Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kenapa Banyak Pasangan Menyesal Beli Rumah Terlalu Cepat

ilustrasi pasangan membeli rumah (pexels..com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi pasangan membeli rumah (pexels..com/Pavel Danilyuk)

Membeli rumah sering dianggap sebagai simbol pencapaian besar dalam hidup, apalagi bagi pasangan muda yang baru membangun masa depan bersama. Euforia memiliki properti sendiri bisa terasa manis di awal, tapi di balik itu ada banyak konsekuensi yang gak jarang disesali setelah keputusan besar tersebut dijalankan. Rumah bukan sekadar bangunan, melainkan juga tanggung jawab finansial, emosional, bahkan sosial yang perlu dipikirkan matang-matang sebelum dijalani.

Banyak pasangan akhirnya merasa langkah mereka terlalu terburu-buru ketika menyadari realitas gak seindah ekspektasi. Mulai dari cicilan yang menekan, lokasi yang kurang strategis, hingga gaya hidup yang terpaksa berubah demi menyesuaikan anggaran. Setiap pasangan tentu punya cerita berbeda, tapi ada pola yang sama ketika rumah dibeli tanpa persiapan panjang. Berikut lima alasan kenapa banyak pasangan akhirnya menyesal beli rumah terlalu cepat.

1. Terjebak cicilan jangka panjang

ilustrasi terjebak cicilan (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi terjebak cicilan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Cicilan rumah memang terlihat wajar di awal, apalagi kalau disertai promo bunga rendah atau tenor panjang. Namun, seiring berjalannya waktu, beban finansial ini bisa terasa berat, terutama saat ada kebutuhan mendesak lain yang muncul. Banyak pasangan baru sadar kalau pendapatan mereka habis untuk cicilan tanpa sisa yang cukup untuk tabungan atau hiburan. Situasi ini sering membuat kehidupan sehari-hari terasa monoton dan penuh tekanan.

Selain itu, cicilan rumah gak jarang membatasi pasangan dalam mengambil peluang lain. Misalnya, kesempatan berinvestasi di bidang berbeda atau menabung untuk pendidikan anak menjadi terhambat. Rasa menyesal biasanya muncul saat pasangan merasa hidupnya hanya berputar pada cicilan dan tagihan. Bukan hanya lelah secara finansial, tapi juga mental yang ikut terkuras.

2. Lokasi kurang strategis

ilustrasi perumahan (pexels.com/Eziz Charyyev)
ilustrasi perumahan (pexels.com/Eziz Charyyev)

Banyak pasangan terburu-buru membeli rumah tanpa mempertimbangkan aspek lokasi secara mendalam. Awalnya terlihat menarik karena harga relatif lebih murah, tapi akhirnya sadar kalau akses transportasi, fasilitas umum, atau jarak ke tempat kerja terlalu jauh. Kondisi ini bisa membuat waktu habis di jalan, mengurangi kualitas hidup, dan menambah stres. Rasa penyesalan kerap muncul saat aktivitas sehari-hari terganggu hanya karena lokasi yang gak tepat.

Rumah dengan lokasi kurang strategis juga bisa berdampak pada nilai jual di masa depan. Properti yang sulit diakses cenderung lebih lama terjual atau bahkan gak mengalami kenaikan harga signifikan. Pasangan yang ingin pindah ke tempat lebih baik akhirnya kesulitan melepas rumah tersebut. Alih-alih jadi aset berharga, rumah malah berubah jadi beban jangka panjang.

3. Mengabaikan biaya tambahan

ilustrasi pasangan menghitung biaya (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi pasangan menghitung biaya (pexels.com/Mikhail Nilov)

Ketika membeli rumah, banyak pasangan fokus pada harga dan cicilan tanpa memikirkan biaya tambahan lain. Padahal, biaya renovasi, perawatan, listrik, air, pajak, hingga asuransi bisa menambah beban finansial secara signifikan. Rasa kaget biasanya muncul setelah semua tagihan datang beruntun setiap bulan. Situasi ini membuat pengelolaan keuangan jadi jauh lebih rumit dari yang dibayangkan.

Selain itu, rumah baru seringkali membutuhkan penyesuaian agar nyaman ditinggali. Mulai dari pemasangan furnitur, perbaikan kecil, sampai perawatan rutin yang terus berjalan. Semua itu memakan biaya tambahan yang gak sedikit. Akhirnya, pasangan merasa terburu-buru karena belum siap menghadapi tanggung jawab ekstra tersebut.

4. Hilangnya fleksibilitas hidup

ilustrasi keluarga membeli rumah (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi keluarga membeli rumah (pexels.com/Kampus Production)

Rumah memang memberi rasa aman, tapi juga bisa mengurangi fleksibilitas dalam mengambil keputusan hidup. Misalnya, pasangan yang ingin pindah kota karena alasan pekerjaan atau pendidikan sering kesulitan karena terikat properti. Rumah yang awalnya jadi simbol kebebasan justru berubah jadi penghalang untuk berkembang. Perasaan terkekang ini membuat banyak pasangan akhirnya menyesal telah terburu-buru.

Selain itu, rumah juga menuntut komitmen jangka panjang yang mengikat gaya hidup. Pasangan mungkin terpaksa menunda liburan, membeli kendaraan baru, atau bahkan menambah anggota keluarga karena keuangan terfokus pada rumah. Fleksibilitas yang hilang ini seringkali membuat pasangan merasa kehidupannya terbatasi. Penyesalan muncul ketika mereka menyadari pilihan lain jadi tertutup.

5. Hubungan jadi ikut terguncang

ilustrasi konflik pasangan (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi konflik pasangan (pexels.com/Timur Weber)

Membeli rumah terlalu cepat juga bisa memberi dampak pada hubungan pasangan itu sendiri. Tekanan finansial, stres sehari-hari, dan perbedaan pendapat tentang rumah sering memicu konflik. Hal-hal kecil bisa berkembang menjadi masalah besar hanya karena beban rumah yang terasa berat. Banyak pasangan akhirnya merasa rumah yang seharusnya jadi tempat nyaman malah jadi sumber masalah.

Selain itu, rasa kecewa terhadap keputusan bersama bisa menimbulkan jarak emosional. Satu pihak bisa merasa lebih terbebani dibanding yang lain, sehingga timbul ketidakseimbangan dalam hubungan. Situasi ini jika dibiarkan akan membuat hubungan terasa dingin dan penuh ketegangan. Rumah yang awalnya jadi simbol cinta justru bisa berubah jadi pemicu keretakan.

Membeli rumah adalah keputusan besar yang gak seharusnya diambil dengan terburu-buru. Banyak pasangan menyesal karena gak mempertimbangkan semua faktor secara mendalam sebelum melangkah. Rumah memang bisa jadi aset berharga, tapi tanpa perhitungan matang, ia bisa berubah jadi beban yang menguras energi dan kebahagiaan.

Sebelum membeli rumah, penting sekali memberi waktu pada diri untuk merencanakan dengan cermat. Pertimbangan matang bukan hanya soal uang, tapi juga soal kualitas hidup dan hubungan. Pada akhirnya, rumah seharusnya menjadi tempat yang menenangkan, bukan sumber penyesalan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us

Latest Life Sulawesi Selatan

See More

5 Alasan Kenapa Banyak Pasangan Menyesal Beli Rumah Terlalu Cepat

25 Sep 2025, 14:43 WIBLife