Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Cara Efektif Membantu Anak Mengelola Amarahnya

ilustrasi anak marah (freepik.com/peoplecreations)
Intinya sih...
  • Terima rasa marah anak, jangan hentikan langsung
  • Ajak anak ekspresikan emosi lewat kata-kata
  • Ajak anak mencari solusi positif

Menghadapi anak yang marah memang bukan perkara mudah. Kadang, kita terpancing emosi dan malah ikut meninggikan suara. Padahal, yang anak butuhkan justru adalah orang dewasa yang bisa jadi tempat aman saat mereka meledak.

Menjaga kedekatan emosional tetap utuh saat anak meluapkan amarah itu penting banget. Kuncinya bukan menekan emosi mereka, tapi membimbing cara mengekspresikannya dengan sehat. Yuk, simak beberapa cara efektif membantu anak mengelola amarahnya tanpa membuat hubungan jadi renggang!

1. Terima dulu rasa marah anak, jangan langsung dihentikan

ilustrasi menerima amarah anak (freepik.com/freepik)

Saat anak sedang marah, wajar jika orangtua merasa khawatir atau ingin segera menenangkannya. Tapi yang paling penting adalah menunjukkan bahwa kita menerima emosi itu terlebih dahulu. Jangan buru-buru menyuruh mereka diam atau berhenti marah, karena itu bisa membuat anak merasa tidak dipahami.

Dengan menerima amarah anak, kita sedang mengajarkan bahwa semua emosi itu valid, termasuk rasa marah. Ini membangun kepercayaan dan kedekatan emosional antara anak dan orangtua. Setelah anak merasa didengar, barulah kita bisa masuk ke tahap membimbing cara mengelola emosinya dengan lebih sehat.

2. Ajak anak mengekspresikan emosi lewat kata-kata

ilustrasi mengajak anak mengekspresikan amarah lewat kata (freepik.com/gratispik)

Anak sering kali meluapkan emosi lewat tangisan atau tindakan karena belum tahu cara mengungkapkannya. Di sinilah peran orangtua untuk mengajak mereka mengenali dan menyebutkan perasaan yang sedang dirasakan. Misalnya dengan bertanya, “Kamu marah karena mainannya rusak, ya?”

Saat anak terbiasa mengekspresikan emosi lewat kata-kata, ledakan emosi bisa lebih terkendali. Ini juga membantu mereka tumbuh jadi pribadi yang komunikatif dan empatik. Dan yang paling penting, anak jadi tahu bahwa marah itu boleh, asalkan disampaikan dengan cara yang sehat.

3. Ajak anak mencari solusi positif

ilustrasi mengajak anak mencari solusi (freepik.com/karlyukav)

Daripada hanya fokus pada kemarahan anak, bantu mereka memahami masalah dan mencari jalan keluarnya bersama. Misalnya, jika anak marah karena rebutan mainan, ajak dia berdiskusi untuk berbagi atau bergiliran. Ini mengajarkan bahwa setiap masalah bisa diselesaikan dengan cara yang baik.

Dengan membiasakan anak mencari solusi, mereka akan tumbuh jadi pribadi yang tidak mudah frustrasi. Mereka belajar bahwa emosi negatif bukan akhir dari segalanya. Justru, itu bisa jadi pintu untuk belajar keterampilan hidup yang penting.

4. Menahan diri

ilustrasi menahan diri (freepik.com/peoplecreations)

Saat anak sedang marah, tergoda rasanya untuk langsung bereaksi. Tapi justru di momen itulah orang tua perlu melambat, menenangkan diri, dan tidak buru-buru membalas emosi dengan emosi. Ambil napas dalam, beri jeda, dan biarkan suasana sedikit reda.

Dengan memperlambat respons, orang tua bisa lebih bijak menentukan langkah selanjutnya. Anak pun belajar bahwa emosi tidak harus langsung direspons dengan ledakan. Ini jadi contoh nyata cara mengelola konflik dengan tenang dan penuh kendali.

5. Temukan ruang yang tenang

ilustrasi membawa anak ke ruang yang tenang (freepik.com/freepik)

Ketika amarah memuncak, anak butuh ruang untuk memproses emosinya tanpa tekanan. Mengajaknya ke tempat yang tenang, seperti kamar atau sudut baca, bisa membantu meredakan ketegangan. Di sana, ia punya kesempatan untuk menenangkan diri tanpa distraksi.

Ruang yang tenang bukan bentuk hukuman, tapi tempat untuk refleksi. Ini juga memberi waktu bagi orang tua untuk berpikir sebelum memberi respons. Dengan kebiasaan ini, anak belajar bahwa jeda dan ketenangan adalah cara sehat menghadapi emosi besar.

6. Tetapkan batasan yang tegas

ilustrasi menetapkan batasan (freepik.com/freepik)

Mengelola amarah bukan berarti membiarkan anak melampaui batas. Orang tua tetap perlu menunjukkan bahwa perilaku kasar atau menyakiti orang lain tidak bisa dibenarkan. Batasan yang jelas membantu anak merasa aman dan tahu mana yang boleh dan tidak.

Namun, batasan sebaiknya disampaikan dengan nada tenang, bukan ancaman. Misalnya, katakan dengan tegas, “Kamu boleh marah, tapi tidak boleh membanting barang.” Konsistensi dalam menerapkan batasan akan memperkuat disiplin tanpa merusak kedekatan emosional.

Membantu anak mengelola amarah memang butuh kesabaran dan konsistensi, tapi hasilnya sangat berharga. Dengan pendekatan yang penuh empati, anak bisa belajar mengekspresikan emosi tanpa melukai diri sendiri atau orang lain. Yuk, jadi support system terbaik untuk tumbuh kembang emosional si kecil!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irwan Idris
EditorIrwan Idris
Follow Us