Sulawesi Selatan (Sulsel) punya banyak sajian makanan tradisional yang cocok banget jadi santapan ketika buka puasa. Salah satunya adalah kue kaddo' boddong.
Sekilas, kue ini memang menyerupai dadar gulung. Tetapi pembedanya adalah bahan baku dadar sebagai lapisan penutup yang memiliki rasa dominan manis atau asin.
Ada dua tahap pembuatan kaddo' boddong, yakni kulit dadar dan isiannya. Bahan baku adonan kulit terdiri dari tepung beras ketan, garam halus dan air hangat.
Langkah pertama membuat kulit dadar kaddo' boddong adalah mencampur air hangat dengan garam dan wadah. Setelah garam larut, tepung beras ditambahkan dan diuleni sampai rata dan menggumpal.
Selanjutnya, seluruh adonan tepung diubah sehingga berbentuk butiran gula pasir dengan cara menekan-nekan ulenan melalui saringan yang berpori besar. Yang terakhir, tepung kemudian disisihkan.
Untuk isian, rasanya bisa manis atau asin. Tergantung pemakaian gula pasir atau garam sebagai pelengkap parutan kelapa tua. Semuanya dicampur dalam satu wadah, dan disisihkan.
Wajan teflon di atas kompor berapi kecil jadi tempat pembuatan dadar. Butiran tepung beras ditaburkan hingga menutupi seluruh permukaan wajan. Wajan ditutup, dan didiamkan selama satu menit.
Setelah jadi, dadar tepung beras dipindahkan ke wadah datar untuk proses pemberian isian. Kelapa parut bercampur gula atau garam itu kemudian dibungkus seperti dadar gulung.
Di luar bulan ramadan, kue kaddo' boddong ini biasa menjadi sarapan pagi masyarakat Bugis-Makassar. Selain itu, dadarnya bisa berwarna hijau atau putih. Tergantung selera si pembuat, apalagi jika ingin memadukan aroma pandan dengan legitnya parutan kelapa.
Saat dikunyah, tekstur dadar di bagian luar yang keras bakal kontras dengan lembutnya isian. Unik, kan?
Harganya bervariasi, mulai dari Rp1.500 hingga Rp2.000 per buah. Ini disesuaikan dengan kualitas bahan adonan dan isian yang dipakai oleh si pembuat.