W20 di Likupang Ungkap Permasalahan Perempuan di Masa Pandemik
Dari ketimpangan ekonomi hingga kekerasan domestik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Masih banyak perempuan di dunia yang kurang terwakili, baik dalam pengambilan keputusan, politik, dan diskusi. Hanya ada sekitar 12 persen perempuan yang terlibat di dalamnya.
Kondisi itu disampaikan Jamshed M. Kazi, UN Women Indonesia Country Representative and Liaison to ASEAN, pada dialog Women 20 (W20) yang digelar secara daring dari Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Selasa (15/2/2022). Dialog itu bertema "Freedom for Discrimination Historical Journey from Japan to Indonesia."
“Bahkan di dunia digital, sebanyak kurang lebih 433 juta perempuan di dunia tidak memiliki akses internet dan 165 juta perempuan tidak memiliki telepon seluler seperti laki-laki,” ujar Jamshed.
Tahun 2022 Indonesia menjadi tuan rumah konferensi Group of Twenty atau G20. Sebanyak 157 pertemuan akan digelar di berbagai daerah, salah satunya di Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Sulut menjadi tuan rumah salah satu side event G20, yaitu Women 20 (W20) yang digelar pada Senin hingga Rabu, 14--16 Februari 2022. Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengucapkan terima kasih karena telah diberi kepercayaan menggelar konferensi W20. Hal ini menjadi salah satu bentuk komitmen Sulut untuk terus menggalakkan kesetaraan gender.
“Kesetaraan gender adalah hak asasi manusia. Perempuan memiliki potensi luar biasa, tidak bisa ditempatkan sebagai warga kelas dua,” kata Olly pada kegiatan yang digelar secara virtual, Selasa (15/2/2022).
Baca Juga: Sekolah di Manado PTM Terbatas karena Kasus COVID-19 Naik
1. Permasalahan kaum perempuan di dunia, dari ketimpangan ekonomi hingga kekerasan domestik
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Anak RI I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengungkapkan sejak awal pandemi COVID-19 perempuan kehilangan pendapatan lebih dari US$ 1 miliar. Di Indonesia sendiri, pandemi COVID-19 menghantam perekonomian perempuan yang banyak terjun di sektor informal.
“Menurut survey BPS tahun 2020, sebanyak 2/3 pemilik UMKM penghasilannya berkurang karena pandemi COVID-19. Padahal perempuan ada hampir di seluruh UMKM di Indonesia,” tutur perempuan yang akrab disapa Bintang Puspayoga ini.
Tak hanya di sektor ekonomi, kekerasan domestik juga semakin banyak menimpa perempuan sejak pandemi COVID-19. Banyak perempuan yang pada akhirnya juga memiliki beban ganda. Data dari 10 negara di dunia mengungkapkan bahwa kekerasan terhadap perempuan meningkat sebesar 110%.
Baca Juga: 5 Peran Milenial di Masa Depan dalam Agenda Presidensi G20