TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sampah Jadi Emas: Menabung Masa Depan dari Limbah Rumah Tangga

Inspirasi pengolahan sampah yang bisa bernilai ekonomi

Aktivitas pemilahan sampah anorganik di Bank Sampah Asoka V binaan Pegadaian di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. (IDN Times/Aan Pranata)

Makassar, IDN Times – Dengan wajah berseri-seri, Rosmini Zainuddin menunjukkan sebuah buku tabungan di tangan kanannya. Setiap catatan di lembaran buku itu jadi saksi perjalanannya selama sembilan tahun memetik manfaat lebih dari aktivitasnya menjaga lingkungan.

Sejak tahun 2015, Rosmini secara konsisten dan tekun memilah sampah anorganik dari rumahnya untuk disetorkan ke bank sampah. Oleh bank sampah, setiap limbah dan barang tak terpakai dari lingkungan rumah tangganya dikonversi menjadi tabungan pundi-pundi rupiah dan emas.

“Sampai saat ini sudah masuk 9 gram tabungan emas saya di Pegadaian, hasil memilah sampah,” kata Rosmini saat diwawancarai IDN Times, Jumat (27/9/2024).

Rosmini merupakan warga Jalan Kumala Lorong 2B, Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Sehari-hari, dia mengisi waktunya sebagai ibu rumah tangga dengan membuka warung di rumah.

Rosmini terdaftar sebagai nasabah Bank Sampah Asoka V, salah satu binaan PT Pegadaian di Makassar. Kebetulan bank sampah itu berada di lorong rumahnya. Bergabung sejak awal berdiri, kini Rosmini juga tercatat sebagai sekretaris di bank sampah itu.

Rosmini menceritakan, awal ketertarikannya menjadi nasabah bank sampah sekadar untuk berpartisipasi. Daripada dibuang percuma, dia berinisiatif mengumpulkan sampah-sampah plastik dan kertas dari rumahnya untuk disetor ke bank sampah. Waktu itu nilainya tak seberapa, sehingga Rosmini pun tak berharap banyak. Yang penting baginya bisa terlibat menjaga kebersihan lingkungan sembari mengisi waktu luang.

Beberapa tahun berlalu, Rosmini terus menambah tabungan sampahnya. Namun dia tidak pernah tertarik mencari tahu sudah berapa banyak konversi uang dari setiap sampah yang dia setorkan. Sampai akhirnya situasi serba sulit dialami pada masa pandemi Covid-19.

“Susah sekali perkonomian, saya coba-coba mau lihat buku tabungan saya apakah ada yang bisa ditarik. Ternyata ada Rp1,5 juta, saya ambil sebagian dan sisanya disimpan,” ucap Rosmini.

Uang hasil tabungan bank sampah, sejauh ini sudah digunakan Rosmini untuk berbagai keperluan. Antara lain untuk membeli seragam sekolah anak, busana lebaran, hingga perangkat smartphone.

Baca Juga: Aset Pegadaian Meningkat, Akhir Tahun Diprediksi Capai Rp100 Triliun

Emas jadi pilihan investasi tepat untuk masa depan

Bank Sampah Asoka V menjadi binaan PT Pegadaian pada 2018, seiring hadirnya program “Memilah Emas Menabung Sampah”. Sejak saat itu pula Rosmini mengalihkan sebagian tabungan sampahnya ke dalam bentuk emas.

Rosmini tertarik menyimpan tabungan sampahnya dalam bentuk emas karena mudah dan aman. Dengan menabung di bank sampah binaan PT Pegadaian, nasabah otomatis menjadi nasabah tabungan emas Pegadaian. Setiap sampah yang disetor bisa langsung dikonversi dalam gramasi emas sesuai harga yang berlaku waktu itu.

“Bagus karna tidak ada bunganya. Apalagi nilai emas naik terus, jadi bisa untuk investasi. Kalau saya pribadi mudah-mudahan nilai tabungan emasnya bisa bertambah terus, karena memang diniatkan jadi simpanan,” katanya.

Rosmini mengungkapkan, setiap sampah yang dia setor ke bank sampah berasal dari lingkungan rumah tangganya sendiri. Umumnya limbah kertas dan plastik dikumpulkan dari sampah di warung dan barang konsumsi sehari-hari. Sampah dibawa ke bank sampah satu bulan sekali.

“Saya tidak pernah keluar cari sampah di mana-mana, hanya dari limbah rumah tangga. Kalau orang lihat memang terkesan sepele, tapi mereka tidak tahu manfaat yang sudah saya dapatkan dari sampah,” katanya.

