TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Alasan Mahasiswi Makassar Getol Demo Tolak Omnibus Law hingga Malam

Mereka menyoroti masalah cuti haid dan melahirkan

IDN Times/Asrhawi Muin

Makassar, IDN Times - Aksi demo menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (8/10/2020) berlangsung hingga malam hari. Dari pantauan di lokasi, ribuan massa masih memadati Jalan Urip Sumoharjo hingga pukul 20.00 WITA sebelum akhirnya dibubarkan oleh aparat.

Omnibus Law UU Cipta Kerja, menurut sejumlah peserta demo, dianggap memberatkan, utamanya bagi pekerja. Seperti yang diutarakan tiga perempuan yang bertahan hingga malam di lokasi aksi unjuk rasa demi menyuarakan aspirasi mereka.

Mengapa para perempuan yang berstatus mahasiswi itu turun ke jalan ikut demo menolak Omnibus Law? IDN Times merangkum jawaban tiga mahasiswi dari tiga kampus berbeda.

1. Ingin menyampaikan aspirasi rakyat

IDN Times/Asrhawi Muin

Izzet, mahasiswi semester 4 Universitas Negeri Makassar (UNM), mengaku rela berpanas-panasan di jalan karena ingin menyampaikan aspirasinya. Dia mengaku datang atas keinginannya sendiri dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Izzet juga sempat merasakan ketegangan saat massa di jalan layang atau flyover Pettarani dipukul mundur karena terjadi lemparan batu. Namun itu tak menghalangi nyalinya untuk turut menyuarakan aspirasi menolak UU Cipta Kerja. 

Menurutnya, banyak poin dalam Omnibus Law yang kontra dengan kebutuhan rakyat seperti menindas buruh dan juga bias gender.

"Dia (Omnibus Law) menitikberatkan pada kelemahan perempuan dari segi kerja. Seperti cuti haid. Di Omnibus Law tidak bisa cuti melahirkan, cuti hamil," kata Izzet. 

Baca Juga: Demo di Makassar, 105 Orang Ditangkap Jalani Tes COVID-19 dan Narkoba

2. Tak setuju pada poin-poin Omnibus Law

IDN Times/Asrhawi Muin

Hal serupa juga diutarakan oleh Windi Fratiwi, mahasiswi semester 3 STIE AMKOP. Dia juga menyoroti soal cuti haid.

"Karena tidak setuju dengan poin-poinya tentang tentang cuti haid. Itu yang kalo buruh memberontak maka sanksinya di-PHK," kata Windi.

Demi turun ke jalan, Windi mengaku tak masalah skin care-nya rusak asalkan bisa ikut memperjuangkan nasib rakyat dengan menolak pengesahan Omnibus Law. Apalagi dia sangat menyesalkan keputusan DPR RI ini. 

"Ini kan keputusan sepihak, tidak dirundingkan dengan masyarakat tiba-tiba disahkan. Jadinya kayak keuntungan pribadi," katanya.

Baca Juga: Hujan Tak Surutkan Massa Demonstrasi UU Ciptaker di Makassar

Berita Terkini Lainnya