Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Kebiasaan Lama dalam Belanja yang Ternyata Bermanfaat

ilustrasi belanja (pexels.com/Sami TÜRK)

Kebiasaan lama dalam belanja sering dianggap ketinggalan zaman dan gak relevan di tengah tren belanja digital yang serba instan. Namun, di balik kesederhanaannya, beberapa kebiasaan tradisional justru menyimpan nilai praktis yang sering luput dari perhatian generasi sekarang. Mulai dari mencatat kebutuhan belanja di kertas hingga membandingkan harga secara langsung, kebiasaan ini bukan cuma soal nostalgia, tapi juga strategi cerdas yang penuh perhitungan.

Di tengah arus promosi dan kemudahan transaksi sekali klik, kebiasaan lama ini mengajarkan cara belanja yang lebih bijak. Gaya belanja yang mengutamakan pertimbangan matang, interaksi sosial, dan pengendalian diri ternyata masih relevan di era modern. Bukan cuma sekadar hemat uang, tapi juga hemat tenaga dan waktu dalam jangka panjang. Berikut empat kebiasaan lama dalam belanja yang ternyata masih punya banyak manfaat sampai sekarang.

1. Mencatat daftar belanja di kertas

ilustrasi mencatat (pexels.com/cottonbro studio)

Dulu, sebelum ada aplikasi catatan di ponsel, orang-orang terbiasa mencatat kebutuhan belanja harian atau bulanan di secarik kertas. Meski terlihat kuno, cara ini justru membantu menjaga fokus saat berada di pasar atau supermarket. Catatan fisik membuat mata lebih terarah pada barang yang benar-benar dibutuhkan, bukan yang hanya menggoda karena diskon. Dengan begitu, risiko membeli barang impulsif bisa ditekan secara signifikan.

Selain itu, mencatat secara manual memberi kepuasan tersendiri saat satu per satu kebutuhan dicoret dari daftar. Rasa produktif yang muncul dari tindakan sederhana ini cukup kuat untuk membuat seseorang lebih disiplin saat berbelanja. Gak cuma itu, kertas juga gak tergantung pada sinyal atau baterai yang bisa habis sewaktu-waktu. Jadi, meski terdengar sepele, kebiasaan mencatat di kertas tetap relevan dan efektif sampai sekarang.

2. Membandingkan harga secara langsung

ilustrasi belanja (pexels.com/Codingcow Lee)

Sebelum aplikasi pembanding harga menjamur, orang-orang terbiasa jalan kaki dari satu toko ke toko lain untuk mencari harga terbaik. Meskipun menguras waktu dan tenaga, cara ini justru melatih kepekaan terhadap nilai barang yang dibeli. Dengan melihat langsung kondisi fisik produk dan harganya secara berdampingan, keputusan pembelian jadi lebih objektif. Ini jelas lebih rasional dibanding hanya terpaku pada label "diskon" di toko daring.

Kebiasaan membandingkan harga langsung juga membuka ruang untuk tawar-menawar, terutama di pasar tradisional. Interaksi ini bukan cuma soal mendapat harga lebih murah, tapi juga menjalin relasi sosial yang lebih hangat. Ada banyak keuntungan tersembunyi dalam proses tersebut, termasuk informasi tambahan tentang kualitas produk dari pedagang langsung. Ini hal yang jarang didapat saat belanja secara digital.

3. Menyisihkan uang tunai khusus belanja

ilustrasi amplop uang tunai (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Di masa lalu, banyak orang menyiapkan amplop berisi uang tunai khusus untuk kebutuhan belanja harian, mingguan, atau bulanan. Sistem ini terbukti efektif dalam mengontrol pengeluaran karena uang yang dipakai memang sudah dialokasikan secara jelas. Gak ada drama saldo digital yang tiba-tiba menipis karena lupa mencatat transaksi. Uang yang terlihat secara fisik membuat pengeluaran terasa lebih nyata dan terkontrol.

Dengan metode ini, seseorang bisa belajar mengelola prioritas kebutuhan. Ketika uang tunai mulai menipis, insting untuk menunda atau menimbang kembali keinginan membeli barang yang gak terlalu penting akan muncul secara alami. Ini pelajaran pengendalian diri yang sangat penting, terutama di tengah maraknya sistem pembayaran tanpa uang fisik. Menyisihkan uang tunai tetap relevan untuk menjaga kebiasaan finansial yang sehat.

4. Berbelanja di pasar tradisional

ilustrasi belanja (pexels.com/Yazid N)

Belanja di pasar tradisional dulu dianggap sebagai kegiatan rutin yang melekat erat dengan kehidupan sehari-hari. Selain harga yang relatif lebih murah, pasar juga menawarkan pengalaman sosial yang gak ditemukan di pusat perbelanjaan modern. Ada percakapan, tawar-menawar, hingga kesempatan mengenal penjual secara pribadi. Aktivitas ini membuat belanja terasa lebih hangat dan personal.

Di pasar tradisional, kualitas barang seperti sayur, buah, dan bahan mentah lainnya bisa langsung dicek dengan mata dan tangan. Ini memberi rasa aman dan kontrol lebih dalam memilih produk terbaik. Selain itu, banyak produk lokal yang hanya tersedia di pasar, bukan di toko ritel besar. Dengan berbelanja di pasar tradisional, seseorang turut mendukung ekonomi lokal dan menjaga keberlanjutan komunitas sekitar.

Meski zaman terus berubah dan teknologi semakin canggih, beberapa kebiasaan lama dalam belanja tetap menyimpan banyak nilai positif. Menerapkan kembali kebiasaan ini bukan berarti menolak kemajuan, tapi justru menyaring manfaat yang tetap relevan hingga kini. Gaya belanja yang lebih sadar, hemat, dan penuh pertimbangan bisa jadi kunci untuk hidup yang lebih seimbang di tengah derasnya arus konsumsi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us