Nestapa Anak Jalanan di Perempatan Lampu Merah Makassar

Penanganan anak jalanan di Makassar tidak optimal

Intinya Sih...

  • Beberapa anak jalanan di Makassar mencari rezeki dengan mengamen di persimpangan lampu merah
  • Anak-anak tersebut juga masih bersekolah dan harus pulang jam 11 malam setelah mencari rezeki di jalanan
  • Pemerintah Kota Makassar telah menjaring lebih dari 60 anak jalanan dan akan fokus pada pembinaan ke depan

Makassar, IDN Times - Jalanan masih menjadi tempat mengais rezeki bagi sebagian orang. Fenomena ini kerap menjadi pemandangan di perempatan lampu merah kota-kota besar, termasuk Makassar.

Sebagaimana pantauan IDN Times, Sabtu (13/4/2024), sekitar pukul 20.30 WITA, terlihat beberapa anak yang mangkal di persimpangan lampu merah di Jalan Pengayoman dan Jalan Adyaksa, Makassar. Mengenakan kostumnya badut, mereka mencari rezeki untuk menyambung hidupnya dengan cara mengamen.

Setiap hari mereka mengguluti aktivitas itu. Ada yang bernyanyi atau ada yang sekadar menyalakan radio sembari berjoget dengan kostum badutnya. Mereka mendekati para pengendara yang berhenti saat lampu merah.

Dua orang anak terlihat menukarkan uang pecahan miliknya ke warung nasi goreng di persimpangan itu. Dua anak itu yakni Fa (12) dan Fr (12) merupakan saudara kembar yang setiap hari melakoni aktivitas sebagai badut itu.

Rumah mereka cukup jauh dari lokasi persimpangan itu. Mereka bermukim di Jalan Adyaksa Baru. Dua bocah laki-laki ini diantar menggunakan sepeda motor ke lokasi.

"Naik motor ke sini, diantar sama teman" kata Fr kepada IDN Times.

1. Pagi sekolah malam turun ke jalan

Nestapa Anak Jalanan di Perempatan Lampu Merah MakassarAktivitas anak jalanan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (13/4/2024). IDN Times/Ashrawi Muin

Fa dan Fr memang menghabiskan banyak waktu di jalanan. Meski begitu, mereka adalah anak-anak yang mengenyam pendidikan. Saat ini, keduanya duduk di bangku kelas 6 di salah satu sekolah dasar di Makassar.

Sepulang sekolah, mereka tetap beristirahat di rumah dan mengaji di sore hari sebagaimana anak-anak pada umumnya. Ketika malam, barulah mereka keluar mencari rezeki di jalanan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan ini.

"Tidak ada yang suruh. Keinginan sendiri," jawab Fa dan Fr bergantian.

Meski begitu, kebingungan mereka bersekolah tetap besar. Walau harus pulang jam 11 malam, mereka tetap bangun pagi untuk ke sekolah.

Di tengah hiruk pikuk malam Kota Makassar, mereka biasanya mendapatkan uang sebesar Rp80.000 per hari. Tapi uang itu tidak bisa dinikmati semuanya.

Ada biaya sewa kostum badut yang harus dibayar. Uang yang didapatkan dari aktivitas mengamen di lampu merah tentu hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.

"Baju badut disewa, Rp50.000 per hari. Setiap hari biasa dapat Rp80.000. Jadi sisa Rp30.000 dikasih orang tua, langsung dibelikan makanan. Biasa beli ikan," kata Fr.

2. Faktor ekonomi memaksa mencari rezeki di jalan

Nestapa Anak Jalanan di Perempatan Lampu Merah MakassarAktivitas anak jalanan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (13/4/2024). IDN Times/Ashrawi Muin

Fa dan Fr merupakan anak kedua dan ketiga dari 5 bersaudara. Kakak pertamanya juga sama-sama mengamen dengan kostum badut sedangkan kedua adiknya masih kecil.

Pekerjaan ayahnya sebagai penarik bentor dan ibu sebagai pemulung, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mau tidak mau, jalanan ada pilihan untuk mencari rezeki tak peduli bahayanya.

"Orang tua tahu kita di sini. Kita juga tidak takut sama mobil, motor kecuali di jalanan besar seperti Jalan Boulevard," Fr.

