Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Tips Hidup Tanpa Musuh, Jauhi Dengki dan Ucapan yang Menyakiti

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Israel Torres)
Intinya sih...
  • Hidup tenang tanpa musuh dapat diraih dengan menghindari konflik dan menjaga hubungan harmonis
  • Tidak semua orang akan menyukaimu, tapi penting untuk tanyakan pada orang lain apakah kamu benar-benar bersalah
  • Bersaing secara sehat, sikapi kesalahan dengan bijak, dan hindari ucapan atau komentar yang menyakiti hati orang lain

Hidup yang tenang dan berkembang cuma dapat diraih apabila kamu tidak memiliki musuh. Apabila musuhmu banyak, setiap saat energimu habis hanya untuk berhadapan dengan mereka. Kalian dapat bertengkar sepanjang waktu, saling menyindir serta menjatuhkan, dan sebagainya.

Bahkan adanya musuh bisa menyebabkan tragedi fatal. Kamu atau dia sama-sama ingin meniadakan. Tinggal siapa yang paling nekat dan cepat. Musuh juga bisa menyasar orang-orang terdekatmu. Demikian pula bila kamu telah gelap mata tak bakal peduli lagi tentang siapa yang hendak diberi pelajaran.

Hidup damai dengan siapa saja bisa diwujudkan. Utamanya dengan modal kekuatan tekadmu. Jauhi masalah yang menimbulkan gesekan serius antara dirimu dengan orang lain. Ada enam prinsip yang dapat kamu pegang agar hubunganmu dengan orang-orang tetap harmonis.

1. Tak membalas kebencian dengan kebencian

ilustrasi sekelompok teman (pexels.com/Jonathan Borba)

Memang tidak semua orang akan menyukaimu. Bahkan bila kamu bersikap santai pada mereka dan sama sekali tak pernah mencari masalah, tetap ada 1 atau 2 orang yang membencimu. Tugasmu bukan bikin mereka semua menyukaimu seolah-olah dirimu tidak memiliki satu pun cela.

Apabila kamu sudah melakukan evaluasi diri dan tetap gak menemukan kesalahan yang menjadi penyebab kuat kebenciannya, coba tanyakan pada orang lain. Dia harus mengenal kalian cukup dekat sehingga bisa melihat dengan jelas apa yang sesungguhnya terjadi. Bila ia sepakat denganmu bahwa dirimu tidak melakukan hal-hal yang merugikan seseorang, berarti kebenciannya padamu gak bisa diapa-apakan lagi.

Hargai saja perasaan negatifnya terhadapmu meski kamu tak menginginkannya. Setidaknya dirimu tidak membalasnya dengan kebencian juga. Biarlah kebencian itu cuma datang dari satu arah supaya situasi gak bertambah buruk. Ini bukan sekadar tentang kemampuan buat mengalah, melainkan menjaga akal sehatmu dari konflik yang tidak perlu.

2. Jangan dengki pada siapa pun

ilustrasi teman-teman (pexels.com/Vitaly Gariev)

Dengki adalah racun bagi diri dan akhirnya merusak hubunganmu dengan siapa saja. Cek baik-baik hatimu ketika melihat orang lain gembira oleh apa pun. Apakah kamu merasa ikut senang atau ekspresi bahagiamu cuma di permukaan? Di baliknya sesungguhnya dirimu malah sedih atau marah.

Membiarkan sifat dengki dalam diri sejatinya menciptakan permusuhan. Orang lain malah gak ada perasaan dan pemikiran negatif terhadapmu. Akan tetapi, apa pun yang mereka lakukan menimbulkan rasa tidak suka yang kuat dalam dirimu. Kamu menyebutnya sebagai musuhmu bukan karena ia benar-benar pernah jahat terhadapmu.

Rasa tak sukamu padanya memang sudah besar sehingga uluran tangannya agar kalian berteman pun gak bakal direspons olehmu. Bersihkan dirimu dari penyakit hati yang satu ini. Belajarlah ikut bergembira dengan tulus atas semua hal baik yang terjadi dalam hidup kawan atau saudara. Adanya orang-orang di sekitarmu bukan untuk dimusuhi melainkan dijadikan teman.

3. Bersaing secara sehat

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Ulises Peña)

Bersaing sangat baik dilakukan selama kamu tahu dan mampu mempraktikkan persaingan yang sehat. Ini membutuhkan kesiapan untuk menang maupun kalah. Cara-cara yang ditempuh dalam suatu kompetisi juga gak boleh curang. Pelanggaran dari dua aturan utama itu seketika merusak sportivitas.

