TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kebiasaan Buruk yang Membuat Orang Enggan Berteman Dekat sama Kamu

Demi interaksi penuh makna serta mendatangkan hal positif

Ilustrasi interaksi sosial, pertemanan. (Pexels.com/Buromillennial)

Gak ada salahnya membuat dirimu lebih disukai orang-orang. Apalagi dampaknya dijamin selalu positif, entah di ranah personal atau profesional. Tetapi ini bukan bentuk manipulasi dan mempengaruhi orang-orang terdekat, ya.

Penampilan, status sosial dan tingkat kecerdasan tak serta merta memberi impresi positif. Kamu harus melengkapinya dengan ketulusan, rasa berterus terang dan empati.

Udah merasa melakukan itu semua tapi masih belum juga jadi "the likeable"? Coba introspeksi lebih dalam. Kamu bisa saja terjebak dalam hal-hal sepele namun berpengaruh.

Sinem Günel, entrepreneur sekaligus kontributor kanal Personal Growth di Medium.com, menjabarkan kebiasaan umum yang harus dihindari jika kamu pengin disukai.

1. Banyak omong daripada aksi

Iilustrasi pembicaraan, berbicara. (Unsplash.com/Mimi Thian)

Reputasi gak bisa dibangun dari sekadar kata-kata. Sayangnya, banyak orang masih hobi banyak omong ketimbang langsung aksi. Mengobral kata-kata kerap dilakukan dalam segala situasi dan kondisi.

Memang sih, ngomong lebih mudah daripada berbuat. Tapi, apa gak capek mendengar orang berkoar tentang rencananya yang ambisius namun kemudian menguap begitu saja?

Saling berbagi ide dan ambisi dengan tujuan meminta saran itu bagus, kok. Tapi jangan berlebihan, ya. "Terkadang, simpan saja rasa antusiasme alih-alih terlontar lewat mulut. Bicarakan saja hal-hal yang sudah kamu lakukan," tulis Günel.

2. Menganggap opini pribadi lebih layak didengar

Ilustrasi opini. (Unsplash.com/Markus Winkler)

Peribahasa "diam adalah emas" memang benar. Gak berkata apa-apa atas topik yang gak dikuasai dan memilih mendengar itu bukan kelemahan, kok. Mengakui diri bukan ahli di segala bidang adalah tanda kecerdasan.

Kamu gak bisa jadi ahli di topik apa pun, dan gak perlu berpendapat atas segala hal. Opini memang dibutuhkan pada diskusi tertentu. Namun pada kesempatan lain dibutuhkan kompetensi, keahlian, fakta dan data.

Jadi kalau kamu sekadar ngomong dengan landasan ngawur, kamu cuma membuang waktu dan energi. Belum lagi impresi dari yang mendengar. Pelik banget, deh.

"Kamu gak bisa menjadi hebat di segala hal, jadi jangan mencoba berpura-pura. Biarkan para ahli untuk unjuk gigi jika mereka diminta, dan lebih baik fokus pada hal-hal yang sebenarnya kamu kuasai," ungkap Günel.

3. Mengungkit pencapaian gak kenal situasi

Ilustrasi berbicara, bercakap, berdiskusi. (Unsplash.com/Priscilla De Preez)

Memang sih, banyak yang suka dengan kisah sukses. Tapi banyak juga yang benci dengan bualan nan berlagak. Faktanya, gak banyak orang paham perbedaan antara bangga pada diri sendiri dan menjengkelkan.

Kenyataannya, orang tetap peduli pada dirinya sendiri. Jadi dalam percakapanmu, ceritakan saja tentang perjuangan dan proses menggapainya ketimbang pamer segala pencapaian.

Percakapan harus selalu melibatkan rekan bercakap alih-alih mengasingkan. Kamu bisa bertanya lebih banyak dan tetap rendah hati dengan pencapaian. Ini dilakukan agar orang merasa dipedulikan, terlebih jika menyangkut masalah pribadi.

"Jangan mengubah setiap percakapan jadi semacam ajang kamu untuk pamer. Tetapi fokuslah pada hubungan dua arah dan masukan yang bisa kamu berikan pada teman ngobrol," jelas Günel.

Baca Juga: 8 Sikap Ini Tanpa Kamu Sadari Menyakiti Orang Lain

4. Sering telat

Ilustrasi terlambat, telat. (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ini berhubungan sama poin pertama. Pasti kamu jengkel juga kan saat orang yang kamu tunggu ternyata terlambat? Apalagi dia bilangnya sudah di jalan atau sudah dekat dari tempat ketemuan.

Padahal, tepat waktu adalah cara paling sederhana untuk membangun kepercayaan. Tetapi sering banget diremehkan. Terlambat pun berarti kamu gak menghargai waktu rekan yang sudah rela menunggu.

"Memang sih kejadian gak terduga bisa terjadi pada kita semua. Tapi kamu punya pilihan, lebih baik datang 15 menit lebih cepat daripada terlambat 5 menit," papar Günel.

Baca Juga: Meski Sederhana, 5 Sikap ini Bisa Membuat Pasanganmu Merasa Nyaman

Berita Terkini Lainnya