Jusuf Kalla Sebut Premanisme Berawal dari Ketiadaan Lapangan Kerja

- Jusuf Kalla (JK) menyebut maraknya aksi premanisme di Indonesia tak terlepas dari ketiadaan lapangan kerja.
- Menurut JK, pendekatan represif saja tidak cukup, akar masalahnya adalah rendahnya aktivitas ekonomi di berbagai daerah.
- JK mengajak lulusan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri, memilih antara mencari pekerjaan atau membuat pekerjaan sebagai wirausaha.
Makassar, IDN Times - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK), menanggapi maraknya aksi premanisme di Indonesia. Menurutnya, fenomena itu tak bisa dipisahkan dari persoalan ekonomi, khususnya ketiadaan lapangan kerja.
"Jangan hanya lihat premannya tapi lihat kenapa dia, kenapa menjadi preman. Itu hampir semuanya karena tidak adanya pekerjaan tapi tetap ingin hidup makanya by pass," kata JK-akronim Jusuf Kalla, usai menyampaikan orasi ilmiah dalam Wisuda Unhas Periode Juni 2025 di Makassar, Selasa (3/6/2025).
1. Pendekatan represif tidak cukup atasi premanisme

JK menilai pendekatan represif saja tidak cukup menyelesaikan persoalan. Akar masalahnya, kata dia, terletak pada rendahnya aktivitas ekonomi di berbagai daerah.
"Jadi, tidak bisa kita selesaikan tindakan premanisme itu dengan menghukum mereka saja, tapi mencari solusinya bagaimana kita tetap ada lapangan kerja. Itu masalahnya, di mana-mana begitu, asal ada daerah yang ekonomi rendah pasti banyak kriminal," kata JK.
2. Dorong alumni Unhas bergelut di wirausaha

Sebelumnya, saat menyampaikan orasi ilmiah, JK mengajak para lulusan Universitas Hasanuddin untuk menciptakan lapangan kerja sendiri. Dia menilai lulusan tidak bisa terus bergantung pada pasar kerja yang semakin sempit.
"Setelah wisuda pilihannya ada dua, pada cari pekerjaan atau membuat pekerjaan. Sekarang mencari kerjaan susah, maka alternatif yang paling mungkin adalah bagaimana membuat pekerjaan jadi wirausaha," kata JK.
3. JK berpesan agar para lulusan Unhas tidak bertumpuk di kota

JK juga mendorong para lulusan agar kembali ke kampung halaman dan tidak menumpuk di kota besar. Menurutnya, membangun daerah adalah bagian dari kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional.
"Buka usaha kecil, perkebunankah, apa sajalah. Kembali ke daerah, memajukan daerah. Jangan berkumpul semua di kota," ucapnya.