Epidemiolog Unhas: Penanganan COVID di Indonesia Memasuki Fase Ekstrem
Ridwan meminta pemerintah segera benahi kebijakan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Pakar epidemiologi Universitas Hasanuddin Makassar, Ridwan Amiruddin menyatakan kekhawatiran terhadap penanganan pandemik COVID-19 di Indonesia. Itu lantaran kasus positif Corona yang melonjak tajam, hingga membuat RI menduduki posisi tertinggi penambahan kasus harian skala global.
"Tentu ini bukan reputasi yang baik, ini adalah bukti ketidakberdayaan sistem kesehatan mengelola pandemik sekelas COVID-19," kata dosen FKM Unhas ini dalam keterangan tertulisnya kepada jurnalis, Jumat (16/7/2021).
1. Ridwan apresiasi PPKM namun dengan sejumlah catatan
Ridwan mengatakan, penambahan kasus baru positif COVID-19 pada 15 Juli 2021, sebanyak 56.757 pasien. Rinciannya, kasus aktif 17,6 persen (480.199), angka kematian 2,7 persen (70.192), dan positivity rate 30 persen.
"Dari gambaran ini memberikan insight kepada kita semua bahwa sekarang penanganan pandemik COVID-19 memasuki fase ekstrim," ucapnya.
Ridwan merujuk data proyeksi situasi di situs healthdata.org yang menunjukkan bahwa jumlah orang Indonesia yang sudah terpapar COVID-19 sekitar 18 persen per Juni 2021, dengan reproduksi kasus Rt 1.38. Sementara angka penemuan kasus dari hasil tracing dan testing hanya sekitar 6 persen. "Dengan varian baru B1.617.2 sebagai determinant utama penyebaran," ujarnya.
Ridwan menyebut, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), baik skala mikro maupun darurat, efektif menurunkan potensi penularan virus sebesar 15 hingga 20 persen.
"Dari segi kemauan untuk mendapatkan vaksin sebesar 75.5 persen hendak divaksin. Dan hingga sekarang cakupan vaksin baru sekira 17 hingga 20 persen," ungkapnya.
Baca Juga: Epidemiolog Unhas: Penurunan Kasus COVID-19 Belum Tentu Efek PPKM
Baca Juga: Epidemiolog Unhas Minta Pemerintah Jangan Kendorkan Tracing COVID-19