TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hari Buruh 2023: Kondisi Pekerja di Sulawesi Selatan dalam Angka

Jumlahnya terus naik, tapi tetap dibayangi eksploitasi

Buruh dan mahasiswa membawa spanduk saat berunjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional di depan kantor DPRD Sulsel, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (1/5/2023). Dalam aksi unjuk rasa tersebut mereka menolak Undang-undang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja karena dinilai merugikan para pekerja. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/pras.

Makassar, IDN Times - Hari Buruh atau May Day diperingati oleh para pekerja sebagai momentum untuk menyuarakan tuntutan dan aspirasi. Sebab, merekalah yang selama ini menjaga ekonomi terus berputar di pabrik-pabrik dan perusahaan tapi paling sering dieksploitasi.

Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagai gerbang menuju Indonesia Timur menjadi wilayah yang menjadi tujuan banyak pencari kerja, lantaran keberadaan beragam industri. Berikut ini IDN Times menjabarkan kondisi pekerja di Sulsel dalam angka, berdasarkan data yang terbaru diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan April 2023 lalu.

1. Jumlah pekerja dalam usia produktif di Sulsel mencapai 4,35 juta orang

Ilustrasi pekerja pabrik. (ANTARA FOTO/Siswowidodo)

Pada Agustus 2022, BPS mencatat bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Sulsel mencapai 66,18 persen (4,55 juta orang). Jumlahnya terus meningkat dalam kurun waktu dua tahun belakangan. Di tahun 2020, angkanya sempat berada di level 63,40 persen (4,2 juta orang). Hal tersebut tak lepas dari keputusan banyak perusahaan dan usaha untuk merumahkan banyak pekerja akibat pandemik COVID-19.

Tingkat partisipasi angkatan kerja sendiri adalah persentase banyaknya angkatan kerja terhadap banyaknya penduduk yang berumur limabelas tahun ke atas. Atau populasi usia produktif dengan pekerjaan di berbagai sektor.

Meski begitu, penduduk TPAK Sulsel yang bekerja adalah 4,35 juta orang. Jumlahnya naik cukup pesat sejak 2020, di mana saat itu data menyebut jumlahnya cuma sekitar 4 juta jiwa.

2. Jumlah pekerja tidak penuh selalu menurun sejak tahun 2020

Ilustrasi karyawan (ANTARA FOTO)

Dari 4,35 juta penduduk Sulsel yang tergolong TPAK dan bekerja, sebanyak 1,56 juta diantaranya berstatus pekerja tidak penuh. Menurut BPS, pekerja tidak penuh adalah mereka yang hanya bekerja setengah dari jam kerja normal yang umumnya berlaku yakni selama 35 jam seminggu.

Pekerja tidak penuh sendiri terdiri atas dua golongan, yakni setengah menganggur (masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan) dan pekerja paruh waktu (tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan yang lain).

Jumlah para pekerja tidak penuh ini terus menurun dalam tiga tahun terakhir. Jumlahnya pada 2020 mencapai 1,68 juta orang, sebelum menjadi 1,66 juta orang di tahun 2021.

Pekerja paruh waktu mendominasi jumlah pekerja tidak penuh di Sulsel pada Agustus 2022, yakni berjumlah 1,29 juta orang. Sedangkan 271 ribu sisanya berstatus setengah menganggur.

3. Para pekerja di Sulsel lebih banyak mendiami daerah pedesaan

Ilustrasi pembangunan pelebaran jalan (IDN Times/Dhana Kencana)

Dari 4,35 juta penduduk Sulsel yang berstatus TPAK dan bekerja pada data BPS terbaru, mayoritas ternyata tinggal di daerah pedesaan (rural area) yakni mencapai 2,51 juta orang. Lalu 1,84 juta sisanya bekerja di perkotaan.

Namun, keduanya sama-sama mengalami tren peambahan. Pekerja di pedesaan tumbuh dari 2,47 juta orang pada 2020 menjadi 2,55 juta di tahun 2022. Sedangkan pekerja yang mencari nafkah di perkotaan naik dari 1,6 juta orang (2020) ke 1,8 juta orang pada Agustus 2022.

Kota Makassar masih menjadi wilayah dengan penduduk pekerja terbanyak yakni 643 ribu jiwa. Disusul Kabupaten Gowa (424 ribu orang), Kabupaten Bone (387 ribu orang) dan Kabupaten Bulukumba (210 ribu orang).

Baca Juga: KSBSI Sulsel: UU Ciptaker Perpanjang Penderitaan Buruh

4. Laki-laki mendominasi jumlah pekerja aktif di seluruh Sulsel

Ilusrtrasi pekerja pabrik (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Dari 4,35 juta penduduk Sulsel bekerja pada data BPS per Agustus 2022, laki-laki masih dominan dengan jumlah mencapai 2,63 juta atau lebih dari setengahnya. Sedangnya 1,72 juta lainnya adalah para pekerja perempuan.

Jumlah pekerja berdasarkan jenis kelamin terus meningkat sejak tahun pertama pandemik COVID-19 menghantam. Untuk laki-laki, angka pada tahun 2020 hanya 2,42 juta orang. Sedangkan perempuan saat itu yakni 1,58 juta jiwa.

Yang menarik, jumlah perempuan TPAK di Sulsel yang berstatus pengangguran terbuka sangat sedikit, yakni hanya 69.826 atau nyaris setara dengan kapasitas Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Sedangkan laki-laki TPAK di Sulsel dan menjadi pengangguran terbuka adalah 135.899 orang.

Baca Juga: Aksi May Day di Sulsel, Buruh: Pemerintah Licik, DPRD Khianati Rakyat

Berita Terkini Lainnya