Menteri BUMN: Millenial dan Gen Z Ujung Tombak Ekonomi Digital
Kementerian BUMN sediakan lowongan magang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Menteri BUMN Erick Thohir menjadi pembicara utama dalam kuliah umum bersama mahasiswa Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (30/3/2022).
Kuliah umum bertajuk 'Milenial dan Digital Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional' itu berlangsung di ruang rapat senat lantai 2 Gedung Rektorat Unhas Tamalanrea.
Dalam kesempatan itu, Erick memaparkan potensi ekonomi digital Indonesia sangat besar. Kontribusi ekonomi digital Indonesia terhadap GDP (gross domestic product) saat ini berada pada level 4 persen yang diproyeksikan menjadi 18 persen di tahun 2030.
Industri digital Indonesia juga tumbuh 8 kali lebih cepat dari GDP sebesar Rp4.500 triliun. Jika dibandandingkan dengan Asia Tenggara, maka nilai itu lebih besar secara pasar.
"Karena itu, generasi muda perlu lebih produktif. Lebih melihat ini," kata Erick.
1. Indonesia akan menghadapi bonus demografi
Pengembangan teknologi dan digitalisasi menjadi keharusan untuk mempersiapkan digital disruption. Digital disrupsion adalah perubahan besar-besaran terhadap teknologi digital dan model bisnis.
Menurut Erick, generasi muda yang didominasi milenial dan gen Z adalah generasi yang paling mengerti dengan kondisi disrupsi ini. Karena itu, generasi muda diharapkan bersiap dimulai dari sekarang.
"Di era perubahan terjadi selalu ada generasi baru yang muncul. Kami generasi lama semua membuka jalan selebar-lebarnya supaya gen Z, bisa menjadi ujung tombak," kata Erick.
Hal tersebut menjadi penting mengingat Indonesia akan menghadapi bonus demografi di tahun 2045 di mana populasi anak muda produktif akan lebih dari 50 persen. Isu lapangan pekerjaan pun membayangi karena digitalisasi secara perlahan akan menghilangkan beberapa pekerjaan di masa depan.
Beberapa jenis pekerjaan yang diprediksi akan hilang di 2030 di antaranya adalah food preparation service atau office and administrative support. Namun ada juga jenis pekerjaan yang bertumbuh seperti programming dan artificial intelegence.
"Indonesia akan membutuhkan 17 juta tenaga kerja di dunia ekonomi digital sehingga Indonesia perlu upskilling dan risking. Sejalan dengan digitalisasi," kata Erick.
Baca Juga: 2.247 Calon Mahasiswa Baru Lolos SNMPTN di Unhas, Selamat!
Baca Juga: Menteri Erick: RSOJ Pertamina Makassar Pertama di Indonesia Timur