Keberpihakan Cagub Sulsel pada Lingkungan: Harapan atau Janji Kosong?

- Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Sulsel disorot terkait keberpihakan terhadap isu lingkungan hidup.
- DiA menunjukkan keinginan besar dalam mengintegrasikan isu lingkungan dalam visi-misi mereka, namun masih sebatas diksi.
- Andalan Hati dinilai kurang menonjol dalam memasukkan isu lingkungan secara mendalam, meski lebih banyak menyampaikan isu lingkungan dalam visi misinya.
Makassar, IDN Times - Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan kerusakan lingkungan di Sulawesi Selatan, perhatian publik tertuju pada bagaimana pasangan calon gubernur dan wakil gubernur merespons tantangan ekologi dalam visi dan misi mereka.
Dalam sebuah diskusi yang digelar WALHI Sulawesi Selatan di kafe Kopitiam, Jalan Letjen Hertasning, Makassar, Senin (11/11/2024), keberpihakan kedua paslon terhadap isu lingkungan hidup menjadi sorotan utama. Kedua paslon memiliki perbedaan strategi serta komitmen yang diusung dalam kampanye mereka.
Diskusi tersebut membedah visi dan misi kedua paslon dalam hal ini Moh Ramdhan Pomanto-Azhar Arsyad (DiA) sebagai pasangan nomor urut 1 dan Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi (Andalan Hati) sebagai pasangan nomor urut 2. Diskusi ini bertajuk 'Menakar Keberpihakan Pasangan Calon Gubernur terhadap Upaya Perlindungan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan'.
Diskusi ini menghadirkan tiga orang penanggap yakni Nina Basira (Aktivis Perempuan), Asmin Amin (Pendiri WALHI Sulsel), dan Junardi Jufri (Aktivis Lingkungan Hidup). Berdasarkan diskusi ini, ada sejumlah poin yang menjadi sorotan, salah satunya soal krisis air.
"Krisis air itu sudah sangat rawan di Sulsel. Krisis air itu ada hubungannya dengan hutan, karena kemarau hujan banjir. Berarti tidak ada sama sekali. Tidak banyak lagi pohon. Seharusnya dalam visi misi sudah harus tercantum berapa juta pohon yang ditanam dalam satu periode," kata Nina Basirah.
1. Masih minim program lingkungan hidup

Paslon DiA disebut menunjukkan keinginan lebih besar dalam mengintegrasikan isu lingkungan dalam visi-misi mereka namun masih sebatas diksi. Sebaliknya, Paslon Andalan Hati dinilai kurang menonjol dalam memasukkan isu lingkungan secara mendalam.
Direktur Eksekutif WALHI Sulsel, Muhammad Al Amien, menilai secara diksi, Paslon nomor urut 1 menggunakan banyak kata-kata yang berhubungan dengan istilah lingkungan hidup seperti ekologi, resiliensi, adaptasi, penyesuaian tata ruang, hingga pemulihan lingkungan. Namun secara konten, masih terlalu sedikit.
"Saya tidak tahu apakah terburu-buru atau memang tidak kaya gagasan atau seperti apa. Yang pasti, kontennya sedikit tapi memasukkan diksi lingkungannya lebih banyak dibanding Paslon nomor urut 2. Jadi dalam konteks dokumen, Paslon nomor urut 1 lebih punya preferensi atau keberpihakan terhadap lingkungan," kata Amien.
WALHI Sulsel melihat dokumen visi misi Paslon DiA masih terlalu sedikit walaupun mereka menyampaikan isu ekologi dalam dua halaman. Namun jika berbicara soal konten, Andalan Hati lebih banyak menyampaikan isu lingkungan dalam visi misinya.
"Jadi, Paslon 02 lebih mengeksplorasi apa rencananya untuk Sulsel 5 tahun mendatang dibanding Paslon 01. Tapi kalau dari diksi atau penggunaan kata-kata, selain konten ya, Paslon 01 lebih banyak menyampaikan diksi-diksi lingkungan hidup," kata Amien.
2. Catatan WALHI soal visi dan misi paslon Pilgub Sulsel

