Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Daya Beli Petani Sulsel Melemah, NTP September 2025 Turun 0,92%

1000549205.jpg
ilustrasi petani jagung (dok. BULOG)

Makassar, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan merilis data terbaru yang menunjukkan adanya pelemahan daya beli petani pada September 2025. Nilai Tukar Petani (NTP) gabungan tercatat sebesar 121,31, atau turun 0,92 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di angka 122,44. Penurunan NTP ini menjadi indikator bahwa tingkat kesejahteraan petani secara relatif mengalami penurunan, karena pendapatan yang mereka terima tidak sebanding dengan kenaikan biaya yang harus mereka keluarkan.

Pelemahan daya beli ini disebabkan oleh dua faktor utama yang terjadi secara bersamaan. Pertama, Indeks Harga yang Diterima Petani (It), yang mengukur harga jual hasil panen, mengalami penurunan sebesar 0,91 persen. Di sisi lain, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib), yang mencakup biaya konsumsi rumah tangga dan biaya produksi, justru mengalami kenaikan tipis sebesar 0,01 persen. Kondisi ini menekan kemampuan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya operasional pertanian mereka.

1. Tiga subsektor pertanian mengalami pelemahan

Kepala BPS Sulsel Aryanto menyampaikan siaran pers Inflasi September 2025, Rabu (1/10/2025). (YouTube/BPS Sulsel)
Kepala BPS Sulsel Aryanto menyampaikan siaran pers Inflasi September 2025, Rabu (1/10/2025). (YouTube/BPS Sulsel)

Dari lima subsektor pertanian yang dipantau BPS, tiga di antaranya tercatat mengalami penurunan NTP pada September 2025. Subsektor Hortikultura menjadi yang paling terdampak dengan penurunan NTP paling dalam, yakni sebesar 11,38 persen. Diikuti oleh Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yang NTP-nya turun sebesar 1,15 persen, dan Subsektor Tanaman Pangan yang turun 0,30 persen.

Meskipun secara umum NTP gabungan menurun, dua subsektor lainnya justru menunjukkan tren positif. Subsektor Peternakan mencatatkan kenaikan NTP sebesar 1,05 persen, sementara Subsektor Perikanan juga mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen. Kenaikan pada kedua subsektor ini belum mampu mengangkat NTP gabungan Sulawesi Selatan secara keseluruhan.

2. Anjloknya subsektor hortikultura jadi pemicu utama

ilustrasi petani panen padi (pexels.com/Dibakar Roy)
ilustrasi petani panen padi (pexels.com/Dibakar Roy)

Penurunan drastis pada Subsektor Hortikultura menjadi pemicu utama pelemahan NTP secara keseluruhan. NTP Hortikultura (NTPH) anjlok dari 136,76 pada Agustus 2025 menjadi 121,20 pada September 2025. Penurunan ini disebabkan oleh jatuhnya Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada subsektor ini sebesar 11,62 persen, yang tidak diimbangi oleh penurunan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang hanya turun 0,27 persen.

Secara lebih rinci, penurunan harga yang diterima petani hortikultura dipengaruhi oleh jatuhnya indeks harga pada kelompok sayur-sayuran sebesar 12,36 persen dan kelompok tanaman obat-obatan sebesar 4,06 persen. Anjloknya harga jual hasil panen ini membuat pendapatan petani hortikultura menurun signifikan, sementara biaya yang mereka keluarkan tidak turun secara proporsional.

3. Kenaikan biaya produksi bebani petani

Ilustrasi bps IDN Times/Hana Adi Perdana
Ilustrasi bps IDN Times/Hana Adi Perdana

Selain turunnya harga jual panen, petani juga dihadapkan pada kenaikan biaya produksi. Data BPS menunjukkan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) secara umum mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen pada September 2025. Kenaikan ini didorong oleh naiknya sejumlah komponen penting dalam operasional pertanian.

Beberapa komponen biaya produksi yang naik antara lain ongkos pupuk, pestisida, dan pakan ternak (0,11%), sewa dan pengeluaran lainnya (0,64%), serta upah buruh tani yang naik 0,46%. Kenaikan biaya produksi ini turut tercermin pada penurunan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) sebesar 1,19 persen, yang mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pertanian menjadi kurang menguntungkan selama periode tersebut.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us

Latest News Sulawesi Selatan

See More

Pariwisata Sulawesi Selatan Bergairah, Tapi Okupansi Hotel Melemah

02 Okt 2025, 09:14 WIBNews