TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Guru di Sulsel Dituntut Hasilkan Inovasi dalam Pembelajaran

Guru didorong mengikuti peningkatan kapasitas kompetensi

Ilustrasi sekolah tatap muka (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Makassar, IDN Times - Peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh pada hari ini, Jumat (25/11/2022) menjadi momentum untuk mengingat kembali peran tenaga pendidik dalam mencerdaskan bangsa. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) pun mendorong setiap guru menghasilkan inovasi dalam pembelajaran.

Kepala Bidang Pembinaan, Pendidik dan Tenaga Pendidikan, Fasilitasi PAUD, Dikdas, Dikti, dan Diklat Dinas Pendidikan Sulsel, Muhlis Marajeng, mengatakan bahwa sistem pembelajaran memang memerlukan inovasi. Terlebih lagi, Sulsel kini telah menerapkan Merdeka Belajar di mana pembelajaran lebih bervariasi mulai dari klasik, mandiri hingga daring.

"Dengan demikian, perlu ada inovasi guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran sekarang ini tidak ada diklasifikasi seperti kita dulu tapi ada di ruang kelas, di luar kelas. Itulah dimunculkan inovasi-inovasi," kata Muhlis melalui telepon, Jumat (25/11/2022).

Baca Juga: Pasal Tunjangan Guru Hilang, P2G: RUU Sisdiknas Mimpi Buruk Jutaan Guru

1. Harus mengikuti peningkatan kapasitas guru

Muhlis menyampaikan bahwa para guru atau tenaga pendidik ditantang membuat inovasi pembelajaran. Namun sebelumnya, mereka harus mengikuti program peningkatan kapasitas guru. 

Sejauh ini, guru yang mengikuti program tersebut masih terbilang sedikit yakni baru 64 guru SMA,SMK dan SLB. Padahal jumlah guru di Sulsel jumlahnya mencapai ribuan.

Hal ini juga belum sejalan dengan Permenpan RB bahwa guru wajib mengikuti pengembangan kompetensi setiap 20 JP (jam pelajaran) per tahun. Namun Muhlis menyebutkan sejumlah kendala sehingga guru tidak mengikuti pelatihan dan pengembangan diri.

"Meskipun amanah Permenpan RB bahwa guru itu wajib hukumnya 20 JP per tahun pengembangan kompetensinya, tapi itu kan tidak pernah berlangsung karena memang keterbatasan anggaran dan tidak lagi ada pelatihan-pelatihan dulu," kata Muhlis.

2. Belajar di kelas bukan satu-satunya pilihan

Ilustrasi Ruang Kelas (IDN Times/Dwifantya Aquina)

Menurut Muhlis, tantangan tersebut harus dijawab dengan melaksanakan kompetensi guru. Sebab tanpa kompetensi guru, maka tidak mungkin mereka bisa berinovasi dalam pembelajaran.

Zaman dulu, kata Muhlis, guru hanya mengajar dan menjelaskan materi di kelas dan para siswa hanya menyalin. Sekarang, metode pembelajaran seperti itu sudah tidak tepat diterapkan mengingat perkembangan teknologi informasi yang cepat.

Format pembelajaran saat ini ada tiga. yakni 10 persen metode klasikal atau belajar di kelas, serta 20 persen metode sosial yang mengedepankan interaksi siswa dengan orang lain. Kemudian, 70 persen sisanya adalah proyek pembelajaran inovasi.

"Artinya, tidak ada lagi cara lain. Oleh karena itu, kami sekarang lagi giat-giatnya mengembangkan potensi guru. Peluang harus diberikan untuk mereka untuk dikembangkan kompetensinya," katanya.

Baca Juga: 22 Artis Pernah Jadi Guru dan Dosen, Ada yang Masih Aktif

Berita Terkini Lainnya