Viral Ibu-Ibu Marah di Stasiun Mandai Maros, Tak Terima Anak Ditolak Naik Kereta

Intinya sih...
Ibu penumpang protes anak ditolak naik kereta karena tidak memiliki tiket
Keluarga merasa kecewa dan tidak dilayani dengan baik oleh petugas
BPKA Sulsel menyatakan permintaan maaf dan menyesalkan ketidaknyamanan penumpang, serta akan melakukan evaluasi sistem boarding di seluruh stasiun
Makassar, IDN Times - Sebuah video yang memperlihatkan penumpang memprotes petugas di Stasiun Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, viral di media sosial. Penumpang itu marah karena anak-anak mereka disebut tidak memiliki tiket dan tidak diizinkan naik kereta.
Kejadian tersebut terjadi pada perjalanan Kereta Api Lontara pada 22 Juni 2025. Dalam video yang diunggah akun Instagram infokejadian_pangkep, seorang penumpang perempuan terdengar mengungkapkan kekesalannya sambil berteriak dan menangis.
"Awas ko nah, saya viralkan ko. Anak-anak ini, anak-anak ini, anak-anak. Saya bayar ko Rp100 ribu, saya bayar. Masa tiketnya anak-anak tidak bisa,” ucap penumpang dalam rekaman tersebut.
Sementara dalam video tersebut, terlihat si petugas yang dimarahi tetap santai dan tertawa. Beberapa orang pegawai juga terlihat berusaha menenangkan suasana.
1. Ibu penumpang ungkap kronologi anak ditolak naik kereta
Akun @sriushwaningrum yang merekam video tersebut, membagikan kronologi peristiwa. Dia merupakan ibu dari anak yang ditolak naik kereta.
Dalam caption, dia menjelaskan bahwa mereka sudah membeli 30 tiket untuk rute Pangkajene-Barru, Barru-Mandai, hingga Mandai-Pangkajene. Namun, saat tiba di Mandai, perjalanan mereka terhambat karena petugas menyebut anak-anak mereka tidak memiliki tiket.
"Kami sudah bermohon agar diberikan tiket dan kami siap membayar berapa pun. Yang penting kami sekeluarga bisa berangkat, tetapi kami tidak diberikan lagi tiket dengan alasan sudah habis," tulisnya.
Pernyataan petugas yang diduga meminta agar 'anak disimpan saja di stasiun' memicu kemarahan keluarga. Ucapan itu dianggap tidak manusiawi dan membuat situasi semakin memanas.
"Yang kami tidak terima karena petugas KAI itu mengatakan 'tidak bisa berangkat ini anak, tiket sudah habis, simpan saja ini anak di sini'. Padahal anak kami masih di bawah umur, masa kami tega meninggalkan anak kami di stasiun sendirian," tulisnya.
2. Keluarga pulang dari Mandai dengan rasa kecewa
Keluarga mengaku tersinggung karena merasa tidak dilayani dengan baik oleh petugas. Mereka juga menilai sikap petugas terkesan arogan sehingga menambah rasa kecewa selama perjalanan.
Mereka menyebut sempat terpancing emosi akibat perlakuan yang diterima di stasiun. Setelah menyampaikan protes, barulah petugas keamanan mengizinkan mereka naik kereta untuk kembali ke Pangkep namun kondisi kereta sudah penuh.
"Akhirnya kami sekeluarga pulang ke Pangkajene dengan memesan mobil Maxim dengan 10 orang keluarga kami dengan penuh kekecewaan," katanya.
3. BPKA Sulsel sesalkan ketidaknyaman penumpang
Balai Pengelola Kereta Api Sulawesi Selatan (BPKA Sulsel) merespons kejadian ini dengan menyampaikan permintaan maaf dan menyesalkan ketidaknyamanan penumpang. Kepala BPKA Sulsel, Deby Hospital, menyebut insiden ini menjadi perhatian serius.
"BPKASS memahami dan menyesalkan ketidaknyamanan yang dialami oleh penumpang, sebagaimana terlihat dalam unggahan media sosial yang beredar. Unggahan tersebut menjadi perhatian serius kami. Kami ingin menegaskan bahwa kenyamanan, keselamatan, dan pelayanan yang ramah adalah prioritas utama dalam setiap perjalanan kereta api," kata Deby dalam pernyataan resmi, dikutip pada Rabu (24/6/2025).
Berdasarkan penelusuran internal, petugas yang terlibat merupakan karyawan PT Angkasa Pura Suport (APS) yang bertugas mendukung operasional stasiun. BPKA Sulsel memastikan evaluasi menyeluruh dilakukan, termasuk penegakan sanksi disipliner jika ditemukan pelanggaran standar pelayanan atau etika kerja.
PT APS diminta segera memberikan pembinaan langsung kepada petugas terkait, menjatuhkan sanksi, dan melaksanakan pelatihan ulang mengenai pelayanan prima serta keramahan dalam menghadapi pelanggan. BPKA Sulsel juga mengevaluasi sistem boarding di seluruh stasiun untuk mencegah kejadian serupa terulang.