“Yang seperti ini memang berat kalau tidak terbiasa. Apalagi di awal-awal, orang akan kecewa karena nilainya kecil. Tapi prinsip saja sedikit demi sedikit, simpan dan lupakan,” dia menambahkan.

Aktivitas sederhana Rosmini memilah sampah dari lingkungan rumah tangga bisa jadi inspirasi bagi banyak banyak orang.  Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2023 timbulan sampah secara nasional mencapai 38,6 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, 37,8 persen atau 14,6 juta ton merupakan sampah tidak terkelola. Dari sisi sumber sampah, terbanyak berasal dari rumah tangga dengan persentase sekitar 44,37 persen.

Di Makassar, timbulan sampah rata-rata satu ton per hari, dengan jumlah akumulasi 376,7 ton dalam setahun. Plastik jadi salah satu penyumbang sampah terbesar, yaitu 16 persen, di bawah sampah sisa makanan yang mencapai 65 persen.

Pegadaian bantu Bank Sampah Asoka V naik kelas

Bank Sampah Asoka V binaan PT Pegadaian dikelola oleh Faisal Baso, pemuda yang sehari-hari berprofesi pedagang kaki lima. Dari sebuah bangunan rumahnya di dalam lorong, dia memfasilitasi masyarakat memilah sampah untuk selanjutnya dibawa ke bank sampah sentral.

Setiap sampah yang disetorkan masyarakat ditimbang dan dicatat dalam bentuk buku tabungan. Selain ditukar dengan uang, tabungan sampah bisa dikonversi dalam bentuk emas sesuai timbangan, dengan nilai minimal Rp10 ribu. Saat ini Bank Sampah Asoka V mewadahi 101 nasabah, mayoritas warga RW 5 Kelurahan Jongaya.

Faisal mengungkapkan, Bank Sampah Asoka V didirikan sebagai bentuk edukasi kepada masyarat untuk mengubah perilaku tentang sampah. Bagaimana agar sampah yang dihasilkan tidak semua dibuang dan berakhir di tempat pembungan akhir (TPA). Terutama sampah anorganik seperti gelas plastik, kertas, logam, dan botol kaca.

“Bukan tujuan utama untuk mencari nilai ekonomis, walau pun untuk itu juga ada. Tujuan utamanya adalah bagaimana melihat lingkungan bersih, kita sama-sama mengubah kebiasaan. Yang sehari-hari tahunya cuma kumpul sampah untuk diangkut petugas, sekarang bagaimana agar berkomitmen bersama mengurangi sampah dari rumah,” katanya yang bertindak sebagai direktur.

Bank Sampah Asoka V memanfaatkan metode digital yaitu aplikasi Agen Pegadaian untuk mencatat transaksi tabungan sampah nasabah. Saat nasabah menyetorkan sampah, petugas bank sampah akan membelinya dengan nominal tertentu. Misalnya gelas air minum plastik bekas seharga Rp5 ribu per kilogram.

Jika nasabah ingin menabung hasil penjualan sampah dalam bentuk emas, petugas akan membantu top up via aplikasi. Nilai uang otomatis dikonversi dalam gramasi, tergantung harga emas yang berubah-ubah setiap hari. Nilai top up minimal Rp10 ribu, maksimal Rp10 juta per hari. Untuk pencairan emas, nasabah harus memiliki tabungan minimal satu gram.

“Sekarang rata-rata tabungan sampah yang disetorkan nasabah di kami itu mencapai 500 kilogram hingga satu ton per bulan. Masing-masing nasabah punya pilihan, mau ditabung menjadi emas semuanya atau sebagian dalam bentuk uang tunai,” Faisal menerangkan.

Bank Sampah Asoka V menjadi binaan PT Pegadaian sejak tahun 2018. Pegadaian memberi berbagai dukungan agar semakin banyak orang terlibat dalam program “Memilah Sampah Menabung Emas”. Dukungan antara lain berupa bantuan rehabilitasi dan rebranding gedung, pemberian sarana dan prasarana kendaraan hingga gerobak sampah, serta pendampingan sosialisasi.

Faisal mengenang, saat awal mendirikan bank sampah, sangat sedikit orang yang ingin bergabung. Namun pihaknya dibantu Pegadaian tak lelah mengedukasi masyarakat lewat berbagai sosialisasi, baik di tingkat RT/RW maupun kelurahan. Hingga perlahan tapi pasti, jumlah nasabah dan setoran sampah dari masyarakat sekitar terus bertambah.