WALHI mencatat bahwa dalam dokumen visi-misi Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 1 (DiA), dari total 27 Misi dan Program yang dijabarkan, setidaknya ada 15 Misi dan Program yang berkaitan dengan isu lingkungan hidup, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Jika dipresentasikan, maka ada sekitar 55 persen dari total Misi dan Program yang ditawarkan.
Paslon DiA mengusung visi Sulsel Global Food Hub yang Sombere, Macca & Resilient untuk Semua. Salah satu misi yang berkaitan dengan lingkungan hidup yakni Misi 1 yang berbunyi Mewujudkan Restrukturisasi Spasial dan Ekologi yang Sombere, Macca & Resilient.
WALHI memandang penting adanya restrukturisasi spasial dan ekologi di Sulawesi Selatan. Hal ini mengingat kondisi lingkungan dan ruang hidup yang mengalami degradasi cukup serius bahkan menuju kolaps dalam beberapa tahun terakhir.
Hanya saja, WALHI masih skeptis terhadap misi tersebut jika melihat track record Danny Pomanto selama menjabat sebagai Wali Kota Makassar. Pasalnya, ruang terbuka hijau (RTH) di Makassar hanya 11,47 persen. Taman diubah menjadi mal pelayanan publik sehingga semakin memperkecil RTH di Kota Makassar.
Sementara Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 2 (Andalan Hati), hanya menjabarkan setidaknya19 Misi dan Program yang berkaitan dengan isu lingkungan hidup baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dari total 59 Misi dan Program yang ditawarkan, ada sekitar 35 persen Misi dan Program yang berkaitan dengan isu lingkungan hidup.
Paslon Andalan Hati mengusung visi Sulawesi Selatan MAJU dan BERKARAKTER. Salah satu misi yang berkaitan dengan isu lingkungan hidup yakni Misi 2 yang berbunyi Melanjutkan Hilirisasi Pertanian untuk Mencapai Swasembada Pangan dan Lumbung Pangan serta Sumber Daya Alam Lainnya yang Modern dan Berdaya Saing Berbasis Ekonomi Hijau.
Di misi ini, WALHI tidak mendapatkan program-program yang konkrit bagaimana paslon tersebut melakukan hilirisasi produk pertanian, seperti apa model pertanian untuk mencapai swasembada pangan, dan seperti apa model hilirisasi sumber daya alam yang modern dan berdaya saing berbasis ekonomi hijau dan ekonomi biru.
WALHI menilai misi ini terlalu mengawang-ngawang karena pada program-program yang ditawarkan. Paslon Andalan Hati dinilai lebih banyak menyinggung terkait pertanian saja, itu pun tidak menjawab seperti apa model ekonomi hijau yang mereka tawarkan.
Selain tidak dijabarkan dengan detail dalam program-program terkait dengan basis ekonomi biru dan hanya mengusung program peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau- pulau kecil, WALHI menilai tidak ada konsep ekonomi biru yang ditawarkan dalam program program pasion ini.
3. Kedua paslon belum memiliki track record yang memadai

Berdasarkan catatan itu, WALHI Sulsel menggarisbawahi bahwa kedua paslon belum memiliki rekam jejak yang menunjukkan keberhasilan nyata dalam melindungi lingkungan. Dari kedua paslon itu, kata dia, belum ada yang bisa dibanggakan dalam konteks mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Danny Pomanto misalnya saat memimpin Kota Makassar, Amien menyebut kebijakannya relatif tidak ada yang bisa dibanggakan dalam konteks lingkungan. Di antaranya, pemulihan kota, perluasan RTH, hingga pemberian akses air bersih bagi masyarakat di pesisir dan sekitar kawasan Sungai Tallo juga belum tampak.
Andi Sudirman Sulaiman juga demikian. Amien mengatakan belum banyak kebijakan yang secara nyata melindungi lingkungan hidup. Bahkan di eranya, Andi Sudirman Sulaiman berencana melanjutkan reklamasi pantai di Pulau Lae-Lae.
Hal ini malah berisiko terhadap lingkungan. Ditambah lagi dengan kebijakan pertambangan yang masih kerap menimbulkan konflik di lapangan dan menimbulkan bencana ekologi yang tidak dievaluasi.
"Kalau dari track record keduanya, nyaris belum ada prestasi. Keduanya belum punya prestasi yang bisa dibanggakan untuk kami kampanyekan atau kami minta untuk dipilih," kata Amien.
Meski begitu, WALHI berharap gubernur terpilih nanti dapat memprioritaskan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berorientasi pada ekonomi restoratif, bukan eksploitasi sumber daya alam yang merugikan masyarakat kecil. Isu lingkungan diharapkan bukan sekadar janji kampanye dengan kondisi Sulsel yang semakin kritis akibat degradasi lingkungan.
"Siapa pun yang menang, siapa pun yang dipilih oleh rakyat, saya berharap kebijakannya tidak berorientasi pada bisnis ekstraktif atau tidak mengembangkan bisnis yang berisiko terhadap lingkungan atau kegiatan usaha yang malah menimbulkan kerusakan lingkungan misal pertambangan atau ekspansi dan perluasan sawit," kata Amien.