Makassar Biennale Adakan Pelatihan Penulisan-Penelitian di Enam Kota 

"Sekapur Sirih" jadi subtema Makassar Biennale 2021

Makassar, IDN Times - Sukses menyelenggarakan acara di empat kota dan dua provinsi pada tahun lalu, Makassar Biennale (MB) kembali memperluas jaringannya jelang edisi 2021.

Ada enam kota di tiga provinsi yang masuk dalam jangkauan, masing-masing, Makassar, Parepare, Pangkep, Bulukumba (Sulawesi Selatan), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan Nabire (Papua).

Sebagai bagian dari program pra-acara dan titik penelitian utama persiapan MB 2021, Yayasan Makassar Biennale bersama TanahIndie dan Goethe-Institut mengadakan pelatihan penulisan dan penelitian. Program tersebut akan berlangsung selama tiga bulan di enam kota yang disebutkan tadi, mulai 1 September hingga 30 November 2020.

1. Subtema Makassar Biennale 2021, "Sekapur Sirih", berfokus pada khazanah pengobatan alami Indonesia

Makassar Biennale Adakan Pelatihan Penulisan-Penelitian di Enam Kota Salah satu dokumentasi penelitian pengobatan tradisional para peserta program "Sekapur Sirih" Makassar Biennale 2021 di kota Makassar, Sulawesi Selatan. (Instagram.com/makassarbiennale)

Pelatihan penulisan dan penelitian pra-event ini mengusung subtema MB 2021 yakni "Sekapur Sirih" yang iringi tema abadi "Maritim". Sekapur Sirih, sebutan aktivitas menguyah sirih pinang, adalah istilah umum untuk keramahtamahan terhadap tamu dan budaya adat di Nusantara.

Sebutan tersebut diharap menjadi pintu masuk bagi para pelaku seni untuk menjelajahi simbol kekayaan dunia pengobatan Indonesia yang ditumbuhkan oleh alam untuk manusia (fitofarmaka).

Ini juga sebagai titik awal penjelajahan lebih luas yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinannya, yang diekspresikan baik melalui seni rupa tiga dimensi (trimatra), dua dimensi (dwimatra), hingga yang lebih performatif.

"Untuk itu, subtema Sekapur Sirih inilah yang diharapkan direspons oleh peneliti di masing-masing kota, mengenai obat-obatan herbal (non-pabrikan), bahan makanan sebagai obat, performatif (praktik laku-gerakan dalam proses pengobatan [dukun, bissu,dll])," demikian rincian penelitian seperti dikutip dari keterangan pers yang diterima IDN Times.

2. Para peserta pelatihan dan penelitian terlibat dalam lokakarya luring dan daring selama tiga bulan

Makassar Biennale Adakan Pelatihan Penulisan-Penelitian di Enam Kota Dokumentasi Kelas Sekapur Sirih #1 pra-acara Makassar Biennale 2021 bersama Nirwan Ahmad Arsuka pada Minggu, 6 September 2020. (Instagram.com/makassarbiennale)

Program penulisan dan penelitian ini terbuka untuk umum, dengan mengutamakan peserta muda (mahasiswa dan anggota kolektif) di enam kota Indonesia Timur yang telah ditentukan.

Lantaran pandemik COVID-19 tak memungkinkan para peserta bepergian, maka komunitas atau individu di lima lokasi penelitian pra-acara MB 2021 terlibat secara jarak jauh.

Dimentori oleh Anwar "Jimpe" Rachman selaku Direktur Makassar Biennale, penelitian bakal berlangsung dalam bentuk kelas lokakarya secara luring dan daring. Luring berupa kelas dan praktik kehidupan nyata berdasarkan kesepakatan antara koordinator dan peserta di masing-masing kota. Adapun daring yakni pertemuan kelas dan pengumpulan data bersama semua kota seminggu sekali.

Sejauh ini sudah ada empat sesi kelas daring sudah diadakan, dengan pemandu antara lain Nirwan Arsuka (penulis dan pendiri Pustaka Bergerak), Tasrifin Tahara (antropolog), Ibrahim Massidenreng (advokat), dan Anwar Rachman sendiri.

Baca Juga: Makassar Biennale 2019: Mengajak Masyarakat Berdamai dengan Sungai

3. Hasil program pra-acara MB 2021 nantinya akan dikompilasi menjadi sebuah buku

Makassar Biennale Adakan Pelatihan Penulisan-Penelitian di Enam Kota Salah satu dokumentasi penelitian pengobatan tradisional para peserta program "Sekapur Sirih" Makassar Biennale 2021 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. (Instagram.com/makassarbiennale)

Ada beberapa tujuan dari program ini. Selain bertindak sebagai pra-acara MB 2021 dan perluasan jaringan, pelatihan ini jadi pendidikan informal tentang studi lapangan dan menulis bagi pelajar, mahasiswa dan anggota kolektif di enam kota.

Lebih jauh, program ini bertindak sebagai peluasan wacana, praktik seni dan kebudayaan dari berbagai lokasi dengan keunikannya masing-masing. Semua pihak yang berkolaborasi juga akan saling bertukar gagasan selama tiga bulan.

Hasil akhir dari setiap peserta pelatihan bakal dipublikasikan di situs resmi Makasssar Biennale yakni makassarbiennale.org dan artefact.id, dikompilasi menjadi sebuah buku, serta media lain demi tujuan penyebaran gagasan.

Buku kompilasi hasil program ini sendiri bakal dibagikan secara gratis pada komunitas di enam kota tempat penelitian, perpustakaan sekolah dan kelompok kesenian. Sisanya akan dijual untuk penggalangan dana MB 2021. Selain buku dan tulisan, kegiatan di setiap kota akan didokumentasikan, didistribusikan dan diarsipkan melalui kanal YouTube Makassar Biennale dan podcast art.e.fact. 

Baca Juga: Makassar Biennale 2019: Migrasi, Sungai dan Kuliner dalam Kesenian

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya