CPCD Unhas Bahas Benang Kusut Penanganan Terorisme di Indonesia
Mulai dari solusi, pergeseran perilaku dan kinerja BNPT
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Fenonema ekstremisme dan terorisme yang menguat belakangan ini menjadi topik diskusi daring yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Center for Peace, Conflict and Democracy (CPCD) Universitas Hasanuddin.
Bertajuk "De-Radikalisasi VS Re-Radikalisasi: Mengurai Benang Kusut Penanganan Terorisme", kegiatan ini berlangsung aplikasi Zoom pada Senin (12/4/2021) siang.
Tiga narasumber dihadirkan yakni Dwia Aries Tina Pulubuhu (Guru Besar Sosiologi Konflik Unhas, CPCD Senior Researcher, dan Rektor Unhas), Beni Sukandis (UNDP Consultant) serta Lian Gogali (Institut Mosintuwu, Sekolah Perdamaian Perempuan Poso).
1. Perlu ada ruang temu dengan cakupan lebih luas serta membangun social trust di tengah masyarakat
Mendapat kesempatan pertama, Lian Gogali berbicara tentang konflik yang masih terjadi di Poso. Ia menuturkan harus ada ruang temu dengan cakupan lebih luas, ini menjadi wadah untuk mengurai prasangka sosial yang terbentuk.
"Karena, ketika hal ini tidak diurai secara mendalam akan semakin meningkatkan potensi konflik di daerah," tutur Lian dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times.
"Olehnya itu, penting untuk membangun social trust dan kolaborasi untuk membangun solidaritas dalam kehidupan masyarakat," sambungnya.
Sementara itu, Ben Sukandis menyebut bahwa ekstremisme dan terorisme masih menjadi ancaman nasional berskala menengah. Kendati demikian, pencegahan tetap harus dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Mulai dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Polri.
Baca Juga: Kominfo Blokir 20 Ribu Konten Media Sosial yang Terindikasi Terorisme
Baca Juga: Mengurai Benang Kusut Terorisme dan Kekerasan Bersama KontraS Sulawesi