5 Fakta Monyet Hitam Sulawesi, Primata Cerdas Bergaya Punk

Kalau kita bicara soal kekayaan fauna Indonesia, rasanya gak akan ada habisnya. Salah satu primata paling ikonis yang hanya bisa kita temui di Tanah Air adalah monyet hitam sulawesi (Macaca nigra). Satwa yang oleh masyarakat lokal akrab disapa Yaki ini mendiami hutan-hutan di bagian utara Pulau Sulawesi dan beberapa pulau kecil di sekitarnya.
Mereka bukan sekadar monyet biasa, lho. Yaki hidup dalam struktur sosial yang kompleks dan memiliki penampilan yang sangat mencolok, membuatnya mudah dikenali. Sayangnya, primata cerdas ini menghadapi ancaman serius yang bisa membuat mereka hilang dari alam selamanya. Karena itu, yuk, kita kenalan lebih dekat dengan Yaki lewat lima fakta menarik tentang mereka. Siapa tahu, setelah ini kita jadi makin peduli dengan kelestarian mereka.
1. Penampilannya yang khas membuatnya dijuluki monyet punk

Salah satu hal pertama yang akan kamu sadari saat melihat Yaki adalah penampilan fisiknya yang unik. Seluruh tubuhnya ditutupi bulu hitam legam, dari ujung kepala hingga kaki, kecuali bagian bokongnya yang berwarna merah muda dan tidak berbulu, yang secara teknis disebut ischial callosities. Wajahnya pun sama sekali tidak berbulu, dengan mata berwarna cokelat kemerahan yang tajam dan moncong yang agak memanjang, membuatnya sedikit mirip babun. Ciri paling mencolok dan yang menjadi asal-usul namanya adalah jambul atau rambut di atas kepalanya yang tumbuh tegak ke atas, mirip gaya rambut fauxhawk atau punk.
Keunikan fisik ini juga menunjukkan perbedaan antara jantan dan betina, atau yang dikenal sebagai dimorfisme seksual. Yaki jantan memiliki ukuran tubuh yang jauh lebih besar, dengan berat bisa mencapai 10 kilogram, hampir dua kali lipat dari betina yang beratnya sekitar 5.5 kilogram. Saat anakan Yaki lahir, warna mereka tidak langsung hitam pekat, melainkan cenderung lebih pucat atau kecokelatan, dan jambul khasnya belum tumbuh.
2. Mereka memiliki ekor sangat pendek sehingga sering dikira kera

Banyak orang sering salah kaprah dan menyebut Yaki sebagai kera hitam. Kesalahan ini sebenarnya bisa dimaklumi jika melihat fisiknya sekilas. Salah satu perbedaan mendasar antara monyet dan kera adalah keberadaan ekor; monyet memilikinya, sedangkan kera tidak. Nah, Yaki sebenarnya punya ekor, tetapi ukurannya sangat kecil, hanya sekitar 2 sentimeter saja. Ekor mungil ini membuatnya nyaris tak terlihat dan sering dianggap tidak ada sama sekali, sehingga memunculkan julukan "kera hitam" atau black ape.
Meskipun sering disangka kera, secara taksonomi Macaca nigra adalah bagian dari keluarga monyet Dunia Lama (Old World monkey). Sebagian besar aktivitas hariannya dihabiskan di darat atau terestrial, sekitar 60% dari waktunya digunakan untuk mencari makan dan bersosialisasi di lantai hutan. Sisanya, mereka akan memanjat pohon untuk tidur di malam hari atau ketika sumber makanan di bawah menipis, demi keamanan dari predator.
3. Kelompok sosialnya didominasi oleh para betina

Yaki adalah hewan yang sangat sosial dan hidup dalam kelompok besar. Satu kelompok bisa terdiri dari 25 hingga 75 individu, bahkan pernah tercatat mencapai 100 ekor sebelum populasinya menurun drastis. Uniknya, struktur sosial dalam kelompok ini sangat matriarkal atau didominasi oleh betina. Rasio antara betina dan jantan dalam satu kelompok bisa mencapai 4 banding 1. Hubungan antar betina di dalam kelompok cenderung damai, dan mereka jarang terlibat konflik agresif.
Sebaliknya, hubungan antar pejantan jauh lebih kompetitif dan diatur oleh hierarki dominasi yang ketat. Saat pejantan muda mencapai usia dewasa secara seksual, mereka akan dipaksa keluar dari kelompok kelahirannya. Para pejantan "buangan" ini sering kali membentuk kelompok bujangan (bachelor group) sendiri sebelum mencoba mengambil alih posisi pejantan dominan di kelompok lain. Sistem sosial yang kompleks ini menunjukkan betapa cerdas dan teraturnya kehidupan komunal monyet hitam sulawesi.
4. Cara berkomunikasinya kompleks dan tidak selalu bersuara

Untuk menjaga keharmonisan dalam kelompok yang besar, Yaki mengembangkan sistem komunikasi yang sangat kompleks. Komunikasi ini tidak hanya mengandalkan suara, tetapi juga sangat bergantung pada bahasa tubuh dan ekspresi wajah. Dilansir New England Primate Conservancy, pejantan bawahan akan menunjukkan ketundukannya dengan meringis atau menggerak-gerakkan bibir. Sebaliknya, pejantan dominan akan menunjukkan agresi dengan tatapan tajam, menyeringai, hingga menguap lebar untuk memamerkan gigi taringnya yang besar dan tajam sebagai tanda kekuasaan.
Selain bahasa tubuh, mereka juga menggunakan vokalisasi yang khas. Salah satu suara yang paling dikenal adalah panggilan bernada tinggi yang mirip kicauan burung, yang sering digunakan untuk menengahi konflik atau memberi sinyal kepada kelompok lain. Komunikasi penciuman atau olfaktori juga berperan penting, terutama saat musim kawin. Betina akan mengeluarkan sinyal kimiawi khusus untuk memberitahu para jantan bahwa ia siap untuk bereproduksi.
5. Statusnya kritis dan terancam punah akibat perburuan

Di balik semua keunikannya, monyet hitam sulawesi menyimpan fakta yang sangat menyedihkan. International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah mengklasifikasikan Macaca nigra sebagai spesies Kritis atau Critically Endangered. Ini adalah status satu tingkat di bawah kepunahan di alam liar. Populasi mereka diperkirakan telah menurun lebih dari 80% hanya dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Satu-satunya populasi yang dianggap masih bisa bertahan dalam jangka panjang hanya ada di Cagar Alam Tangkoko, Sulawesi Utara.
Ancaman terbesar bagi kelestarian Yaki adalah perburuan oleh manusia dan hilangnya habitat. Daging Yaki dianggap sebagai hidangan lezat atau delicacy oleh sebagian masyarakat lokal, terutama untuk perayaan hari besar, yang memicu perburuan besar-besaran. Selain itu, alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan permukiman membuat ruang hidup mereka semakin sempit. Tanpa upaya konservasi yang serius dari kita semua, primata karismatik dengan "gaya rambut punk" ini bisa benar-benar tinggal nama.
Itulah lima fakta mengenai Yaki atau monyet hitam sulawesi, salah satu harta karun hayati Indonesia yang kini berada di ambang kepunahan. Keberadaan mereka adalah bukti nyata betapa kayanya alam kita, dan sudah menjadi tugas kita bersama untuk menjaganya.


















