Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hunian Hotel di Makassar Anjlok Jelang Natal dan Tahun Baru 2025

ilustrasi kamar hotel (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi kamar hotel (pexels.com/Pixabay)

Makassar, IDN Times - Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) adalah momen yang biasanya dipenuhi euforia liburan. Namun, di Makassar, Sulawesi Selatan, suasananya berbeda. 

Bagi pelaku usaha hotel, periode ini justru menjadi waktu yang sulit. Tingkat hunian hotel di kota ini diprediksi anjlok drastis, dengan rata-rata hanya mencapai 20-25 persen hingga akhir Desember. Hal ini disampaikan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Selatan, Anggiat Sinaga.

"Seperti tahun-tahun sebelumnya bahwa libur Nataru itu hunian pasti anjlok, bahkan mulai hari ini Jumat hingga tanggal 30 Desember hunian hanya rata-rata sekitar 20 - 25 persen," kata Anggiat saat diwawancarai IDN Times melalui WhatsApp, Jumat (20/12/2024).

1. Industri perhotelan Makassar bergantung pada aktivitas MICE

Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan (unsplash.com/Khairul Akbar)
Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan (unsplash.com/Khairul Akbar)

Di balik megahnya gedung-gedung pertemuan dan hotel-hotel berbintang di Makassar, terselip realitas bahwa kota ini masih bergantung pada segmen pasar tertentu. Sekitar 65 persen pelanggan hotel berasal dari kegiatan MICE. Tanpa aktivitas tersebut, roda bisnis hotel cenderung melambat. 

"Karena Makassar itu hanya hidup dari kegiatan-kegiatan MICE pemerintahan dan kunjungan kerja corporate sehingga tidak heran antisipasi kondisi yang sangat low hunian, banyak hotel menawarkan special rate," jelas Anggiat.

MICE adalah singkatan dari Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition, yang merupakan industri penyelenggaraan acara atau kegiatan berskala besar, baik untuk bisnis, organisasi, maupun pemerintahan. Industri MICE mencakup berbagai kegiatan seperti Meeting (Pertemuan), Incentive (Insentif), Convention (Konvensi), dan Exhibition (Pameran). 

Industri MICE menjadi salah satu penggerak utama pariwisata di banyak kota, termasuk Makassar. Ini karena membawa pengunjung yang tidak hanya menghadiri acara, tetapi juga menghabiskan waktu di hotel, restoran, dan tempat wisata setempat.

2. Makassar bukan destinasi liburan favorit

Ilustrasi Pantai Losari Makassar. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi Pantai Losari Makassar. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Libur Nataru di Makassar tidak seheboh di Bali atau Yogyakarta. Ditambah lagi, Makassar sering kali hanya menjadi kota transit atau persinggahan singkat bagi wisatawan sebelum melanjutkan perjalanan ke Toraja, Bira, atau destinasi wisata lainnya di Sulawesi Selatan. 

"Makassar bukan destinasi favorit untuk liburan, masih kalah dibanding Bali, Lombok, Jogja dan seterusnya," kata Anggiat.

3. Hotel berlomba tawarkan harga spesial Nataru

Ilustrasi meja resepsionis hotel (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi meja resepsionis hotel (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Di tengah tantangan ini, pelaku usaha perhotelan mencoba bertahan dengan berbagai cara. Mulai dari diskon besar-besaran hingga paket spesial Nataru, semuanya diupayakan untuk menarik perhatian wisatawan. 

Anggiat mengungkapkan, banyak hotel di Makassar kini menawarkan harga spesial untuk menarik tamu. Namun, dampaknya tidak signifikan. Satu-satunya momen cerah, kata dia, mungkin hanya terjadi pada malam pergantian tahun.

"Terkait hunain khusus tahun baru yakni khusus tanggal 31 Desember, masih akan optimis tembus 85 - 90 persen tapi hanya 1 hari di tanggal 31," jelasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
Ashrawi Muin
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us

Latest News Sulawesi Selatan

See More

Upaya Pulihkan Ekosistem, DKP Sulsel Bangun 1.657 Apartemen Ikan

07 Des 2025, 19:47 WIBNews