Keduanya mengaku baru beberapa hari ini kembali ke jalanan. Pasalnya, mereka harus main kucing-kucingan dengan Satpol PP sehingga tak berani muncul ke lokasi itu.

Walau ada ketakutan tertangkap Satpol PP, tapi mereka tetap nekad kembali lagi. Persoalan ekonomi tentu saja menjadi alasan utama

"Karena butuh uang," kata Fatul.

3. Lebih dari 300 anak terjaring razia selama 2023

Nestapa Anak Jalanan di Perempatan Lampu Merah MakassarAktivitas anak jalanan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (13/4/2024). IDN Times/Ashrawi Muin

Fenomena tersebut memang perlu mendapat perhatian. Pasalnya di sisi lain, pemerintah juga melarang adanya pemberian sumbangan. Plt Kepala Dinas Sosial Kota Makassar, Andi Pangerang Nur Akbar, mengatakan pihaknya telah menggalakkan razia dan pembinaan anak jalananan.

Sepanjang 2023, Dinas Sosial Kota Makassar menjaring lebih dari 300 anak jalanan. Tahun ini, sudah ada lebih dari 60 anak yang terjaring.

"Ada banyak memang. Jadi kami memang akan konsern dengan kegiatan pembinaan ke depan," kata Pangerang.

Belum lagi, anak jalanan juga rentan dieksploitasi. Pangerang mengatakan tak jarang ada oknum tertentu yang memanfaatkan anak jalanan demi kepentingannya sendiri.

"Anak jalanan yang turun bukan karena kehendak sendiri bahkan ada paksaan dan ancaman dari orang lain, oknum yang membuat mereka tidak ada pilihan," kata Pangerang.

Faktor ekonomi juga tak luput jadi pendorong turunnya anak-anak ke jalanan. Lalu ada anggapan dan stigma bahwa jalanan adalah tempat mencari rezeki.

"Stigma yang muncul bahwa di jalan adalah cara yang instan bisa mendapatkan uang sehingga kami melihat mereka orientasinya lebih ke sana," kata Pangerang.

Baca Juga: Pemkot Makassar Gencarkan Razia Anjal dan Gepeng di Jalan Protokol

4. Pemerintah akan galakkan pembinaan

Nestapa Anak Jalanan di Perempatan Lampu Merah MakassarAktivitas anak jalanan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (13/4/2024). IDN Times/Ashrawi Muin

Untuk itu, Dinas Sosial Makassar harus menggandeng beberapa lembaga pemerintah lainnya untuk mengatasi masalah anak jalanan ini. Pangerang mengatakan anak jalanan memiliki hak yang sama seperti anak-anak lain seperti hak kesehatan, hak pendidikan, dan sebagainya.

Namun hal ini menjadi tantangan juga karena stigma tersebut. Stigma yang membuat anak-anak maupun keluarga mereka tidak lagi berpikir mengenai hak-haknya.

"Yang kami temukan beberapa itu memang mereka turun ke jalan bukan karena keinginan sendiri tapi dorongan atau desakan dari orang tua, sehingga hak-hakmereka tidak bisa dapatkan di situ," kata Pangerang.

Setiap anak jalanan yang terjaring razia, akan dicek dulu terkait layanan pendidikannya. Jika belum, maka Dinas Sosial akan mengkoordinasikan dengan Dinas Pendidikan.

Dinas Sosial juga menggandeng lembaga-lembaga zakat agar mengumpulkan dana untuk anak jalanan. Karena adanya aturan bahwa tidak boleh memberikan uang kepada anak jalanan, maka pemerintah beranggapan anak jalanan harus dibuatkan program.

"Nanti jumlah yang terkumpulkan mungkin itu dibuatkan program untuk mereka. Karena terus terang memang kita masih minim program langsung untuk pembinaan anak-anak jalanan," kata Pangerang.

Program pembinaan anak jalanan, kata Pangerang, telah dibicarakan dengan beberapa instansi seperti Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pariwisata, dan instansi terkait lainnya. Anak-anak jalanan nantinya akan diberikan pelatihan untuk meningkatkan skill. Dengan begitu, mereka bisa bersaing untuk mendapatkan pekerjaan.

"Mereka sangat respon positif. Kita bukan hanya penjangkauan atau penindakan. Ke depannya harus orientasi kepada pembinaan," kata Pangerang.

Baca Juga: Pol PP Minta Masyarakat Tak Beri Uang ke Anjal dan Gepeng

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya