Kisah Zaenal Beta, Maestro Lukisan Tanah Liat asal Makassar

Zaenal Betap konon pelukis tanah liat pertama di dunia

Ada yang berbeda dengan penggiat seni asal Makassar yang satu ini. Bernama Zaenal Beta, pria berusia 62 tahun ini menjadikan tanah liat sebagai medianya dalam melukis. Di atas kertas, Pak Zaenal mengekspresikan rona budaya Sulsel lewat campuran tanah liat dan air itu.

Perjalanannya terjun ke kancah seni dan menjadi pionir lukis tanah liat pernah ditentang orang tua. Sewaktu kecil, ia berjiwa pemberontak dan bahkan sempat dicap gila. Namun karena kegigihan dan kecakapannya, ia berhasil menyabet berbagai pencapaian besar.

Yuk, intip kisah lengkapnya di bawah. Sangat inspiratif!

Baca Juga: Mengenal Zaenal Daeng Beta, Maestro Lukisan Tanah Liat dari Makassar

1. Penemuannya tidak disengaja

Kisah Zaenal Beta, Maestro Lukisan Tanah Liat asal Makassarpotret Benteng Rotterdam, lokasi galeri kecil Pak Zaenal Beta (dok. pribadi/Maghfirah Nur Padila)

Rupanya gagasan mengenai seni lukis tanah liat ditemukan secara tidak disengaja. Kala itu di tahun 1980, hujan sedang turun ketika Pak Zaenal berjalan kaki di sekitar rumah dan kertasnya yang ia bawa dari Benteng Rotterdam jatuh ke tanah merah. Ia mencoba menghapus tanah tersebut, namun malah melihat ada garisan objek.

Saat itu ada pameran besar yang diselenggarakan oleh Sanggar Ujung Pandang dan Pak Zaenal belum memiliki karya baru. Karena kekurangan dana, ia terpaksa memamerkan karya lukisnya yang menggunakan tanah liat tersebut.

Dipenuhi perasaan cemas, rupanya hal yang tidak terduga terjadi. Banyak seniman lain yang memberinya sanjungan sebagai penemu seni lukis tanah liat pertama di dunia. Bahkan Pelukis legendaris Affandi memujinya juga, lho!

2. Ditentang ortu dan menjadi anak rebel

Kisah Zaenal Beta, Maestro Lukisan Tanah Liat asal Makassarpotret Zaenal Beta (youtube.com/galerinasionalindonesia)

Di balik kesuksesannya, ada lika-liku yang sempat tertoreh dalam perjalanannya menjadi pelukis. Orang tuanya tidak ingin ia berkarya di bidang tersebut karena menganggap masa depan seorang pelukis suram. Akibatnya, Pak Zaenal perlahan menjadi anak rebel yang sering bolos sekolah dan menggambar diam-diam di tengah malam. 

Pak Zaenal mengaku bahwa ia memang telah menggilai seni lukis sejak berumur 9 tahun. Buku-buku tulisnyapun dipenuhi sketsa-sketsa tokoh pahlawan nasional. Alhasil, ia rela meninggalkan keluarga demi menggaet impiannya tersebut.

3. Lukisannya memamerkan mozaik budaya Sulawesi Selatan

Kisah Zaenal Beta, Maestro Lukisan Tanah Liat asal Makassarlukisan Zaenal Beta yang bergambar musim panen (zaenalbeta.blogspot.com)

Tak hanya menitikberatkan estetika, Pak Zaenal juga menjunjung tinggi nilai budaya. Menurutnya, budaya menjadi identitas seorang seniman dan kebanyakan yang dicari oleh pengamat seni tidak hanya karya yang dibuat, melainkan juga perihal budaya apa yang diangkat.

Berjiwa nasionalisme, berbagai mozaik kebudayaan Sulsel dapat kita lihat di lukisan Pak Zaenal, seperti eloknya rumah adat Bugis/Toraja, musim panen, atau gagahnya kapal Pinisi yang sedang berlayar. Ia berupaya keras untuk menjaga kebudayaan leluhur agar dapat terus terlestarikan.

4. Mencuri atensi wisatawan lokal dan mancanegara

Kisah Zaenal Beta, Maestro Lukisan Tanah Liat asal MakassarZaenal Daeng Beta. Pelukis yang menggunakan media tanah liat. Dokumentasi Pribadi/Hafis Dwi Fernando

Eksistensinya sebagai pelopor seni lukis tanah liat mengantarkan Pak Zaenal ke berbagai pencapaian besar. Ia sering memamerkan lukisannya di berbagai pameran Indonesia.

Tak hanya itu, karya-karya unik dan kulturalnya telah melanglang buana di ranah internasional. Banyak pelancong mancanegara yang membeli lukisannya tersebut, seperti seorang kolektor dari Jerman yang menghargai lukisan bergambar gubuk dan becaknya 10 juta di tahun 2004. Bahkan karyanya juga pernah dipamerkan di Jepang.

Semoga banyak yang terinspirasi dengan jejak beliau, ya!

5. Totalitas tinggi dalam melukis

Kisah Zaenal Beta, Maestro Lukisan Tanah Liat asal Makassarolahan tanah liat sebagai media lukis (instagram.com/tourisia)

Menekuni seni lukis tanah liat, Pak Zaenal tidak main-main mempertimbangkan mengenai alat dan bahannya. Ia rajin berkelana jauh-jauh ke berbagai kabupaten Sulawesi Selatan untuk meneliti tanah. Menurutnya, tanah terbaik berasal dari Luwu yang umumnya berwarna merah dan cokelat teh. Sementara tanah berwarna hitam dari Jeneponto, Barru dan Soppeng hijau, dan Bone berwarna kuning.

Selain itu, seiring berjalannya waktu, teknik melukis pak Zaenal perlahan berubah. Awalnya, ia hanya mengandalkan jarinya untuk membentuk objek. Kemudian ia menggunakan kepingan anyaman bambu sebagai kuas yang disebut gamacca oleh masyarakat Makassar. 

Hingga sekarang, Pak Zaenal masih aktif melukis dan dapat dijumpai di galeri kecilnya di sudut Benteng Rotterdam. Di sana, ada segelintir karyanya dipajang. Ia juga sering membuka workshop bagi siapa saja yang tertarik untuk belajar. Bisa jadi referensi kegiatanmu, nih ketika berkunjung ke Makassar.

Baca Juga: 5 Aktivitas Menarik di Benteng Fort Rotterdam, Gak Cuma Belajar

fira padila Photo Community Writer fira padila

lagi kuliah sastra inggris

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya