Bergerak di Balik Layar PSM, Inilah Para Pendamping Robert Alberts

Makassar, IDN Times - Keberhasilan Robert Rene Alberts dua musim beruntun membawa PSM finis di papan atas Liga 1 bukan hal instan. Selain kerja keras para pemain, ada juga para asisten pelatih di balik layar. Merekalah yang sehari-hari membantu proses penilaian pemain, meracik taktik hingga turut memberi masukan.
Menilik daftar jajaran pelatih, tercantum nama-nama yang tak asing bagi para suporter lama. Nah, sebagai bentuk perkenalan, berikut ini kami sajikan profil singkat keempat pendamping meneer Robert dalam setiap laga Wiljan Pluim cs.
1. Imran Amirullah

Imran Amirullah adalah sosok senior di dapur strategi Juku Eja. Ia sudah bekerja sebagai asisten sejak era pelatih Raja Isa Akram Shah asal Malaysia, atau tepatnya musim 2008/09. Peran sebagai caretaker di sisa helatan LPI musim 2013 pernah dilakoni pasca hengkangnya Petar Segrt, sesuatu yang terulang dua tahun berselang.
Semasa bermain, Imran berperan sebagai striker atau gelandang serang. Hanya tiga klub yang diperkuat sepanjang karirnya yaitu PSM Makassar, BPD Jateng dan PSIS Semarang. Kala berseragam biru khas Laskar Mahesa Jenar, trofi Ligina edisi 1998/99 sanggup dipersembahkan.
2. Syamsuddin Batola

Terhitung baru di jajaran tim pelatih Pasukan Ramang. Syamsuddin Batola resmi didapuk sebagai asisten untuk Luciano Leandro sejak awal turnamen Indonesian Soccer Championship 2016. Meski sang atasan dipecat kemudian Robert Rene Alberts masuk sebagai pengganti, posisinya tak tergoyahkan.
Sosok kelahiran 4 Juli 1967 ini dikenal sebagai "pengelana". Bek kanan handal ini pernah membela PS Karya Putra Maros, Pelita Jaya, PKT Bontang hingga PSM Makassar. Mattoanging jadi tempat Syamsuddin habiskan tahun-tahun terakhir karir. Keputusan yang tepat. Dirinya turut andil dalam memori manis Ligina 1999/2000.
3. Bahar Muharram

Turut serta dalam rombongan legenda yang masuk di tengah ISC 2016. Bahar Muharram masih awet sebagai pendamping si juru taktik. Wawasan luas atas sektor belakang, wilayah "kekuasaannya" dulu, jadi faktor istimewa. Belakangan, dirinya turut serta dalam upaya membina bibit unggul bal-balan Sulsel melalui SSB Hasanuddin.
Semasa bermain, ayah dari Asnawi Mangkualam ini termasuk contoh penggawa yang setia. Sejak lakoni debut pada usia 18 tahun hingga pensiun, Bahar cuma berseragam PSM. Masa baktinya di dekade 1980-an hingga 1990-an hasilkan dua prestasi mencolok yakni juara Perserikatan 1992 plus runner-up Ligina II edisi 1994.
4. Herman Kadiaman

2002, 5 tahun pasca gantung sepatu, mendiang Miroslav Janu memanggil kembali Herman Kadiaman. Bukan untuk mengisi jabatan penjaga benteng terakhir, pos yang ditempati semasa bermain, melainkan sebagai pelatih kiper. Pengalaman 13 tahun berkecimpung dari Perserikatan hingga Ligina dianggap amat memadai.
Tak lama berselang, sejumlah klub kepincut menggunakan jasanya. Petualangan dimulai. Tangan dingin pria 50 tahun ini dalam mendidik penjaga gawang sudah pernah dirasakan beberapa tim lain. Sebutlah Arema Malang, Persela Lamongan, Persiram Raja Ampat serta Borneo FC.
Nah, anekdot "Lingkar dalam jauh lebih paham" memang benar adanya, ya?