[KLASIK] Memori Duel PSM Kontra PSIM di Era Perserikatan, Hanya Jumpa Tiga Kali

Makassar, IDN Times - BRI Super League 2025/2026 menjadi panggung dua tim promosi yang sebenarnya memiliki sejarah panjang di kancah sepak bola Indonesia, yaitu Persijap Jepara dan PSIM Yogyakarta. Nama kedua bahkan sedang menyita perhatian berkat performa konsisten dan saat ini duduki peringkat 3 klasemen sementara.
Pada pekan ke-7, PSIM akan melawat ke sesama alumnus Perserikatan yang sudah lama tak mereka temui: PSM Makassar. Laga yang berlangsung di Stadion BJ Habibie Parepare pada Sabtu (27/9/2025) sore tersebut pun layak berlabel "laga klasik".
Namun, ada fakta menarik. PSM dan PSIM ternyata hanya tiga kali saling jajal di ajang Kejuaraan Nasional (Kejurnas) PSSI, dan biasa disebut sebagai Perserikatan, dari kurun waktu 1951 hingga 1994.
1. Pertemuan pertama terjadi di Perserikatan 1951 yang berakhir 1-1, dengan Ramang sebagai pencetak gol PSM

Dihimpun dari catatan milik situs statistik sepak bola dunia RSSSF, pertemuan perdana mereka terjadi pada Kejurnas PSSI 1951. Saat itu, turnamen sepak bola di Indonesia masih menggunakan format pembagian grup berdasarkan wilayah. PSIM berhasil lolos ke putaran final tingkat nasional setelah menjuarai babak penyisihan Jawa Tengah. Sementara itu, PSM menjadi penguasa grup Indonesia Timur.
Putaran final sendiri berlangsung dengan format setengah kompetisi, yang mempertemukan empat tim dalam satu grup. Setiap tim hanya bertanding sebanyak tiga kali alias setengah kompetisi. Momen bersejarah itu terjadi pada 24 November 1951 di Stadion Kridosono Yogyakarta, ketika PSIM menjamu PSM. Pertandingan berakhir imbang 1-1, di mana Ramang mencetak gol di menit ke-25 sebelum disamakan tim tuan rumah lima menit berselang.
Hasil imbang tersebut memiliki dampak berbeda untuk kedua kubu. PSM finis sebagai runner-up di putaran final, prestasi yang patut diacungi jempol untuk tim yang baru mentas di tingkat nasional. Sebaliknya, PSIM harus puas berada di posisi juru kunci.
2. Pertemuan kedua dan ketiga terjadi pada musim 1993/1994, di mana Juku Eja menangi semua laga
Setelah duel di Kejurnas PSSI 1951, kedua tim tidak pernah lagi bersua selama lebih dari 40 tahun. Ini lantaran inkonsistensi performa PSIM. Sering kali, tim berjuluk Laskar Mataram tersebut gagal lolos dari babak penyisihan, dan bahkan sempat degradasi ke Divisi Satu.
Penantian panjang baru berakhir di Divisi Utama Perserikatan 1993/1994. Ini adalah musim terakhir sebelum kompetisi melebur dengan Galatama dan berganti nama menjadi Liga Indonesia. Saat itu, PSM dan PSIM tergabung dalam Wilayah Timur di babak penyisihan.
Pertemuan pertama musim tersebut terjadi pada 23 November 1993, saat PSM berhasil menang 2-1 saat menjamu PSIM di Mattoanging. Saat itu, Juku Eja diperkuat oleh Bahar Muharram, Ansar Razak, Ansar Abdullah, Yusrifar Djafar, Ali Baba, dan Ajis Muin sang kapten tim.
3. PSIM Yogyakarta akhirnya promosi setelah berkutat di kasta dua selama 17 tahun

Pertemuan kedua, sekaligus yang terakhir sebelum era Ligina, berlangsung pada 16 Januari 1994. PSIM menjamu PSM di Stadion Mandala Krida, tapi kembali harus menelan kekalahan dua gol tanpa balas.
Berkat hasil tersebut, Ajis Muin dan kawan-kawan lolos ke babak 8 besar sebagai runner-up Wilayah Timur, menemani rival abadi mereka yakni Persebaya. Sementara itu, PSIM harus finis di peringkat ke-7. PSM bisa melaju ke final Divisi Utama Perserikatan 1993/1994, tapi kalah 0-2 dari Persib di partai puncak.
Selama era Ligina, PSM dan PSIM hanya bertemu di tiga musim yakni 1994/1995, 1999/2000 dan 2007/2008. Ini terjadi sebab Naga Jawa sempat pindah ke Wilayah Barat, serta berjuang di kasta kedua masing-masing 2001-2005, kemudian 2008-2025.