TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[KLASIK] PSM di Piala Presiden 1974: Kuda Hitam Perusak Dominasi

Sukses menekuk tim-tim unggulan dan juara Perserikatan

Skuad PSM Ujung Pandang dan Wali Kota Ujung Pandang saat itu, Daeng Patompo (tengah) melakukan selebrasi usai menjuarai Piala Presiden Soeharto 1974. (Facebook.com/PSM Makassar Fans Book)

Makassar, IDN Times - Sepanjang dekade 1970-an, PSM Makassar tak sekalipun berhasil menjuarai Perserikatan. Namun masih ada beberapa trofi dari ajang bergengsi lain yang mereka raih saat itu, salah satunya yakni Piala Presiden Soeharto edisi 1974.

Piala Presiden Soeharto (berbeda dengan Piala Presiden yang baru muncul 2015 lalu) mempertemukan empat tim terbaik Perserikatan yakni sang juara, runner-up, peringkat tiga dan empat. Dihelat sebanyak tiga kali sepanjang dekade 1970-an, jumlah kontestannya meningkat jadi lima tim pada 1976.

Bagi para peserta, Piala Presiden Soeharto adalah ajang pembalasan dendam. Tim-tim lain ingin membuktikan bahwa dominasi sang juara Perserikatan bisa dihentikan. Gengsi daerah turut membumbui aroma rivalitas di lapangan.

1. Datang ke Jakarta dengan materi pemain senior-junior

Seluruh pemain, pelatih dan ofisial PSM Ujung Pandang berpose setelah lakoni pertandingan kontra PSMS Medan di Piala Presiden Soeharto 1974. (Arsip Pribadi Muhammad Sudaryanto)

Awal November 1974, skuad PSM Makassar mendarat di Bandara Kemayoran. Finis di peringkat empat Perserikatan 1973 membuat media-media nasional meragukan anak asuh Ilyas Haddade itu bisa berbicara banyak di Piala Soeharto.

Juku Eja datang dengan 19 pemain. Sebagai kiper ada Joni Kamban - Saleh Bahang. Untuk barisan belakang Ilyas memilih Najib Latandang, Nur Amir, Malawing, Keng Wie, Hafied Ali, Achmad Jauhari, Hilaluddin, Yusuf Malle dan Arifuddin Malle. Sementara barisan tengah dan depan jadi milik Pattinasarany bersaudara (Ronny dan Donny), Hafied Sijaya, Mustafa Kamal, Herman Sumbu, Abdi Tunggal, Amang dan Anwar Ramang.

Dari nama-nama tersebut, tujuh di antaranya adalah anggota tim PSM junior yang baru selesai mentas di Piala Suratin. Siapa sangka, tim gabungan tua-muda ini ternyata menjelma sebagai kuda hitam.

2. Mengalahkan rival di Wilayah Timur, Persebaya Surabaya, di laga pembuka

Skuad Persebaya Surabaya yang mengikuti ajang Kejuaraan PSSI Perserikatan musim 1973-1975. (SejarahPersebaya.com)

Piala Soeharto edisi kedua ini juga diikuti oleh Persija Jakarta sebagai juara bertahan Perserikatan 1973, Persebaya Surabaya (runner-up Perserikatan '73) dan PSMS Medan (peringkat tiga dan juara Piala Soeharto 1972). Berlangsung dalam format setengah kompetisi, seluruh laga dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta.

Selasa 5 November 1974, PSM mengawali perjalanan dengan bersua rival mereka di Wilayah Timur: Persebaya. Aroma revans amat terasa. Anak asuh Ilyas Haddade masih ingat di tempat yang sama setahun sebelumnya, mereka dibekuk dua gol tanpa balas oleh Rusdy Bahalwan dkk.

Sempat kebobolan lewat gol cepat Gede Ngurah Rai di menit ke-8, PSM berhasil balikkan keadaan sebelum jeda antar babak. Abdi Tunggal, penyerang yang saat itu baru menginjak usia 21 tahun, sukses samakan skor pada menit ke-39. Penalti Ronny Pattinasarany semenit sebelum turun minum sudah cukup mengamankan poin penuh. Skor akhir 1-2 untuk PSM.

Baca Juga: [KLASIK] Memori Sarat Gol Aldo "Dodo" Barreto Bersama PSM Makassar

3. Juara Perserikatan 1973, Persija Jakarta, ditekuk dengan skor 2-1

Pertandingan Piala Presiden Soeharto 1974 antara Persija Jakarta melawan PSM Ujung Pandang di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, 8 November 1974. (Arsip Pribadi Muhammad Sudaryanto)

Di laga kedua pada Jumat 8 November 1974, giliran Persija yang ditantang. Si juara nasional saat itu sedang di atas angin lewat kemenangan 2-0 atas PSMS beberapa hari sebelumnya. Terlebih Persija yang saat itu diasuh Sinyo Aliandoe dihuni pemain bintang seperti Iswadi Idris, Andi Lala, Anjas Asmara dan Sutan Harhara.

Namun di hadapan 80 ribu pasang mata, Ronny cs sukses mematahkan prediksi. Palang pintu Malawing dan Nur Amir sukses membuat penyerang Persija mati kutu. Kiper Saleh Bahang, yang sudah di penghujung kariernya, masih sanggup mematahkan peluang-peluang emas Macan Kemayoran.

Gol Anwar Ramang ('10) dan penalti Ronny Pattinasarany ('21) membawa PSM unggul 2-0 sebelum turun minum. Kendati demikian, permainan keras menjurus kasar membuat pemain kedua kesebelasan sempat terlibat beberapa kali keributan. Abdi Tunggal bahkan diusir wasit. Beruntung satu-satunya gol balasan Persija lahir dari eksekusi 12 pas Djunaedi Abdillah di menit ke-72. Juku Eja kembali menang 2-1.

Baca Juga: [KLASIK] Mengenang "Togo Connection" ala PSM Makassar di Ligina 2007

Berita Terkini Lainnya