Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Penyebab yang Bisa Membuat Pasanganmu Jadi Toksik

ilustrasi sepasang kekasih (pexels.com/August de Richelieu)

Siapa pun pasti mendambakan hubungan yang sehat, termasuk hubungan dengan pasangan. Hubungan yang sehat adalah hubungan yang dapat memberikan kedua belah pihak kenyamanan dan kebahagiaan. Hubungan tersebut dapat terjalin dengan sikap saling menghargai, saling memahami, keterbukaan, kepercayaan, dan kerja sama.

Namun, bagaimana jika kamu mendapati pasanganmu toksik hingga berpengaruh terhadap hubungan kalian yang tidak sehat? Ada berbagai macam faktor yang membuat pasanganmu menjadi toksik. Berikut penyebab pasangan toksik yang dapat kamu pahami agar kamu bisa mengatasi hubunganmu yang tidak sehat.

1.Faktor keluarga

ilustrasi orang tua dan anak (pexels.com/Monstera Production)

Keluarga bisa menjadi faktor seseorang tumbuh menjadi orang yang toksik. Faktor keluarga ini berkaitan dengan pola asuh. Mira Amir, seorang psikolog anak dan keluarga, menyatakan bahwa seseorang bisa toksik karena pengaruh pola asuh orang tua atau keluarganya. Misalnya, seseorang yang tumbuh dalam lingkungan keras dapat tumbuh menjadi pribadi yang keras pula.

Pola asuh yang bisa membuat seseorang menjadi toksik adalah pola asuh otoriter. Dalam pola asuh otoriter, anak diharapkan mengikuti aturan orang tuanya yang ketat. Dalam pola asuh ini, orang tua cenderung tidak mau mendengarkan anak dan tidak memberikan kesempatan untuk anak berbicara atau berpendapat.

2.Faktor pergaulan pertemanan

ilustrasi perselisihan (pexels.com/Prince Photos)

Poin ini masih berhubungan dengan poin pertama. Pola asuh dari keluarga yang dibarengi dengan pergaulan pertemanan yang kurang mendukung bisa membuat seseorang menjadi toksik.

Cobalah untuk menelusuri latar belakang pasanganmu. Apakah ia memang tumbuh dalam keluarga yang keras dan memiliki pergaulan pertemanan yang tidak sehat? Jika demikian, ada kemungkinan sikap toxic yang tumbuh dalam diri pasanganmu berakar dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sosialnya. Pergaulan memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kepribadian seseorang.

3.Adanya cinta bersyarat

ilustrasi kesendirian (pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi)

Poin ini juga masih berkaitan dengan poin pertama. Pola asuh lain yang membuat seseorang bisa menjadi toksik adalah adanya cinta bersyarat dari orang tuanya. Apa yang dimaksud dengan cinta bersyarat itu? Misalnya, orang tua akan memuji anak hanya ketika anak memperoleh prestasi yang gemilang. Atau, orang tua akan menaruh perhatian pada anak hanya ketika anak mau memenuhi keinginannya.

Di lain keadaan, orang tua kerap membanding-bandingkan anak dengan saudara-saudaranya hingga menyakiti hati sang anak. Christy MS, penulis buku Toxic Relationship Free mengatakan bahwa anak dengan pola asuh ini dibesarkan dalam situasi "buatlah bangga, baru kamu berhak mendapatkan cinta".

4.Mindset yang salah tentang hubungan

ilustrasi sepasang kekasih (pexels.com/Thirdman)

Bagaimana pasanganmu memandang hubungan kalian? Bagaimana pasanganmu memandang suatu hubungan yang terjalin di antara kedua belah pihak? Sikap toksik yang dia miliki bisa saja timbul karena adanya pola pikir yang salah mengenai hubungan.

Tindakannya terhadapmu akan dilakukan berdasarkan pola pikir yang salah itu. Jika pasanganmu tidak memahami komitmen, tidak memahami tujuan dalam menjalani hubungan, tidak memahami peran pasangan, dan tidak memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan dalam hubungan, sudah jelas sikap toksik akan muncul. Cara pandang pasanganmu terhadapmu berpengaruh terhadap perlakuannya kepadamu.

5.Adanya masalah pribadi

ilustrasi laki-laki yang bersedih (unpslash.com/Andrew Neel)

Dikatakan bahwa kasus orang yang toksik karena masalah pribadi terbilang umum. Masalah pribadi tersebut dapat berupa adanya luka maupun rasa trauma. Orang yang memiliki luka yang belum sembuh dapat berujung menebarkan energi negatif kepada orang lain. Dampaknya, orang yang berinteraksi dengannya akan mengalami stres hingga depresi.

Energi negatif yang dimiliki seseorang memang bisa menular, begitu juga dengan energi positif. Nah, bisa jadi pasanganmu bersikap toksik karena memiliki masalah pribadinya sendiri. Jika demikian, kamu bisa mengajaknya berkomunikasi dan jika perlu membantunya mencari pertolongan kepada tenaga ahli.

Jika hubunganmu dengan pasanganmu yang bersikap toksik memang dapat dipertahankan, upayakan komunikasi dan pengembangan diri dari kedua belah pihak. Namun, jika tidak, kamu perlu berani memutuskan hal yang baik untuk dirimu. Yakini bahwa setiap orang berhak untuk bahagia dan berhak menentukan pilihannya untuk itu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aan Pranata
EditorAan Pranata
Follow Us