TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[KLASIK] 3 Klub Sulawesi Pesaing PSM Makassar di Ligina 2007

Masih ingat dengan Persmin Minahasa?

Pemain PSM Makassar, Irsyad Aras (kiri) berebut bola dengan pemain Persmin Minahasa, Zulkifli Syukur (kanan), saat bertanding dalam lanjutan Liga Indonesia 2007 di Stadion Mattoanging Makassar, Minggu (23/12/2007) malam. Tuan rumah PSM Makassar berhasil memetik poin penuh dan membuka peluang untuk lolos ke delapan besar setelah mengalahkan tamunya, Persmin Minahasa, dengan skor 3-1 (1-1). (ANTARA FOTO/Yusran Uccang)

Makassar, IDN Times - Liga Indonesia musim kompetisi 2007 menyimpan kenangan tersendiri bagi suporter PSM Makassar. Inilah kali terakhir publik menyaksikan empat tim asal Sulawesi saling bersaing di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

Juku Eja sempat merasakan duel adu gengsi dengan tiga saudara sepulaunya. Namun sejak Liga Super 2008/09, atau selama 12 tahun, PSM sendirian membawa kebanggaan Celebes dalam kancah nasional.

Sebagai pengingat dan nostalgia masa lalu, berikut ini IDN Times membahas sepak terjang tiga klub pesaing PSM Makassar di musim 2007 sebelum semuanya vakum akibat krisis finansial.

1. Persmin Minahasa

Sejumlah pemain Persmin Minahasa melakukan latihan sebelum bertanding melawan tuan rumah PSM Makassar dalam lanjutan Liga Indonesia 2007 di Stadion Mattoanging Makassar, Sabtu (22/12/2007). (ANTARA FOTO/Yusran Uccang)

Persmin Minahasa layak disebut sebagai tim dengan prestasi mentereng setelah PSM. Di Ligina 2006, skuad asuhan Joko Malis ini berhasil merusak dominasi tim-tim besar dengan merangsek ke babak semifinal. Reputasi tim kuda hitam pun sah tersemat.

Materi pemainnya pun mentereng. Mereka mengandalkan pemain-pemain mumpuni seperti Eugene Gray, mendiang Etoga Esse Romaric, Tommy Monggopa, Ghery Nugroho, Jorge Toledo, Daniel Campos, Jibby Wuwungan, Djet Donald dan Miro Baldo Bento. Persmin Minahasa bahkan keluar sebagai pemuncak klasemen Wilayah Timur Ligina 2006, kangkangi dua tim besar lain yakni Persik Kediri dan PSM.

Jelang Ligina 2007, manajemen tim Manguni Makasiouw (Burung Hantu Hitam) menggelontorkan dana fantastis senilai Rp20 miliar yang berasal dari APBD Kabupaten Minahasa. Terjadi perombakan total utamanya susunan pemain asing. Beberapa nama anyar yang didatangkan seperti Pedro Jalet dan Osvaldo Moreno. Turut pula pemain asal Makassar yakni Hendra Ridwan, Zulkifli Syukur, Akbar Rasyid.

Pelatih kepala Herry Kiswanto, pengganti Joko Malis yang direkrut menjadi asisten pelatih timnas senior, dibebankan target menjadi juara Ligina edisi terakhir. Sayang, Persmin gagal mengulang sukses di musim sebelumnya. Mereka finis di peringkat 8 dengan mengumpulkan 53 poin, hanya terpaut empat angka dengan Arema yang duduk di posisi 4.

Meski secara klasemen dinyatakan sah menjadi salah satu tim peserta Liga Super 2008/09, Persmin gagal tampil lantaran tak lolos verfikasi. Krisis finansial dan larangan penggunaan APBD membuat klub yang bermarkas di Stadion Maesa Tondano ini juga tak bisa berlaga di Divisi Utama.

Sejak 2017, Persmin berkecimpung di kasta terbawah dan sempat menjadi juara Liga 3 Zona Sulawesi Utara pada musim 2018.

Baca Juga: Parade Jersey PSM Makassar dari Masa ke Masa (1)

2. Persma Manado

Adinaldo (kanan), pemain belakang Persebaya Surabaya berusaha menghalangi gerak Juan Pablo Bazan, striker Persma Manado pada pertandingan Liga Indonesia 2007 di Gelora 10 November Surabaya, Sabtu (18/8/2007). Persebaya mengalahkan Persma 3 - 2. (ANTARA FOTO/Prasetyo)

Persma Manado datang ke Ligina 2007 sebagai salah satu tim promosi Divisi Satu. Tim berjuluk "Badai Biru" ini akhirnya kembali ke Divisi Utama setelah berkutat dengan persaingan Divisi Satu sejak musim 2002.

Tak ingin kembali turun kasta, Persma banyak berbenah jelang musim 2007. Tak tanggung-tanggung, perombakan tim utama mencapai 70 persen. Lima pemain asing yang direkrut adalah bek tengah Leonardo Guterres, gelandang Rodrigo Cancino. Jardel da Silva, Cristian Carrasco, Juan Pablo Bazan dan Kenmegne Kamsi Joel.

Namun, aura lokal tetap terjaga. Skuad utama mereka masih diisi kiper Joyce Sorongan, Frangky Mananohas dan Ruly Soputan. Di bawah asuhan pelatih kepala asal Chili, Manuel Vega, Persma mengemban misi sederhana: tidak kembali terdegradasi.

Berbekal sukses menembus babak perempat final Piala Indonesia 2006, Persma lebih banyak berjuang di papan bawah. Persma finis di peringkat 12 berkat koleksi 41 poin. Hasil dari 10 kali menang, 11 imbang dan 13 kekalahan.

Gagal lolos ke Liga Super, penghuni Stadion Klabat ini ternyata harus vakum selama setahun. Krisis finansial yang berimbas pada tunggakan gaji para pemain asing membuat Persma tak diizinkan tampil di Divisi Utama 2008/09. Tanpa anggaran, Persma pun mati suri selama beberapa tahun.

Mereka kembali menjadi anggota PSSI dengan nama Persma 1960 pada tahun 2013, dan lebih banyak berkutat di kompetisi Liga 3 hingga kini.

Baca Juga: [Klasik] Kiprah Para Striker PSM di Liga Indonesia Musim 2007

Berita Terkini Lainnya