kantor KPU Makassar, Jumat (4/9/2020). IDN Times/Asrhawi Muin

Di pertengahan tahapan Pilkada 2018, Danny dan Indira harus menelan pil pahit lantaran didiskualifikasi. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN) memerintahkan KPU Makassar mencoret pasangan DIAmi lantaran dianggap terbukti secara sah dan meyakinkan menyalahi pasal 71 ayat 3.

Setelah tak lagi menjabat Wali Kota Makassar, laki-laki kelahiran 30 Januari 1964 ini kembali menjadi arsitek dan konsultan tata kota. Di sisi lain, Danny yang saat itu baru saja bergabung sebagai kader Partai NasDem, juga langsung fokus mengurus partai besutan Surya Paloh itu. Namun setelah kemenangan kotak kosong.  

Menurut Sukri, Danny sebenarnya sudah memiliki modal besar untuk merebut suara masyarakat Makassar. Selain karena masih ada anggapan bahwa Danny merupakan petahana, juga karena Danny sudah pernah memimpin Kota Makassar selama 5 tahun.

"Dengan demikian, hal-hal yang dicapai di Makassar selama periode sebelumnya yang terlihat sampai sekarang itu masih dikait-kaitkan dengan Danny," kata Sukri.

Selain itu, Sukri mengatakan bahwa Danny tetap menjaga basis pendukungnya. Karena kemungkinan saat kotak kosong menang, Danny sudah berencana untuk kembali maju Pilkada Makassar sehingga memanaskan lagi basis-basis pendukungnya.

"Jadi bisa dikatakan bahwa Danny sudah cukup siap sejak awal," kata Sukri.

Baca Juga: Peluang IMUN di Pilkada Makassar: Perpaduan Klan Limpo-Nurdin Halid

2. Tokoh politik di belakang Danny-Fatma disebut masih kurang

Paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto dan Fatmawati Rusdi saat tiba untuk mendaftar di kantor KPU Makassar, Jumat (4/9/2020). IDN Times/Asrhawi Muin

Jika di Pilkada 2018 lalu Danny berhadapan secara head to head dengan Munafri Arifuddin, maka di Pilkada 2020 ini Danny harus berhadapan dengan 3 paslon lainnya. Selain kembali berhadapan dengan Munafri Arifuddin, dia juga harus melawan Irman Yasin Limpo dan Syamsu Rizal. Hal ini menjadi salah satu tantangan Danny-Fatma.

Sukri menyebut bahwa ketiga figur lainnya tak bisa dipandang sebelah mata oleh Danny. Sebab ketiganya sama-sama kuat dan bukan merupakan orang sembarangan. Masing-masing telah memiliki basis politik, sosial, maupun ekonomi yang kuat sehingga berebut suara menjadi sangat sulit.

Selain itu, Danny yang sempat jeda hampir 2 tahun dari petahana harus mampu memperkuat ingatan masyarakat bahwa dia adalah wali kota sebelumnya. Danny juga harus memastikan bahwa kondisinya di Pilkada 2018 bukan karena kalah melainkan karena didiskualifikasi akibat melanggar peraturan.

"Itu juga menjadi tantangan untuk membangkitkan psikologi pemilih apakah kemudian situasi itu bisa dilewati karena kan sebelumnya tidak bisa dilewati," kata Sukri.

Namun tantangan paling sulit, kata Sukri, adalah kuranganya tokoh politik yang berpengaruh di belakang Danny-Fatma. Ketiga paslon lainnya didukung oleh para tokoh poltik yang cukup berpengaruh, baik di Makassar maupun di tingkat nasional. 

"Ini juga menjadi tantangan luar biasa karena bagaimana pun di Makassar terutama itu patron-patron politik juga masih cukup berpengaruh sehingga kemudian tantangan Danny untuk menghadapi mereka. Sementara Danny cenderung mengandalkan diri sendiri dan parpol pengusung," kata Sukri.

Baca Juga: Kans Appi-Rahman di Pilkada Makassar: Masih di Top of Mind Pemilih

Berita Terkini Lainnya