Konsumsi Media di Indonesia, Millennial Masih Doyan TV Konvensional
Pengguna streaming belum melampaui TV konvensional
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Siaran televisi melalui siaran dengan jaringan konvensional masih banyak digunakan oleh generasi millennial. Meski layanan streaming telah cukup populer, namun survei Indonesia Millennial Report 2022 menunjukkan, 85 persen dari responden masih menonton secara konvensional dalam sebulan terakhir.
Temuan ini berlaku di semua kategori sosial-ekonomi, usia, dan kelompok jenis kelamin, dengan sedikit peningkatan pada kalangan kelas menengah. Sementara penggunaan TV kabel terkonsentrasi di beberapa kota besar saja yang antara lain dikonsumsi oleh kalangan menengah atas.
Penetrasi rendah TV kabel masih terbatas karena akses yang belum maksimal menjangkau semua lokasi dan harga yang cukup tinggi. Karenanya, layanan TV kabel terbilang cukup ekslusif, dan hanya bisa dijangkau oleh kalangan menengah atas perkotaan.
Baca Juga: Gen Z Peduli Perubahan Iklim, Rela Bayar Lebih Produk Ramah lingkungan
1. Konsumsi siaran radio dan surat kabar
Survei Indonesia Millennial Report 2022 juga menemukan, penggunaan radio lebih umum di kalangan kelas ekonomi atas dengan penggunaan 18 persen, kelas menengah 5 persen dan 6 persen pada kelas ekonomi bawah. Tingkat penggunaan radio pada kelas ekonomi atas cukup tinggi, mungkin karena mereka mendengar radio saat mengemudikan mobil.
Sementara itu, penerbitan digital dalam temuan survei, mengalahkan penetrasi surat kabar atau koran cetak. Penerbitan digital menempati nomor dua dalam hal jumlah pengakses dari kalangan millennial setelah TV konvensional. Sebanyak 40 persen dari responden millennial melaporkan bahwa mereka telah menggunakan media digital
dalam sebulan terakhir. Penggunaan koran hanya sebesar 6 persen, dengan jumlah pembaca terkonsentrasi hanya di kalangan millennial makmur. Pergeseran konsumsi media dari konvensional digital pun telah membuat perusahaan media besar di Indonesia untuk mengurangi produksi cetak atau menghentikan cetakan sama sekali.
Baca Juga: Kaum Millennial Lelah dengan Perdebatan Agama dan Politik