Transportasi Publik di Makassar, Tidak Efektif dan Kurang Diminati
Ada dua faktor penyebab transportasi publik kurang diminati
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Penggunaan transportasi publik di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dinilai belum efektif. Setidaknya begitulah yang dijelaskan Pengamat Transportasi Universitas Muslim Indonesia (UMI), Lambang Basri.
Menurut Lambang, sebuah sistem transportasi publik baru dikatakan efektif saat semuanya saling terintegrasi. Selain itu, penggunaan transportasi publik juga harusnya lebih tinggi dari penggunaan kendaraan pribadi.
"Kalau kita berbicara mengenai tata kelola, belum efektif. Padahal kota berkembang karena angkutan umum," kata Lambang saat diwawancarai IDN Times, Rabu (21/9/2022).
1. Pemda harusnya dorong pengembangan angkutan umum
Efektivitas penggunaan transportasi publik di Makassar ini mengemuka menyusul adanya pemberlakuan Ojol Day bagi setiap pegawai Pemkot Makassar. Kebijakan ini hanya berlaku setiap hari Selasa.
Hal ini pun memicu pertanyaan lantaran di Kota Makassar masih tersedia sejumlah jenis angkutan umum. Sebut saja angkutan kota Petepete dan bus Trans Mamminasata atau Teman Bus.
Menurut Lambang, kebijakan tersebut sebenarnya tidak salah. Sebab dengan begitu, pegawai diharapkan menjadi contoh untuk pengurangan penggunaan kendaraan pribadi. Namun di satu sisi, Pemkot juga perlu mendorong pemanfaatan angkutan umum secara menyeluruh alih-alih sektoral.
"Mungkin saja nanti hari-hari yang lain itu diarahkan untuk memanfaatkan angkutan umum. Tapi kita mendorong agar pengembangan pola penggunaan angkutan umum itu baik untuk mendorong kinerjanya supaya lebih menarik," kata Lambang.
Baca Juga: Danny Klaim Ojol Day Pemantik Warga Makassar Pakai Transportasi Publik
Baca Juga: Danny Pomanto Ngaku Perhatikan Nasib Petepete meski Ada Ojol Day