TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Lika-Liku Karier Politik Ilham Arief Sirajuddin

Pernah menjabat sebagai Wali Kota Makassar dua periode

Ilham Arief Sirajuddin. IDN Times/Aan Pranata

Makassar, IDN Times - Bicara mengenai dinamika pemerintahan di kota Makassar dan Sulawesi Selatan, tak bisa lepas dari nama Ilham Arief Sirajuddin (IAS). Meski belum lagi menyatakan kesiapan kembali bertarung dalam gelanggang politik, ia masih dianggap memilik pengaruh besar. Jelang Pemilihan Kepada Daerah Kota Makassar tahun 2020, Ilham tetap menjadi magnet.

Salah satu kandidat bakal calon wali kota Makassar, Munafri Arifuddin, mengakui sosok Ilham yang masih berpengaruh. "Memang mau tidak mau, suka atau tidak suka, di masyarakat nama pak Ilham masih sangat bagus. Sehingga calon wali kota yang mau maju menginginkan bukan hanya restu, tapi juga support dari beliau," papar bos klub sepak bola PSM tersebut.

Berikut profil dan perjalanan IAS di panggung politik Sulsel.

Baca Juga: Pilkada Makassar, Ilham Arief Sirajuddin Tak Otomatis Dukung Istri

1. Lahir dari keluarga militer, sang putra Gowa menimba ilmu di Makassar

IDN Times/Abdurrahman

Ilham Arief Sirajuddin lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, pada 16 September 1965 dari pasangan Arief Sirajuddin dan Hj Djohra. Ilham kecil sendiri tumbuh di tengah-tengah keluarga militer kental lantaran sang ayah waktu itu aktif di ABRI -- kini bernama TNI. Aco, demikian sapaan akrabnya, menghabiskan sebagian besar masa sekolah di Makassar.

Berturut-turut ia menimba ilmu di SD Mangkura Makassar, SMP Negeri 6 Makassar, SMA Negeri 7 Bandung, S1 Universitas Hasanuddin, S2 Universitas Muslim Indonesia dan S3 Universitas Negeri Makassar.

IAS menikah dengan Aliyah Mustika, anak perempuan ketiga dari Letnan Kolonel (Purn.) Ali Abdullah. Dari pernikahan mereka lahir dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Mereka adalah Amirul Yamin Ramadhansyah (Sungguminasa, 17 Februari 1994), Zulfiqar Nur Alamsyah (Sungguminasa, 14 November 1995), Siti Hamsinah Haeratunnisa (Makassar, 1 November 1997) dan Siti Muhlisatul Amalia (Makassar, 10 November 2001).

2. IAS mengawali karier politik di Partai Golkar pada dekade 1990-an

Istimewa

Sepak terjang IAS di panggung politik sudah dimulai pada 1992 saat ia dilantik menjadi Wakil Bendahara DPD II Golkar Makassar, jabatan yang diembannya hingga tahun 1997. Selanjutnya, berturut-turut Ilham duduki sejumlah posisi seperti Ketua Biro Pemuda dan Olahraga DPD I Golkar Sulawesi Selatan (1998 - 2001), Ketua DPD II Partai Golkar Kota Makassar (2001 - 2008), serta anggota DPRD Sulawesi Selatan (1999 - 2004).

Tahun 2004 jadi masa terpenting dalam karier politiknya. Berpasangan dengan Wakil Wali Kota Andi Heri Iskandar, IAS memenangkan pemilihan Wali Kota Makassar periode 2004 - 2009 dalam pemilu yang dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Makassar.

Pilwalkot Makassar yang melibatkan partisipasi masyarakat baru dilakukan pada 2009. Bertarung dengan status petahana dan menggandeng Supomo Guntur sebagai wakilnya, IAS kembali terpilih untuk masa tugas 2009 - 2014 dengan suara mencapai 65,47 persen mengalahkan enam pasang calon lainnya.

Selama menjabat sebagai orang nomor satu Kota Daeng, Ilham turut diangkat sebagai Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel (2011 - 2013) serta Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel (2013 - 2014).

3. Memimpin Kota Daeng pada 2004 hingga 2014, IAS membangun sejumlah infrastruktur pendukung aktivitas ekonomi

IDN Times/Aan Pranata

Yang paling menarik tentu saja saat IAS memimpin kota Makassar selama sepuluh tahun. Sejak dilantik pada 8 Mei 2004, ia mengusung visi: "Makassar Menuju Kota Dunia Berlandas Kearifan Lokal". Dia  hendak mengantar Makassar lebih maju dalam tingkat regional, nasional,  hingga global.

Sejumlah gerakan dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut. Mulai dari penyediaan ambulans gratis bagi warga tidak mampu, sekolah bersubsidi penuh, serta penanggulangan kemiskinan melalui Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Makassar.

Kualitas pelayanan publik jadi fokus tersendiri. Birokrasi dipangkas, layanan gratis diberikan pada kartu penduduk, kartu keluarga, akta kelahiran dan akta kematian hingga angkutan anak sekolah. Masyarakat kurang mampu pun diberi layanan hukum cuma-cuma.

Revitalisasi dua ikon Makassar, yakni Lapangan Karebosi dan Pantai Losari, turut dilakukan. Ada juga pembangunan infrastruktur pendorong aktivitas ekonomi seperti Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Jalan Tol Sutami, hingga Kawasan Kota Mandiri Tanjung Bunga. Berkat program tersebut, rata-rata pertumbuhan ekonomi Makassar di atas 9 persen, mencapai 10,83 persen pada 2008.

Masuk periode kedua masa jabatannya, Ilham menambah program yang menyasar budaya lokal agar tak terasing di tanah sendiri. Salah satunya adalah penerapan aksara tradisional Lontara pada papan nama-nama jalan di seluruh Makassar.

Baca Juga: Maju Lagi di Pilkada Makassar, Bos PSM Daftar Lewat PDIP  

Topik:
Berita Terkini Lainnya