Penembakan di Bandara Ilaga Papua Tengah, OPM Mengaku Melancarkan Serangan

- Personel Kopasgat TNI buru pelaku penembakan di Bandara Aminggaru Ilaga, Papua Tengah
- Aktivitas bandara tetap normal meskipun terdengar letusan senjata, tanpa korban jiwa atau kerugian materil
- TPNPB-OPM mengakui bertanggung jawab atas penembakan dan menyerang pesawat sipil serta aparat militer Indonesia
Timika, IDN Times — Suasana Bandara Aminggaru Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, kembali diwarnai gangguan keamanan pada Rabu pagi (18/6/2025).
Dua kali letusan senjata api terdengar dari arah hutan di sekitar area bandara yang diduga berasal dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Omukia pimpinan Jeki Murib.
Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Pol. Faizal Ramadhani, menyampaikan bahwa letusan pertama terdengar pada pukul 07.35 WIT.
1. Aparat buru pelaku

Menanggapi hal tersebut, personel Kopasgat TNI segera berkoordinasi melalui HT dengan jajaran Operasi Damai Cartenz-2025. Tim gabungan langsung melakukan pemantauan dan penyisiran di kawasan hutan sekitar bandara.
Dari hasil pemantauan, teridentifikasi tiga orang anggota KKB membawa dua pucuk senjata laras panjang jenis M16 dan AK47 serta satu senjata api pendek.
Kontak tembak pun terjadi antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata tersebut sejak pukul 08.00 hingga sekitar 09.30 WIT.
Setelah kontak tembak, aparat gabungan melanjutkan penyisiran dan memastikan bahwa situasi di Bandara Aminggaru telah kembali aman dan terkendali.
Faizal menegaskan bahwa gangguan di area vital seperti bandara merupakan tindak kejahatan serius.
“Kami tidak akan memberi ruang bagi kelompok bersenjata yang mengganggu ketenangan dan keselamatan masyarakat Papua. Tindakan hukum akan ditegakkan secara terukur dan profesional,” tegas Brigjen Faizal.
Ia menambahkan bahwa seluruh personel telah bergerak cepat sehingga situasi bisa segera dikendalikan.
2. Aktivitas bandara kembali berjalan lancar

Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz-2025, Kombes Pol. Yusuf Sutejo, menjelaskan bahwa meskipun sempat terdengar dua kali letusan, aktivitas bandara tetap berjalan normal.
“Kami pastikan tidak ada korban jiwa maupun kerugian materil. Aktivitas penerbangan tetap berlangsung aman hingga jadwal terakhir pukul 11.00 WIT. Operasional bandara akan kembali normal seperti biasa,” ujar Kombes Yusuf.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang belum terverifikasi di media sosial.
"Hingga sore hari, aparat gabungan dari Kopasgat TNI dan Operasi Damai Cartenz-2025 masih bersiaga penuh guna menjaga keamanan dan kenyamanan di kawasan Bandara Aminggaru Ilaga," pungkasnya.
3. OPM mengaku bertanggung jawab atas penembakan

Sementara di sisi lain, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Kodap XVIII Ilaga mengakui telah melancarkan serangan bersenjata di Bandar Udara Aminggaru, Ilaga.
Dalam serangan tersebut, TPNPB menargetkan aparat militer Indonesia dan sebuah pesawat sipil yang diduga terlibat dalam aktivitas pendropan pasukan TNI.
Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, dalam siaran persnya menyampaikan bahwa aksi penyerangan dimulai sekitar pukul 08.30 WIT dan berlangsung selama hampir dua jam.
Kata dia, Serangan itu dipimpin langsung oleh Panglima Kodap XVIII Ilaga, Bridjen Peni Murib, bersama komandan lapangan Pilatus Waker dan Papuanus Murib.
Menurut keterangan, pesawat sipil yang diserang diduga digunakan untuk mengangkut personel militer ke wilayah konflik.
"Pesawat sipil akan tetap menjadi target selama digunakan untuk mendukung operasi militer Indonesia di Papua," ujar Sebby berdasarkan laporan Papuanus Murib.
Usai kontak tembak di bandara, TPNPB juga menuding aparat militer Indonesia melakukan operasi balasan ke arah Kampung Tabanggi 1 dan 2, Distrik Gome Utara, yang disertai pembakaran sejumlah rumah warga sipil.
Terkait dengan hal itu, Manajemen Pusat KOMNAS TPNPB mengimbau masyarakat sipil agar tidak bepergian ke wilayah konflik, khususnya Ilaga.
“Kami peringatkan warga sipil dari Nabire, Timika, dan Wamena untuk tidak menaiki pesawat ke Ilaga. Jangan menjadi korban dari perang ini,” tegas Sebby Sambom.
Lebih lanjut, TPNPB juga menyatakan bahwa warga non-Papua yang berada di luar Kota Ilaga dan masih beraktivitas dianggap sebagai bagian dari jaringan intelijen militer Indonesia.
Pihaknya mengklaim bahwa kehadiran mereka di wilayah konflik merupakan bagian dari strategi negara untuk melemahkan gerakan separatis Papua.