TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Membahas Kebebasan dan Kebablasan Informasi di Medsos Bareng ide-C

Masalah paling krusial, harus disikapi dengan literasi

Ilustrasi media sosial (Pexels.com/Tracy Le Blanc)

Makassar, IDN Times - Media sosial kini memainkan peran penting sebagai salah satu corong alternatif masyarakat dalam mengemukakan pendapat. Ini adalah imbas dari tekonologi komunikasi yang selalu berinovasi. Linimasa tak ubahnya menjadi ajang untuk mengekspresikan diri, berdebat, menyebar opini, hingga memperlihatkan afiliasi dengan paham atau partai politik tertentu.

Namun muncul masalah baru. Media sosial acap kali menjadi muara banyak berita palsu. Belum lagi menyoal minimnya literasi media di masyarakat. Hal tersebut menjadi pokok bahasan dalam webinar bertajuk "Media Sosial: Antara Kebebasan dan Kebablasan Publik?" yang diadakan oleh lembaga survei dan konsultan publik ide-C pada Sabtu, 11 Juli 2020.

1. Dialog sehat harus diciptakan dalam media sosial sebagai ruang publik

Dok. Istimewa/IDN Times

Berbicara membuka webinar, dosen Universitas Bina Nusantara yakni Dr. Rahmad M. Arsyad menegaskan kodrat media sosial sebagai ruang publik. Di media sosial, para pengguna memiliki hak yang sama untuk mengekspresikan pendapat tentang sebuah isu. Berbanding terbalik dengan masa lalu di mana ruang opini hanya dimiliki oleh media konvensional yang penuh agenda kepentingan.

Namun, ini terkadang menjadi masalah dan berujung bablas. "Di media sosial terjadi adu pendapat dan chaos antara satu kelompok terjadi. Salah satu penyebabnya adalah ruang publik kita terlalu lama dikuasai oleh kelompok-kelompok elite. Mereka inilah yang menjadi pakar, pemuka opini dan mengendalikan opini publik secara luas. Di media sosial, mereka tidak tepat lagi," ujar Rahmad.

Menurutnya, yang harus dilakukan adalah upaya untuk melahirkan dialog sehat antarpihak. Opini bisa disampaikan sembari berdialog secara rasional perihal isu tertentu. Literasi digital juga menjadi salah satu cara menciptakan kesadaran atas pentingnya menyeleksi keabsahan kabar yang diterima.

Baca Juga: Tips Mendampingi Anak Belajar dari Rumah ala Confie Makassar

2. Irwan Idris selaku Editor Regional IDN Times Sulsel menjelaskan peran media daring dalam membentuk persepsi publik atas sebuah isu

Dok. Istimewa/IDN Times

Irwan Idris, Regional Editor IDN Times Sulsel, berbicara perihal peran media daring sebagai salah satu aktor dalam pembentukan opini masyarakat. Dijelaskan bahwa kini "cover all sides" lebih relevan ketimbang "cover both sides" dalam menyajikan sebuah berita. Tentu saja ini bertujuan agar masyarakat memahami sebuah isu secara mendalam, dan diharapkan mengubah perspektif.

"Hari ini, kebenaran yang terbentuk lewat media sosial butuh diverifikasi dan dilacak. Untuk media daring, paling penting untuk memahami kode etik jurnalistik. Pegangan tersebut jadi yang utama," papar Irwan.

Namun berkaca dari fakta sekarang, banyak media yang memilih faktor kecepatan dalam menerbitkan berita alih-alih disiplin verifikasi. Ada dampak yang harus dipikirkan terutama dalam pemberitaan hal-hal sensitif.

"Ketika publik membaca artikel, bisa jadi exposure yang dihasilkan lebih luas. Yang ditakutkan adalah dampak negatif seperti terjadinya tindakan persekusi. Verifikasi dibutuhkan sekaligus sebagai pembeda antara media berintegritas dengan mereka yang aktif di media sosial tanpa tanggung jawab dalam menyebarkan informasi tanpa verifikasi," lanjutnya.

Baca Juga: Confie Indonesia dan IDN Times Bagi-bagi Tips Jurnalistik bagi Pemula

poster digital kegiatan webinar ide-C dan IDN Times Sulsel. Dok. IDN Times/Istimewa
Berita Terkini Lainnya