Berjasa Besar, Ini Dia 5 Pahlawan Nasional Sulsel yang Wajib Kamu Tahu

Sultan Hasanuddin cuma satu dari sekian banyak sosok penting

Jika menengok riwayat dan sejarah, sosok-sosok bersejarah dalam benak rakyat Sulawesi Selatan sebenarnya bukan hanya Sultan Hasanuddin. Masih ada sejumlah tokoh lain dengan sumbangsih tak ternilai bagi perjuangan melawan penjajah, namun kurang bergema.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menyematkan status "Pahlawan Nasional" kepada puluhan nama sebagai bentuk pengakuan dan rasa terima kasih. Berikut ini sekelumit di antara daftar panjang figur penuh jasa milik Tanah Para Daeng yang harus kamu ketahui.

1. La Madukelleng

Berjasa Besar, Ini Dia 5 Pahlawan Nasional Sulsel yang Wajib Kamu Tahuluyokita.blogspot.com

La Madukelleng (1700 - 1756) adalah pemimpin Kerajaan Wajo. Sosok yang dikenang atas jasanya membebaskan Tanah Wajo ini, berdasarkan riwayat, rela merantau ke Negeri Jiran dalam usia belia demi meredakan ketegangan dengan Kerajaan Bone.

Dikenal sebagai pelaut ulung, dirinya cukup ditakuti oleh para pelaut Belanda yang acapkali melintasi Selat Makassar. Saat kembali dari tanah perantauan, jabatan pemimpin (Arung) langsung disematkan setelah sang ayahanda dianggap sudah berusia sepuh.

Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Wajo secara terang-terangan menentang dominasi VOC serta sanggup bersaing dengan beberapa kerajaan yang terletak saling berdekatan.

2. Pong Tiku

Berjasa Besar, Ini Dia 5 Pahlawan Nasional Sulsel yang Wajib Kamu Tahujendelaseni.ml

Simbol perjuangan melawan termahsyur di Tana Toraja. Lahir di tahun 1846, dialah pemimpin perlawanan rakyat saat tentara kolonial Belanda menginvasi wilayah yang terletak di utara Sulsel tersebut (Januari 1906 - Maret 1907).

Perang Toraja yang berkobar rupanya membuat pemerintahan Gubernur-Jenderal J.B van Heutz kalang kabut. Kampanye militer yang harusnya memakan waktu beberapa minggu malah berlanjut hingga hitungan bulan.

Gerilya Pong Tiku dan pasukan berakhir setelah satu persatu benteng penting jatuh ke tangan musuh. Sempat melarikan diri usai tertangkap, Tiku dieksekusi mati pada 10 Juli 1907, hanya berselang beberapa hari setelah kembali dalam terungku.

3. Emmy Saelan

Berjasa Besar, Ini Dia 5 Pahlawan Nasional Sulsel yang Wajib Kamu TahuLangitPerempuan.net

Emmy Saelan (15 Oktober 1924 - 23 Januari 1947) adalah wanita yang disegani saat tokoh Revolusi Kemerdekaan Sulsel lainnya didominasi sosok pria macam Wolter Monginsidi, Abdullah Daeng Sirua hingga Andi Abdullah Bau Massepe.

Profesinya sebagai perawat berandil banyak dalam menumbuhkan semangat anti-penjajahan. Tak butuh waktu lama, Emmy kemudian bergabung dengan pasukan gerilya pimpinan Ranggong Daeng Romo. Selain mengangkat senjata dan terlibat operasi mata-mata, dirinya masih melanjutkan tugas medisnya di garis depan.

Kakak kandung Maulwi Saelan (Kiper Timnas era 1960-an) ini gugur pada awal 1947, ketika memimpin penyerangan pos tentara KNIL di Kampung Kassi-Kassi, tenggara Makassar.

4. Andi Djemma

Berjasa Besar, Ini Dia 5 Pahlawan Nasional Sulsel yang Wajib Kamu Tahuandioddang.blogspot.com

Andi Djemma (15 Januari 1901 - 23 Februari 1965) adalah tokoh kerajaan penting bagi pemerintahan Indonesia di tahun-tahun awal kemerdekaan. Raja (Datu) Kerajaan Luwu inilah yang memprakarsai janji setia para penguasa di seantero Sulsel untuk Merah Putih pada Oktober 1945.

November 1945, tentara sekutu dan NICA mendarat di Palopo untuk melucuti tentara Jepang. Sempat berjanji takkan mengganggu pemerintahan Luwu, aksi militer pasukan Belanda menyulut rasa gusar di kalangan rakyat.

Andi Djemma kemudian memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu pada 23 Januari 1946. Sayang, perlawanan dipadamkan dengan cepat. Dirinya diasingkan ke Ternate setelah tertangkap (Juli 1946) dan baru bebas empat tahun berselang.

5. Ranggong Daeng Romo

Berjasa Besar, Ini Dia 5 Pahlawan Nasional Sulsel yang Wajib Kamu TahuPahlawanCenter.net

Ranggong Daeng Romo (1915 - 1947) adalah salah satu sosok paling diingat dalam ingatan para veteran perang. Dirinya berdiri di garis depan usaha perlawanan sejak 16 Oktober 1945, begitu kabar jika tentara NICA kembali ke Indonesia menyeruak.

Gerakan gerilyanya berlangsung selama beberapa tahun. Tangsi-tangsi Belanda di seantero Sulawesi Selatan silih berganti merasakan sengitnya perlawanan pejuang LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi) yang dia pimpin.

Namun pada 27 Februari 1947, tentara Belanda berhasil memukul mundur LAPRIS saat terlibat kontak senjata di Desa Lengger, Takalar. Sang panglima, Ranggong Daeng Romo, tewas akibat terjangan peluru.

Harus diingat, perjuangan Indonesia bebas dari belenggu penjajah melibatkan banyak orang dari berbagai macam latar belakang. Status pahlawan bukan cuma tersemat pada yang tercantum dalam buku sejarah, tetapi juga mereka yang gugur tanpa nama. Selamat Hari Pahlawan!

Topik:

  • M Gunawan Mashar

Berita Terkini Lainnya