TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Efek Proyek Jalan Tol, Inilah 5 Fakta Kemacetan Jalur AP Pettarani

Masyarakat Makassar masih menunggu solusi tepat

Twitter.com/DiskominfoMKS

Sejak akhir Agustus, proyek jalan tol layang di Jalan Andi Pangerang Pettarani resmi dimulai. Dana Rp. 2,2 Trilyun digelontorkan demi pembangunan infrastuktur yang membentang dari pintu Tol Reformasi hingga Jl. Sultan Alauddin. Seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi, mobilitas jadi faktor pendukung paling genting.

Namun, belakangan muncullah efek samping yaitu kemacetan. Lalu lintas tersendat terasa sejak aktivitas konstruksi mengambil dua jalur, mengurangi ruang gerak masyarakat kendaraan milik masyarakat Makassar. Dan situasi demikian bakal berlangsung hingga Januari 2020, atau 22 bulan.

Berbagai siasat dilakukan pihak-pihak terkait demi menjawab keluhan. Tetapi hasilnya ibarat jauh panggang daripada api. Apa saja persoalan yang dihadapi? Berikut ini lima fakta terkait fenomena kemacetan di sepanjang salah satu jalan protokol di ibukota Sulawesi Selatan tersebut.

Baca Juga: Dari Macet Hingga Mutasi Guru, Ini 5 Kritik Gubernur Nurdin Abdullah

1. Frekuensi kemacetan mulai tak menentu

Twitter.com/DiskominfoMKS

Jika biasanya terjadi pada jam-jam berangkat dan pulang kerja, frekuensi kemacetan jadi tak menentu. Menurut pantauan, situasi tersebut tetap berlanjut konstan sepanjang pagi hingga menginjak sore.

Mengingat lajur ini adalah salah satu bagian vital dari Makassar, maka penutupan sebagian ruas jalan berimbas pada masyarakat yang sehari-harinya berkegiatan (Entah berkantor atau berwirausaha) sepanjang AP Pettarani.

Belum lagi jika menyoal galian pipa PDAM Kota Makassar di sebelah kiri menuju Jalan Sultan Alauddin sejak pekan kemarin. Kegiatan yang selaras dengan pembangunan jalan tol layang tersebut kian persempit ruang gerak jalan utama.

2. Penggunaan jalur alternatif belum optimal

Twitter.com/DiskominfoMKS

Bersama seremoni galian pertama proyek, pihak Dinas Perhubungan (Dishub) turut lakukan sosialisasi jalur alternatif yang bisa digunakan masyarakat menuju atau melewati AP Pettarani. Namun, benang kusut seolah tak kunjung terurai.

Jika melihat kondisi sejumlah ruas jalan yang didapuk sebagai opsi cadangan, pokok masalah adalah kapasitasnya tak seberapa. Contoh, Jl. Abdullah Daeng Sirua dan Jl. Emmy Saelan. Beberapa di antaranya malah menjadi titik-titik kemacetan baru seperti yang menimpa Jl. Toddopuli Raya - Jl. Hertasning.

Imbas kemacetan bahkan melebar ke jalan protokol terdekat macam Jl. Perintis Kemerdekaan serta Jl. Urip Sumoharjo.

3. Personil pengurai kemacetan masih hitungan jari

Twitter.com/DiskominfoMKS

Yang patut menjadi perhatian adalah kurangnya jumlah tenaga pengurai kemacetan sepanjang AP Pettarani. Hingga detik ini, fokus Dishub Kota Makassar terpecah lantaran beberapa personil sudah lebih dahulu ditugaskan pada titik-titik lain.

Kendati sudah tempat maksimal dua penggawanya pada pagi dan sore, Muhammad Mario Said selaku Kadishub Makassar mengakui pelaksanaan tugas pelik terbentur jumlah anggota.

Di sisi lain, pada beberapa ruas jalan dengan kemacetan parah tanpa kehadiran petugas berwenang, warga setempat berinisiatif mengatur sendiri dengan alasan sederhana: demi kenyamanan bersama.

4. Apa kata pihak-pihak yang berwenang?

Twitter.com/DiskominfoMKS

Sejumlah pihak terkait ternyata sudah memutar otak cukup lama. Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Sulsel dengan intens sosialisasikan jalur alternatif dalam kurun beberapa bulan terakhir. Namun, reputasi Jl. AP Pettarani sebagai jalan utama kadung melekat. Aktivitas ekonomi sepanjang 4,2 Km urung diganggu gugat.

Sementara itu, Dishub mengutarakan jikalau kewenangan mengutak-atik lalu lintas lewat skema rekayasa ada di tangan pusat sepenuhnya, dalam hal ini Kementerian Perhubungan serta Balai Pengelolaan Transportasi Darat.

Walikota Makassar, Danny Pomanto, telah meminta pihak pengembang proyek untuk menjalin kerjasama dengan Dishub mencari solusi tepat. Salah satunya, yakni menggodok peraturan sistem buka tutup.

Adapun Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, mengaku masih membutuhkan pengamatan lebih lanjut sebelum mengambil langkah strategis.

Baca Juga: 5 Cara Kreatif Memanfaatkan Lamanya Waktu Macet di Jalan

Berita Terkini Lainnya