TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ivan: Hamil Tidaknya Istri Saya, Kekerasan Satpol PP Tidak Dibenarkan

Pengacara korban akan melaporkan dugaan intimidasi

Ivan, pemilik warkop yang jadi korban penganiayaan oleh oknum Satpol PP Gowa saat ditemui di rumah sakit Ibnu Sina Makassar, Jumat (16/7/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Makassar, IDN Times - Nur Halim alis Ivan Van Houten, korban penganiayaan oleh Sekretaris Satpol PP Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), mengaku tidak nyaman dengan kabar yang menyebut istrinya Amriana, tidak hamil. Isu tersebut membuat mereka terkesan disudutkan, hingga perhatian publik menjauh dari inti permasalahan yaitu kekerasan aparat. 

Menurutnya, kehamilan istrinya itu merupakan ranah pribadi dan tidak mengurangi substansi perkara kekerasan yang menimpa mereka. Kata Ivan, istrinya hamil atau tidak, tindakan penganiayaan semacam itu sama sekali tidak dibenarkan.

"Hamil tidak hamilnya itu urusan pribadi saya. Tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang dilakukan pelaku dengan menganiaya saya dan istri saya," jelas Ivan yang ditemui di rumah sakit Ibnu Sina Makassar, tempat istrinya dirawat, Jumat (16/7/2021).

1. Merasa diintimidasi saat disebut tidak hamil

Amriana berbincang dengan pengacaranya di rumah sakit Ibnu Sina, Jumat (16/7/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Ivan juga menceritakan kronologi usai peristiwa pemukulan. Setelah insiden itu, Ivan mengaku langsung membawa Amriana ke rumah sakit terdekat dari rumahnya. Namun dia tak menyebut nama rumah sakit yang dimaksud.

"Kan istri saya sempat drop, betul-betul ingin dirawat. Jadi dia dibawa di rumah sakit dekat rumah," tuturnya.

Setelah mengantarkan istrinya ke rumah sakit, dia langsung menggelar konferensi pers. Di sela-sela konferensi pers itu, Ivan tiba-tiba ditelepon oleh istrinya yang mengadukan bahwa dia diintimidasi oleh salah satu dokter di rumah sakit.

"Istri saya dijaga sama tante. Tiba-tiba, istri saya menelpon 'Pak, saya di sini diintimidasi'. Jadi kami langsung ke sana, dokternya sudah tidak ada, sudah pergi," kata Ivan.

Menurut Ivan, istrinya merasa diintimidasi karena dipaksa menjalani tes USG, namun dia tidak mau karena kondisinya yang belum stabil akibat pukulan Satpol PP di bagian kepala. Saat itu, kata Ivan, meski istrinya mengaku tak mau di-USG, pihak rumah sakit tetap memaksa sehingga berkembanglah isu bahwa dia tidak hamil.

"Dia (dokter) pencet-pencet perutnya istri saya dan dia bilang 'kamu tidak hamil, pantas kamu dipukul sama Satpol PP karena begitu gayamu'. Maksudnya apa? Apa hubungannya hamil tidak hamilnya dengan perkara ini. Yang saya laporkan ini perkara penganiayaan. Jadi tidak ada hubungannya sama sekali," kata Ivan.

3. Ivan yakin istrinya hamil meski tak pernah USG

Ivan, pemilik warkop yang jadi korban pemukulan oleh oknum Satpol PP Gowa saat ditemui di rumah sakit Ibnu Sina Makassar, Jumat (16/7/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Saat oknum Satpol PP Gowa itu memukul Amriana, Ivan berkali-kali menegaskan bahwa istrinya hamil. Walau belum pernah menjalani tes USG, namun Ivan sangat yakin istrinya sedang mengandung.

"Kan saya memang mengakui bahwa istri saya hamil karena kan di rumah saya sering bersama. Saya memang merasakan bahwasanya istri saya hamil karena dia sudah tidak pernah haid. Terakhir haid waktu saya pengantin baru," kata Ivan.

Dia mengaku merasakan kehamilan istrinya setelah 6 bulan pernikahannya. Ia merasakan ada gerakan dan detak jantung di perut istrinya. Tapi apapun itu, kata dia, pihaknya kembali menegaskan bahwa kehamilan ini tidak ada kaitannya dengan insiden pemukulan saat razia PPKM itu.

"Apapun di luaran sana yang ingin membalikkan fakta tentang kehamilan, itu tidak ada hubungannya sama sekali. Karena ini urusan pribadi saya. Karena saya yang rasakan bahwasanya istri saya hamil," kata Ivan.

3. Kuasa hukum akan melaporkan perihal intimidasi

Ari Dumais, kuasa hukum Ivan Riyana dan Amriana, saat ditemui di rumah sakit Ibnu Sina Makassar, Jumat (16/7/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Pengacara Ivan, Ari Dumais, juga sangat menyayangkan intimidasi terhadap kliennya itu. Menurutnya, pernyataan bahwa Amriana tidak hamil yang terlontar dari dokter di rumah sakit itu tidak etis. 

"Korban yang memang depresi sampai saat ini. Siapa yang suka di dalam keadaan depresi lalu ditekan lagi sama orang. Jadi udah korban, dikorbankan lagi," kata Ari.

Ari mengatakan, intimidasi itulah yang membuat kliennya memilih pindah ke rumah sakit Ibnu Sina di Makassar. Selain karena merasa lebih aman, juga karena pihaknya bisa lebih mudah mengontrol kliennya jika ada oknum-oknum yang kembali berusaha menindas kliennya. 

Atas perlakuan intimidasi tersebut, pihaknya berencana membawa hal ini ke ranah hukum dan juga ranah etik.

"Jadi kami akan rencanakan akan melapor ke Polda juga ke untuk etik kami akan lapor ke IDI Sulsel," kata Ari.

Baca Juga: Bupati Adnan Meminta Maaf atas Tindak Kekerasan Anggota Satpol PP Gowa

4. Ketua IDI Sulsel akui belum terima laporan

Ketua IDI Sulsel Ichsan Mustari. IDN Times/Asrhawi Muin

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sulsel, Ichsan Mustari tak berkomentar banyak perihal kabar intimidasi oleh oknum dokter. Namun sejauh ini, dia mengaku belum menerima laporan apapun terkait hal itu.

"Belum ada laporan, karena ini kan harus resmi juga" kata Ichsan singkat melalui sambungan telepon.

Baca Juga: Anggota Satpol PP Gowa Pemukul Pasutri Jadi Tersangka, Belum Ditahan

Berita Terkini Lainnya