Butuh Kajian Lebih Dalam, Bisakah Makassar jadi Kota Metaverse?
Persiapan bukan hanya teknologi dan infrastruktur
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Istilah metaverse akhir-akhir ini cukup akrab di telinga masyarakat Kota Makassar. Pasalnya, Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto, Sang Wali Kota, cukup sering menggaungkan istilah tersebut dalam setiap kesempatan yang disebutnya sebagai Makaverse atau Makassar Metaverse.
Dengan metaverse, diharapkan akan terwujud dunia realitas virtual. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah Makassar berpotensi menerapkan konsep tersebut mengingat infrastruktur IT di kota ini belum cukup memadai. Belum lagi kesiapan sumber daya manusia yang harus beradaptasi dengan digitalisasi.
Sekretaris Departemen Informatika Universitas Hasanuddin, Indrabayu, menjelaskan sebenarnya ada tiga kata kunci untuk mendefinisikan metaverse yaitu 3D, virtual, dan koneksi sosial (social connection). Konteks Makaverse yang dipaparkan Danny mendefinisikan koneksi sosial di mana setiap orang akan punya akun avatar.
Menurutnya jika konteks metaverse versi Danny seperti yang ingin diterapkan Facebook, maka Kota Makassar tidak akan siap. Dari segi infrastruktur saja, Makassar masih butuh perhatian lebih.
"Kalau itu betul yang ada dalam konteks metaverse secara definisi, saya yakin infrastruktur kita tidak siap. Kalau seandainya cuma kunjungan virtual atau augmented reality yang biasa saja, mungkin masih bisa diadaptasikan tapi tergantung developernya jago atau tidak," katanya saat diwawancarai IDN Times, Selasa (22/3/2022).
1. Infrastruktur IT masih belum memadai
Menurut Indrabayu, masih banyak sekali hal yang perlu dipersiapkan Pemerintah Kota Makassar sebelum mewujudkan metaverse, utamanya infrastruktur IT. Infrastruktur IT di Kota Makassar dianggap belum memadai untuk mewujudkan Kota Metaverse.
Dia mengaku tidak pernah mempersoalkan tentang rencana metaverse tersebut. Namun dia hanya menyampaikan bahwa alangkah baiknya jika rencana besar dan visioner seperti itu lebih banyak melibatkan masyarakat, khususnya terkait pelayanan masyarakat.
"Harusnya setiap kebijakan itu ada asesmen dulu. Harus ada analisisnya, harus ada survei, harus ada research," jelasnya.
Bahkan jika perlu, pemerintah kota sebaiknya mengundang para pakar IT untuk membahas konsep ini lebih lanjut dalam forum grup discussion (FGD). Bukan itu saja, pakar-pakar di bidang lain seperti sosial budaya pun seharusnya dilibatkan dalam pembahasan metaverse.
Sebab jika berbicara mengenai metaverse, konteksnya tidak lagi menyangkut masalah IT saja melainkan ada aspek lain seperti sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya. Menurut Indrabayu, masih banyak hal yang harusnya diselesaikan sebelum mewujudkan konsep metaverse.
"Jadi, lakukan riset terlebih dahulu sambil mematangkan mimpinya. Sambil mempersiapkan infrastruktur. Lakukan metodologi standar dalam menerapkan suatu konsep," kata Indrabayu.
Baca Juga: Pemkot Makassar Galakkan Promosi Metaverse di Media Sosial
Baca Juga: Danny : Hanya 8 Persen Penduduk Makassar yang Tahu Metaverse