5 Ekspektasi Sosial yang Membuat Tekanan Semakin Terasa Berat

Sebagai makhluk sosial, setiap hari kita diciptakan untuk hidup berdampingan dengan orang lain. Namun, tidak jarang kita dihadapkan pada standar lingkungan yang kompleks dan penuh tekanan, seperti standar kesuksesan atau gambaran kehidupan ideal yang dianggap “sempurna.”
Di sinilah muncul tantangan: ekspektasi sosial yang semakin lama terasa kian berat. Tuntutan tersebut sering kali membebani, bahkan menguras mental dan energi. Ada beberapa ekspektasi sosial yang membuat hidup terasa lebih sulit dijalani. Berikut lima di antaranya.
1. Standar penampilan

Pada faktanya kita akan dihadapkan dengan lingkungan sosial yang bersifat kompleks. Segala sesuatunya bisa berubah dalam waktu cepat. Di sinilah kita akan dihadapkan dengan ekspektasi sosial beragam. Seringkali tuntutan ini membuat hidup terasa semakin berat dan membebani.
Salah satu dari sekian ekspektasi sosial tersebut mengenai standar penampilan. Patokan mengenai kecantikan atau fisik yang terlihat ideal sering membuat seseorang merasa tidak percaya diri. Bahkan terjebak harapan untuk selalu tampil menarik sesuai tren tertentu yang tidak realistis.
2. Kesuksesan materi dan karier

Salah satu tolak ukur kesuksesan terletak pada pencapaian dari segi materi dan karier. Apalagi dengan adanya patokan karier tertentu yang dianggap cemerlang dan mempengaruhi status sosial di lingkungan masyarakat. Di sinilah kita akan dihadapkan dengan ekspektasi yang membebani.
Kehadiran standar kesuksesan materi dan karier kerap membuat seseorang terjebak dalam pencapaian semu. Tekanan untuk punya pekerjaan bergengsi, kendaraan mewah, atau barang-barang branded seolah menjadi nilai utama. Terdapat rasa minder ketika tidak memiliki kesuksesan sebagaimana standar yang ditetapkan lingkungan sosial.
3. Tuntutan sibuk dan produktif

Menghadapi lingkungan sosial kita akan menghadapi beragam fenomena yang terjadi. Tidak terkecuali mengenai standar yang kompleks dan rumit. Kali ini juga berlaku mengenai patokan-patokan yang dijadikan sebagai tolak ukur kehidupan yang ideal.
Salah satu dari sekian ekspektasi sosial yang membebani adalah tuntutan sibuk dan produktif. Dalam kehidupan yang serba cepat, seseorang dituntut terus memanfaatkan waktu dengan bekerja. Ekspektasi sosial mengenai kesibukan dan produktivitas ini pada akhirnya mengganggu keseimbangan hidup.
4. Larangan untuk gagal

Kehidupan memang tidak selalu berjalan mulus sesuai yang direncanakan. Di tengah proses, adakalanya kita menghadapi kegagalan. Tapi ini bukan akhir dari segalanya. Karena kegagalan seharusnya dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk menata kehidupan yang lebih teratur.
Larangan untuk gagal turut menjadi ekspektasi sosial yang kerap membuat seseorang merasa berat dalam menjalani hidup. Stigma terhadap kegagalan membuat orang merasa takut mencoba hal baru karena takut dihakimi. Rasa takut gagal membuat seseorang memilih bertahan di tempat tanpa berani menghadapi risiko.
5. Tuntutan gaya hidup

Pernahkah merasa tertekan menjalani kehidupan yang berjalan tidak seimbang? Belum lagi dengan kehadiran ekspektasi sosial yang mendominasi. Kita perlu menyadari tentang kehadiran ekspektasi sosial yang membuat hidup terasa berat.
Salah satunya tercermin dari tuntutan gaya hidup. Di era sekarang, lingkungan seringkali mengedepankan konsumerisme. Gaya hidup hedon dengan mengoleksi barang-barang berani dianggap sebagai simbol kebanggaan dan tolak ukur keberhasilan.
Kita seringkali diharapkan dengan kehidupan yang semakin terasa berat untuk dijalani. Tentu saja ini dipengaruhi oleh kehadiran ekspektasi sosial. Mulai dari standar penampilan, tolak ukur kesuksesan, bahkan tuntutan gaya hidup di luar batas kemampuan. Ekspektasi sosial ini membuat kehidupan berjalan tidak seimbang sebagaimana mestinya.