TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ketersediaan APD di Makassar Memadai Meski Bantuan Berkurang

Sumbangan berkurang karena situasi ekonomi yang sulit

Seorang tenaga kesehatan melambaikan tangan sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020) (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Makassar, IDN Times - Di awal masa pandemik COVID-19, gelombang bantuan alat pelindung diri (APD) datang bergantian untuk tenaga kesehatan. Tapi belakangan, di beberapa daerah di Indonesia, ketersediaan APD disebut mulai minim, begitu pun dengan bantuan yang datang.

Di Makassar, sejauh ini ketersediaan APD untuk tenaga kesehatan di rumah sakit dan puskesmas dianggap masih mencukupi. Kondisi itu diungkapkan Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar, dr Wachyudi Muchsin. 

Meski begitu, Wachyudi tidak menampik bahwa sumbangan APD yang masuk memang cenderung berkurang. Menurutnya, itu disebabkan kondisi ekonomi yang sedang sulit.

"Alhamdulillah masih cukup untuk APD. Termasuk IDI juga masih cukup untuk mendistribusikan ke Puskesmas dan ke rumah sakit," ujar Wachyudi kepada IDN Times via telepon, Jumat (4/9/2020).

Baca Juga: Nakes RS di Makassar Pilih Rawat Pasien Tanpa Baju Hazmat

1. Tenaga kesehatan sempat kesulitan APD

IDN Times/Bagus F

Wachyudi mengakui bahwa memang di awal masa pandemik COVID-19, dokter dan tenaga kesehatan termasuk di Kota Makassar memang sempat kesulitan menangani pasien COVID-19 lantaran kekurangan APD. Namun perlahan-lahan pihaknya pun mulai menerima banyak sumbangan APD. 

"Dari sumbangan itu, IDI menyalurkan ke rumah sakit dan Puskesmas yang dianggap zona merah atau paling banyak pasiennya yang dirujuk pasien COVID-19," dia menerangkan.

Setelah hampir 6 bulan masa pandemik COVID-19 di Kota Makassar, Wachyudi mengakui bahwa stok bantuan APD melemah dibandingkan di awal masa pandemik. Meski begitu, masih ada pihak-pihak yang tetap membantu memberikan APD untuk didistribusikan oleh IDI. 

"Ditambah juga rumah sakit ini memiliki cadangan dari sumbangan-sumbangan ataupun pengadaan dari rumah sakit, atau bantuan dari Menteri Kesehatan dan bantuan-bantuan lainnya," kata Wachyudi.

2. Banyak dokter meninggal karena pasien COVID-19 yang terus bertambah

Ilustrasi tenaga medis ( ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Saat ini, Sabtu (5/9/2020), kasus terkonfirmasi positif di Kota Makassar sudah mencapai 7.006 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 257 orang meninggal dunia, sementara 5.007 orang dinyatakan sembuh. 

Dari jumlah korban meninggal dunia tersebut, IDI Kota Makassar mencatat ada 5 orang dokter yang gugur dalam melawan COVID-19 di Kota Makassar. Secara nasional, sudah ada 105 dokter yang tercatat meninggal dunia akibat COVID-19.

Wachyudi mengungkapkan salah satu penyebab meninggalnya para dokter itu dikarenakan kelelahan. Bagaimana tidak, sebab seorang dokter pada umumnya harus merawat 100 orang pasien COVID-19.

"Sekuat apa pun APD, sekuat apa pun antibodi akan bobol juga kalau 1 dokter merawat 100 pasien. Itu di seluruh Indonesia," sebut Wachyudi.

Faktor lainnya, kata Wachyudi, karena kasus COVID-19 yang memang masih tinggi. Menurutnya hal ini tidak sebanding dengan jumlah dokter yang menangani, sementara kasus terus bertambah.

"Stok APD kami memadai. Cuma kenapa banyak dokter terpapar karena masyarakat begitu banyak yang kena sementara dokter yang hadapi itu-itu saja," kata Wachyudi.

Baca Juga: Menhan Prabowo Terima Bantuan APD Senilai Rp21 Miliar dari Australia

Berita Terkini Lainnya