“Pegadaian terus support kita untuk sosialisasi. Memang sangat penting penyebaran informasi bahwa di bank sampah ada seperti ini, karena kalau cuma satu kali tidak maksimal. Di sisi lain, kita juga bisa mengajak dan mengajarkan masyarakat untuk berinvestasi,” katanya.

Tidak mudah menjalankan bank sampah secara konsisten hingga memasuki tahun kesepuluh. Faisal mengakui banyak bank sampah yang mati suri karena masih kurangnya dukungan pemerintah, terutama di level daerah. Biasanya, kata dia, pemerintah baru mengunjungi bank sampah jika ada kepentingan untuk penilaian lomba.

“Tapi saya sebagai pengurus bank sampah punya prinsip, tetap berbuat saja, baik itu ada penilaian atau tidak. Di sisi lain, ada Pegadaian yang beri saya support. Karena apa yang belum bisa dibantu pemerintah, bisa dibantu Pegadaian. Istilahnya dibantu naik kelas,” ujar Faisal.

Konsistensi Faisal membuat Bank Sampah Asoka V diganjar sejumlah penghargaan. Antara lain jadi bank sampah terbaik tingkat Kota Makassar pada tahun 2023. Pada tahun yang sama, mereka dinobatkan sebagai juara 2 edukasi binaan Pegadaian seluruh Indonesia. Kemudian ada penghargaan terbaik pertama tata Kelola bank sampah oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Prinsip ekonomi sirkular untuk pengelolaan sampah berkelanjutan

Pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab semua pihak, entah itu pemerintah, produsen, maupun masyarakat sebagai konsumen. Hal itu tertuang dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang mengatur pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.

Direktur Pengurangan Sampah, Ditjen PSLB Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Vinda Damayanti  mengatakan pengelolaan sampah menjadi salah satu program prioritas pemerintah. Karena dunia saat ini menghadapi triple planetary crisis, yakni perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi. Pemerintah Indonesia berupaya mendorong penerapan prinsip ekonomi sirkular, dimana sampah seperti sampah plastik mempunyai nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan kembali.

 “Masyarakat harus mengubah paradigma tentang pengelolaan sampah dari kumpul, angkut, buang ke TPA, menjadi pilah, guna ulang dan daur ulang, sedangkan sisanya hanya residu yang dapat dibuang ke TPA, disinilah ekonomi sirkular berjalan, sampah bukan lagi sampah yang dibuang, namun punya nilai dan dapat dimanfaatkan,” katanya pada gelaran Festival LIKE 2, pada 8 Agustus 2024.

Hal itu pula yang dijalankan PT Pegadaian lewat bank sampah binaannya. Melalui program “Memilah Sampah Menabung Emas”, Perusahaan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan lingkungan yang sehat, mendorong peningkatkan ekonomi masyarakat, serta mengedukasi mengenai pentingnya berinvestasi.

Pegadaian mencatat, sejak program berjalan pada 2018, bank sampah binaannya telah mengumpulkan sekitar 5 kilogram emas atau setara dengan Rp5 miliar dalam bentuk tabungan emas. Tabungan dikonversi dari total volume 3.600 ton sampah dari nasabah, per November 2023.

“Jadi yang memilah sampah jadi emas ini, sampah non-organik yang nanti akan dipilah, ditimbang, dan dinilai. Nilainya tadi itulah yang biasa dalam bentuk uang tapi dalam program ini diwujudkan dalam tabungan emas,” kata Direktur Jaringan Operasi dan Penjualan Pegadaian, Eka Febriansyah dikutip dari Antara.

Eka menjelaskan volume sampah yang dikumpulkan melalui bank sampah tersebut berasal dari 74 Bank Sampah binaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Ditambah pada akhir 2023 terpilih 124 bank sampah binaan baru pada program rekrutmen bank sampah The Gade Clean and Gold Movement.

Program yang mengimplementasikan environmental, social, and corporate governance tersebut tidak hanya bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan lingkungan yang sehat. Melainkan juga bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sembari mengedukasi mengenai pentingnya berinvestasi.

“Kami Pegadaian juga memiliki tugas dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) salah satunya terkait literasi keuangan. Bagaimana supaya masyarakat luas tau  tentang seperti apa investasi yang aman dan investasi yang bisa dimanfaatkan. Salah satunya investasi dalam bentuk emas ini,” ucapnya.

Baca Juga: Menumpuk Mahar di Tabungan Emas Pegadaian

Berita Terkini Lainnya