Sebaliknya selama kamu bersaing secara sehat dengan orang lain, hasilnya penuh kebaikan. Kemampuanmu benar-benar teruji bahkan meningkat. Dirimu juga mudah mengakui keunggulan lawan. Kompetisi pun hanya terjadi di bidang tersebut serta dalam satu kesempatan. Tidak berkepanjangan sampai di segala aspek kehidupan.

Ketika kamu dikalahkan lawan, berikan ucapan selamat yang layak diterimanya. Sebaliknya jika dirimu di posisi yang menang, rangkul lawanmu. Puji dia sebagai lawan yang sangat sulit dikalahkan. Katakan pula bahwa kamu belajar banyak dari ketangguhannya. Jangan lupa sampaikan supaya ke depan kalian terus berteman.

4. Memaklumi kesalahan kecil dan manusiawi

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Siapa yang gak pernah melakukan kesalahan di dunia ini? Oleh sebab itu, kamu pun tak usah berlebihan dalam menyikapi kekeliruan siapa pun. Apalagi kesalahannya terbilang kecil dan wajar dilakukan semua orang. Seandainya dirimu berada di posisinya pun sangat mungkin melakukan kesalahan yang sama.

Atau malah kesalahanmu bakal lebih besar darinya. Memang setiap kekeliruan harus tetap dipertanggungjawabkan. Namun, kamu juga jangan membesar-besarkan hal-hal kecil. Sikapi segala sesuatu sesuai dengan porsinya saja. Orang lain meski menyadari kesalahannya juga bakal tak terima jika sikapmu berlebihan.

Ini yang akan memicu permusuhan di antara kalian. Segera lupakan kekeliruan kecil yang sudah dimintakan maaf. Hindari seakan-akan dirimu mempersulitnya dalam mendapatkan maafmu. Ke depan, kesalahan itu juga tak perlu diungkit-ungkit lagi. Apabila kamu terus membicarakannya, dia dapat sakit hati.

5. Mengutamakan pikiran positif

ilustrasi bersama teman (pexels.com/cottonbro studio)

Berpikir positif memang tak selalu mudah. Apalagi kalau dalam hatimu sudah ada rasa tidak suka pada seseorang. Apa pun yang dilakukannya menjadi terlihat salah di matamu. Begitu pula jika kamu menolak mengenal orang lain secara lebih dekat.

Banyak kesalahpahaman akan mewarnai interaksi sehari-hari kalian. Kamu perlu latihan mengendalikan pikiran. Pikiran yang positif mesti didahulukan ketimbang pikiran sebaliknya. Terlebih saat pikiran negatif tak memiliki dasar yang kuat. Dirimu mesti mampu mengesampingkannya terlebih dahulu.

Apabila pikiran negatif menguasaimu, otomatis sikapmu pada seseorang juga menjadi tidak bersahabat. Dia pun tak suka dengan caramu memperlakukannya. Sesabar apa pun dirinya, lama-kelamaan perilakumu membuatnya jengkel. Waspada telah semestinya, tapi jangan membiasakan pikiran buruk apalagi menganggapnya pasti benar.

6. Menjaga ucapan

ilustrasi tetangga (pexels.com/Photography Maghradze PH)

Ucapanmu yang tajam pada orang lain akan melukai hati mereka. Sekalipun waktu telah lama berlalu, mereka dapat terus mengingat dan merasakan sakitnya. Berhati-hatilah sekali dalam berbicara. Sedekat apa pun hubunganmu dengan seseorang, bukan artinya dirimu bebas berkata apa saja.

Termasuk pertanyaan atau komentar yang seolah-olah merupakan wujud kepedulianmu padanya. Contohnya, kamu telah memiliki anak. Dirimu lantas terlalu suka bertanya pada tetangga yang belum mempunyai momongan. Sampai-sampai perkataanmu tak sengaja menyakiti hatinya.

Kamu terkesan membandingkan kondisi kalian dan menilainya kurang berusaha. Benih permusuhan pun tumbuh saking tidak nyamannya seseorang atas ucapan-ucapanmu. Gak apa-apa kamu senang mengobrol dengan siapa pun dan topiknya beragam. Namun, jangan sampai lepas kontrol serta kurang memperhatikan perasaan lawan bicara.

Kalau hingga hari ini kamu masih bermusuhan dengan siapa pun, selesaikan dulu masalahnya agar tak membebani langkahmu selanjutnya. Netralkan perasaanmu padanya lalu mulai terapkan enam tips di atas. Hidupmu bakal lebih tenang dan kamu nyaman berada di dekat orang yang berbeda-beda setiap harinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us