Makna Falsafah "Siri' Na Pacce", Ruh Permainan Spartan PSM Makassar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Laju PSM Makassar sangat kencang musim ini, berbeda dengan 2021-22 saat mereka berkubang di papan bawah. Tapi, meski begitu, ada hal dari masa-masa kelam tersebut yang mereka bawa hingga sekarang, yakni slogan "Siri' Na Pacce" yang tertulis di bagian belakang kerah jersey.
Musim kemarin, kata-kata tersebut dicetak dengan huruf latin. Sekarang, tercetak dengan aksara lontara bertinta emas. Terlihat gagah ketika dikenakan Wiljan Pluim dkk.
Spanduk bertulis Siri' Na Pacce tak pernah absen dari tribun penonton, baik di Mattoanging atau GBJH Parepare. Jika ditelusuri, kata-kata keramat tersebut juga sudah didengungkan sejak dekade 1990-an, ketika PSM masih berlaga di kompetisi Perserikatan.
Lantas, apakah kata-kata tersebut yang membuat Pasukan Ramang selalu tampil berapi-api belakangan ini?
1. Pengingat orang Bugis-Makassar untuk selalu membela harga diri
Siri' na pacce sebenarnya adalah falsafah hidup orang Bugis-Makassar yang sudah hidup selama berabad-abad. Menurut Rizal Darwis dan Asna Dilo dalam artikel ilmiah Implikasi Falsafah Siri' Na Pacce pada Masyarakat Suku Makassar di Kabupaten Gowa (Jurnal el Harakah, Vol.14, No.2, 2012), ada dua kata sarat makna yang menyatu.
Siri' adalah cara orang Bugis-Makassar untuk membela kehormatan kepada orang-orang yang hendak menghina atau merendahkan harga dirinya, keluarganya atau kerabatnya.
"Sedangkan falsafah pacce dipakai untuk membantu sesama anggota masyarakat yang berada dalam kesusahan atau mengalami penderitaan," tulis mereka. Atau, menyitir penjelasan Laica Marzuki dalam disertasinya pada 1995, sebuah prinsip solidaritas yang kental.
Keduanya adalah sebuah kesatuan tak terpisahkan. Apabila seseorang tidak memiliki siri' dan pacce sebagai pandangan hidup, maka tingkah lakunya tak lagi punya kehormatan dan mementingkan diri sendiri alih-alih kebersamaan.
2. Banyak yang menganggap bahkan nyawa bisa dikorbankan untuk memulihkan harga diri
Sejarawan Leonard Y. Andaya bahkan lebih gamblang lagi. Dalam buku The Heritage of Arung Palakka (Springer, 1981), ia menulis bahwa siri' adalah konsep yang mencakup gagasan harga diri dan rasa malu. Dan rasa malu ini adalah asal muasal martabat seseorang, sehingga sangat dijaga.
Lebih jauh, Andaya menyebut bahwa jika sebuah peristiwa membuat seseorang malu (masiri'), maka ia harus segera mengambil tindakan untuk memulihkan harga diri yang telah tercemar.
Seperti yang dijelaskan oleh Rizal Darwis dan Arna Dilo sebelumnya, stigma besar akan melekat pada seseorang tanpa siri'. Karena itu, nyawa pun bisa dikorbankan demi menghilangkan rasa malu.
Bahkan, sebuah pepatah Bugis-Makassar mengatakan bahwa lebih baik mati karena mempertahankan siri' (mate ri siri'na) daripada menjalani hidup tanpa siri' sama sekali (mate siri').
Baca Juga: [KLASIK] Para Pelatih yang Membawa PSM dan Timnas Terbang Tinggi
3. Rasa pedih akibat terpuruk musim lalu jadi pelecut penampilan spartan nan berapi-api
Agaknya, performa gemilang PSM saat ini adalah ejawantah siri' na pacce. Rasa pedih dan malu lantaran terpuruk musim lalu kini dibayar tuntas oleh anak asuh Bernardo Tavares tersebut dengan penampilan spartan pada setiap pertandingan.
Totalitas dalam memulihkan harga diri ala siri' na pacce sejalan dengan motivasi yang selalu diberikan Tavares jelang bertanding atau saat turun minum, yakni memberikan segalanya saat terjun di medan laga. Semua harus dicurahkan demi kemenangan dan penebusan.
Terlebih PSM kini menjadi harapan pencinta sepak bola di Sulawesi Selatan, Sulawesi, dan bahkan Indonesia Timur. Sebab mereka adalah satu-satunya tim luar Pulau Jawa yang saat ini bersaing di papan atas klasemen sementara. Ada rasa solidaritas serta kehormatan tersemat di pundak Wiljan Pluim dkk.
Baca Juga: [KLASIK] Saat PSM Menahan Imbang Werder Bremen di Senayan