Ternyata, Merah Putih Berkibar di Sulsel Sebelum Indonesia Merdeka

Persis simbol Kerajaan Bone dan pusaka Kerajaan Bajeng

Makassar, IDN Times - Jika berbicara tentang peristiwa-peristiwa seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, ada satu topik yang sering disinggung: di mana lokasi pengibaran bendera Merah Putih pertama di Sulawesi Selatan (Sulsel)?

Ya, simbol sakral ini pada masa kolonial Hindia-Belanda dan pendudukan Jepang dianggap sebagai benda berbahaya. Merah Putih jadi penanda kesadaran atas identitas nasionalisme persatuan. Namun, kibar Dwiwarna di Tanah Sulsel ternyata punya kisahnya sendiri. Dan kisah itu dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka.

Baca Juga: Pecahkan Rekor, 15 ribu Pendaki Peringati HUT RI di Gunung Bawakaraeng

1. Merah-putih salah satu bendera kebesaran Kerajaan Bone, pernah berkibar di Perang Makassar

Ternyata, Merah Putih Berkibar di Sulsel Sebelum Indonesia MerdekaLukisan karya Romeyn de Hooghe tentang suasana sebuah pertempuran Perang Makassar (1666-1699) antara pasukan koalisi VOC-Bone-Buton pimpinan Laksamana Cornelis Speelman dan pasukan Kesultanan Gowa Tallo. (Wikimedia Commons/Koninklijke Bibliotheek)

Sebelum menjadi identitas resmi Indonesia, bendera dengan warna merah dan putih rupanya lebih dulu menjadi lambang kekuasaan Kerajaan Bone yang eksis dari abad ke-14 hingga tahun 1951.

"Kerajaan Bone punya bendera berwarna merah-putih selain kuning yang disebut WorongporongE. Bendera tersebut merupakan lambang kekuasaan dan kebesaran Bone," ungkap sejarawan Universitas Negeri Makassar, Bahri, kepada IDN Times, Senin (17/8/2020).

Dengan kebiasaan membawa simbol kerajaan ke medan tempur, maka merah-putih turut berkibar dalam beberapa peristiwa bersejarah. Mulai dari Perang Makassar (1666-1669) sebagai panji yang diusung pasukan pimpinan Arung Palakka, hingga Rumpa'na Bone (1905) di mana rakyat mengangkat senjata melawan tentara kolonial Hindia-Belanda. Namun, tak ada bukti terverifikasi yang menyatakan bahwa idenya datang dari Tanah Bugis.

"Tidak ada klaim hingga saat ini bahwa inspirasi bendera Merah Putih berasal dari Kerajaan Bone," pungkas Bahri.

2. Merah-putih berkibar di Lapangan Maradekayya 29 April 1945, sejajar bendera Kekaisaran Jepang

Ternyata, Merah Putih Berkibar di Sulsel Sebelum Indonesia MerdekaPenyerahan bendera Merah Putih dari pejabat militer Jepang (Minseifu) wilayah Sulawesi kepada Sultan Bone ke-32 Andi Mappanyukki dalam upacara yang dilaksanakan pada 29 April 1945 bertempat di Lapangan Maradekayya (kini Lapangan Hasanuddin) Kota Makassar. (Nippon Eiga Sha - YouTube.com/Bimo K.A.)

Selanjutnya, bendera Merah Putih berkibar di Makassar kurang dari tiga bulan sebelum Indonesia merdeka. Situasi Jepang yang kian terjepit di Perang Asia Timur Raya membuat Tokyo mulai melunak pada negara-negara jajahannya. Janji kemerdekaan pun diberi kepada Indonesia.

Sebagai bentuk komitmen Dai Nippon untuk masyarakat Sulawesi, sebuah rapat umum diadakan sebuah upacara sekaligus rapat umum di Kota Makassar pada tanggal 29 April 1945. Berlangsung di Lapangan Maradekayya, atau kini dikenal sebagai Lapangan Hasanuddin.

Dalam rapat umum yang bertepatan dengan Tentyoo Setsu (ulang tahun Kaisar Hirohito), dilakukan pula penyerahan simbolis Merah Putih disaksikan oleh masyarakat, anggota organisasi bentukan Jepang, para raja-raja kerajaan Sulsel dan Soekarno (Ketua Chuo Sangi In/Dewan Petimbangan Pusat dan anggota BPUKI).

Bendera diserahkan oleh petinggi Kaigun Minseifu Celebes (Organisasi Pemerintahan Sipil Militer Jepang di Sulawesi) kepada Arumpone (Raja Bone) ke-32, Andi Mappanyukki. Merah Putih pun dikibarkan sejajar berdampingan dengan bendera Hinomaru milik Kekaisaran Jepang.

3. Merah-putih berkibar di halaman Istana Balla Lompoa pada upacara Gaukang Kerajaan Bajeng

Ternyata, Merah Putih Berkibar di Sulsel Sebelum Indonesia MerdekaPemandangan Istana Balla Lompoa milik Kesultanan Gowa Sulawesi Selatan antara tahun 1870 hingga 1892. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Catatan berikutnya datang dari Kerajaan Bajeng yang menguasai lereng-lereng Gunung Lompobattang, atau saat ini berada di Kabupaten Gowa. Pada tanggal 14 Agustus 1945, tiga hari sebelum Proklamasi, bendera Merah Putih berkibar di depan Istana Balla Lompoa.

Kusuma Ningrum dkk dalam artikel jurnal "Upacara Gaukang Tu Bajeng Kabupaten Gowa 1945-2017" (Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018), dijelaskan bahwa bendera tersebut dikibarkan dalam rangka upacara pengibaran pusaka kerajaan bernama Gaukang. Gaukang sendiri berupa dua lembar bendera berwarna merah dan putih dan disimpan di Balla Lompoa. 

Awalnya, seorang opsir Jepang bernama Fukusima hendak melihatnya secara langsung. Namun ditolak oleh para tetua adat Kerajaan Bajeng yang dinamakan Batang Banoa Appaka . Alasannya, pusaka kerajaan bukanlah sebuah benda yang bisa dilihat dengan bebas oleh sembarang orang.

Kompromi dipilih. Sebuah upacara diadakan di istana kebesaran Gowa-Tallo tersebut. Dwiwarna berkibar, direstui oleh petinggi militer Jepang. Sejak saat itu, keturunan Kerajaan Bajeng rutin menggelar upacara Gaukang Tu Bajeng tiap tanggal 14 Agustus.

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Baca Juga: Mapala 45 Bentangkan Bendera Raksasa di Pulau Laelae Makassar

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya