TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Serba-serbi Kendala Siswa di Gorontalo Belajar di Rumah

Guru ikut Bimtek agar menguasai penggunaan smartpohne

Ilustrasi sekolah dari rumah. IDN Times/Arief Rahmat

Gorontalo, IDN Times - Segudang masalah dihadapi oleh guru dan siswa saat melakukan proses belajar dan mengajar daring atau online. Proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang terpaksa harus dilakukan akibat pandemik virus corona ini menyimpan banyak persoalan.

Pembelajaran online di Gorontalo telah dilaksanakan sejak tanggal 23 Maret 2020. Tanpa persiapan matang, belajar di rumah harus dilakukan demi mengantisipasi penyebaran virus corona. Akibatnya proses belajar mengajar guru dan siswa melalui teknologi terbentur berbagai kendala.

“Ya sejauh ini proses belajar mengajar kalau dipersentasekan 40% berlangsung baik dan 60% memiliki kendala,” kata Syahril Yusuf, guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Gorontalo Utara, saat dihubungi via Whatsapp, Sabtu (25/4).

1. Proses belajar mengajar terkendala minimnya fasilitas teknologi

Unsplash/thoughtcatalog

Keluhan lain disampaikan Fajri Agustian Polapa, seorang siswa di Gorontalo. Menurutnya kendala paling banyak dihadapi guru dan siswa adalah kurangnya fasilitas untuk menggelar proses belajar mengajar. Termasuk ketersediaan handphone dan jaringan internet di daerah pedesaan, kian mempersulit proses pembelajaran.

“Biasanya teman-teman itu terkendala dengan jaringan, ada juga karena tidak punya kuota data,” kata Fajri yang juga murid kelas XII SMA Negeri 4 Gorontalo Utara.

Fajri mengungkapkan, fasilitas teknologi yang tak memadai mengakibatkan para siswa kurang memahami mata pelajaran. “Kita susah memahami itu biasanya pelajaran matematika. Kalau matematika mesti memahami rumus kan jadi agak sulit, harusnya belajar langsung,” katanya.

Hal serupa dikatakan oleh Rajeb Firdaus siswa kelas XI Madrasah Aliah Negeri (MAN) Insan Cendekia Gorontalo. Bahkan ia mengatakan tugas yang diberikan oleh guru meningkat dari hari biasanya.

“Naik 50% (tugas sekolah). Dulu hampir tidak ada tugas tiap hari ini. Paling matematika yang tugasnya seminggu sekali. PKn jarang, Bahasa Indonesia jarang. Kalau sekarang tiap hari ada tugas,” kata Rajeb.

Baca Juga: Ini Respons Gubernur Gorontalo yang Dipolisikan karena Bagi Sembako

2. Pembelajaran online tidak maksimal

unsplash/Bench Accounting

Pembelajaran online, kata Syahril, cukup merepotkan, alhasil transfer pengetahuan jadi tidak maksimal. Namun Syahril menuturkan ia harus mengubah metode pembelajaran dengan memberikan tugas tiap satu minggu pertemuan. Dan siswa yang mengikuti pelajaran diminta untuk menginformasikan tugas kepada siswa lain yang tidak sempat mengikuti kelas online.

“Cuma yang membuat repot itu, dari misalnya 32 siswa di kelas X yang hadir hanya 5 sampai 10 orang saja. Jadi tidak maksimal,” kata Syahril.

Dalam melakukan pembelajaran online ia menyebutkan menggunakan aplikasi Classroom dan beberapa aplikasi seperti Messenger, video conference, ruangguru  serta Whatsapp. Ia juga menuturkan bahwa seluruh guru di SMA Negeri 4 Gorontalo Utara telah menggunakan beberapa aplikasi itu untuk melakukan pembelajaran bagi siswa.

“Alhamdulillah kalau sekarang seluruh tenaga guru sudah bisa menggunakan beberapa aplikasi. Para guru juga bervariasi menggunakan aplikasi pembelajaran,” ujar Syahril.

Baca Juga: Tanggap Darurat Corona, Suasana Kota Gorontalo Ramai Jelang Ramadan

Berita Terkini Lainnya