TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Polair Polda Sulsel Cari Pelaku Perusak Kapal Tambang Pasir

Polisi mendatangi rumah nelayan di Pulau Kodingareng

Kondisi kapal penambang pasir yang dirusak. IDN Times/Polair Polda Sulsel

Makassar, IDN Times - Petugas Polisi Perairan (Polair) Polda Sulawesi Selatan mencari pelaku perusak kapal penambang pasir Queen of Netherlands milik PT Royal Boskalis. Polisi menyebut kapal itu dilempari dengan batu dan molotov saat warga Pulau Kodingareng berunjuk rasa di tengah laut, Sabtu 12 September 2020.

Polisi sempat menahan 12 orang yang terdiri dari nelayan, aktivis, dan pers mahasiswa, usai demonstrasi menolak penambangan pasir tersebut. Tapi belakangan mereka yang ditahan dibebaskan.

"Masih melakukan pengembangan penyelidikan terkait peristiwa yang kemarin (Sabtu)," kata Direktur Polair Polda Sulsel Kombes Hery Wiyanto, kepada jurnalis di Makassar, Senin (14/9/2020).

Baca Juga: 12 Orang yang Ditangkap di Perairan Kodingareng Makassar Dibebaskan

1. Polisi datangi Pulau Kodingareng untuk mencari pelaku

Aktivitas masyarakat Pulau Kodingareng. IDN Times/Walhi Sulsel

Hery mengatakan, seiring penyelidikan, dia bersama anggotanya mendatangi Pulau Kodingareng pada Minggu, 13 September. Di sana, mereka mendatangi sejumlah rumah warga untuk menggali informasi tentang keberadaan pelaku.

Hery menyatakan pihaknya sudah mengetahui ciri-ciri pelaku. Tapi dia belum bersedia menyebutkan identitas orang bersangkutan, yang disebut tidak sedang berada di pulau.

"Saya sendiri yang turun ke sana dengan beberapa anggota, dengan menggunakan satu speed (boat), untuk melihat situasi di sana," ucap Hery.

2. Masyarakat Kodingareng merasa terintimidasi karena polisi bawa senjata

Masyarakat Pulau Kodingareng. IDN Times/ASP

Atas kedatangan polisi, masyarakat Pulau Kodingareng merasa terintimidasi. Itu diungkapkan Muhaimin Arsenio, juru bicara Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP), gabungan lembaga yang mendampingi masyarakat setempat.

"Sesampai di pulau, rombongan Polair kemudian berpencar di tiap lorong, menyisir setiap RT/RW dengan senjata lengkap ditangannya," ucap Muhaimin dalam keterangan tertulisnya yang diterima Senin.

Polisi yang datang siang hari, baru meninggalkan pulau jelang petang. Menurut Muhaimin, masyarakat setempat merasa terintimidasi karena petugas Polair juga menggeledah sejumlah rumah.

"Keberadaan mereka sangat mempengaruhi psikologi warga," ujarnya.

Menyikapi itu, Direktur Polair mengatakan, penggunaan senjata dalam bertugas ke pulau sudah sesuai dengan mekanisme di internal kepolisian.

"Itu SOP kita dan hanya dua senjata saja yang dibawa. Setiap saya turun ke pulau pasti ada anggota yang bawa senjata," kata Hery.

Baca Juga: Polair Polda Sulsel Dikecam soal Penangkapan Nelayan dan Aktivis

Berita Terkini Lainnya